15 hari kemudian
“Ibun, kok Angan udah gak pernah kesini lagi ya?” ucap Senja dengan nada sedih.
“Mungkin dia lagi sibuk, Nak. Nanti juga pasti dateng,” ucap Ibun memenangkan Senja.“Tapi, Bun. Akuuu...”
TOK TOK TOK!!!
Terdengar suara ketukan pintu.
“Nak, Ibun mau buka pintunya dulu ya.’
“Iya Bun”Terlihat Chino dan Devan yang berdiri di pintu.
“Bu, Senjanya ada? Kami mau ketemu dia,” ucap mereka dengan ramah.
“Senjanya ada di ruang TV. Ayo masuk dulu,” ucap Ibun.“Senja, ada yang mau ketemu kamu,” ucap Ibun.
“Oh iya. Sini sini. Duduk di deket aku.”
Kedua pemuda itu pun duduk didekat Senja. Ibun pun meninggalkan mereka bertiga untuk melanjutkan pembicaraan.
“Senja, ini Chino sama Devan. Kita temennya Angan. Kita kesini mau nyampaiin sesuatu dari Angan buat lu,” ucap Chino. Nada bicaranya datar seolah menutupi sesuatu.
“Loh? Kenapa bukan Angan yang nyampaiin sendiri? Dia lagi sibuk ya? Udah lama banget dia gak kesini. Sekarang dia baik-baik aja kan?” ucap Senja.
“Kita yakin kalau dia baik baik aja disana. Lu juga yakin kan?” ucap Devan pada Senja.
“Iya. Angan selalu kelihatan tangguh. Pasti dia baik-baik aja,” jawab Senja.
“Sekarang lu pake earphone ini ya. Ada rekaman dari Angan untuk lu,” ucap Devan.
“Untuk Senjaku...
Senjaku... saat kau dengar suara ini, aku sudah tak berada di sisimu lagi. Saat kau dengar suara ini, aku sudah tak hidup di alam yang sama denganmu. Jangan bersedih, karena percayalah...hatiku masih ada untukmu.
Aku seperti sudah mengetahui kapan aku akan pergi dari dunia. Penyakit ini membuat aku selalu mengetahui berapa sisa detak jantungku. Dengan sebuah alat berbentuk gelang, aku bisa mengetahui kapan aku akan pergi. Heartosteria, itulah namanya.
Saat pertama kali bertemu denganmu, aku hanya memiliki 2.000.000 detak lagi. Entah berapa lama lagi aku akan bertahan. Sehari saja aku bisa kehilangan 160.000 detak jantung dalam keadaan normal. Saat bersamamu, detak jantung yang kuhabiskan lebih dari itu.
Tadinya aku tak tahu akan kuhabiskan detak jantung ini untuk siapa.Orang tuaku? Mereka lupa denganku, merasa dunia mulai tidak berguna. Walau hidup bergelimang harta, itu tak ada guannya. Aku kehilangan kepercayaan untuk menghabiskan detak jantungku bersama mereka.
Saat bertemu denganmu, aku tahu harus habiskan detak jantung ini untuk siapa. Jawabannya adalah untukmu....
Sekarang telah habis detakku...
Jangan pernah lupa untuk bahagia, walaupun kau tak bisa melihat cahaya kebahgiaan dunia...Dari Anganmu”
Tangisan Senja pun pecah tak terbendung.
-TAMAT-
KAMU SEDANG MEMBACA
Seribu Angan Senja
Novela Juvenil"Jangan pernah lupa untuk bahagia, walaupun kau tak bisa melihat cahaya kebahgiaan dunia... Dari Anganmu" Angan adalah seorang pemuda berandal yang seolah tak memiliki rasa takut. Namun suatu hari, hidupnya berubah karena hadirnya sosok baru.