BAB II

1.1K 506 689
                                    

Di sini Daylon berada, dengan napas yang terengah akhirnya dia berhasil mengejar Dyra. Tapi yang menjadi pertanyaannya, saat ini dia sedang berada di luar toilet perempuan dan bagaimana caranya dia masuk?

Tidak mungkin kan, Daylon masuk begitu saja dan diteriaki para perempuan yang berada di dalam? Masih mending jika Daylon hanya diteriaki, bagaimana jika dia dilempari alat make up milik perempuan-perempuan itu? Sungguh! Itu tidak lucu.

"Dyra mana sih, nggak keluar-keluar," gerutunya kesal.

"Ck. Apa rata-rata cewek gitu ya, kalau di toilet lama banget ... ngapain aja coba, mandi lagi? Atau malah bedakan sampai 10cm?"

"Ish, ngapain juga tadi dia berangkat sama Satria si kutu kupret itu. Nggak banget," katanya yang mulai berapi-api, "mending juga sama gue, yang jelas-jelas cowok idaman, setia lagi," ucapnya bangga.

Daylon melirik arloji yang melingkar indah di tangannya sebentar, lalu matanya meneliti kembali ke arah pintu masuk toilet. Dia berharap Dyra cepat keluar dan dia akan segera meminta penjelasan.

Sementara di dalam toilet, Dyra mulai bergerak gelisah, keringat dingin mulai menjalar pada tubuhnya. Tidak peduli apakah riasannya akan luntur atau tidak. Sungguh! Dia tidak suka keadaan yang seperti ini, di mana keadaan dirinya seperti sedang bermain permainan yang memacu adrenalin dan itu tidak baik untuk jantungnya.

"Gimana ada Daylon coba," katanya sambil menggigit ujung kuku jarinya yang indah.

Dyra berdecak kemudian menepuk keningnya. "Bodo! Dia kan murid SMA sini juga, Dy!"

"Keluar nggak, ya? Kalau keluar pasti ketemu Daylon, kalau nggak keluar Satria gimana?"

Dyra menatap dirinya pada cermin. "Kamu cantik, Dy. Tapi kenapa Daylon bisa berpaling sama kamu? Dan kenapa ceweknya harus Mitha? Kenapa nggak yang lainnya aja?"

Dyra menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. "Gimana pun juga kamu harus keluar, kasian Satria udah nungguin kamu ... perihal Daylon, anggap aja dia batu. Ya, dia batu kaya sifatnya."

Setelah merapikan dandanannya, akhirnya Dyra memilih untuk keluar dan menemui Satria, namun saat dirinya sudah berada di depan pintu tiba-tiba sebuah tangan sudah menariknya paksa dan mencekalnya dengan kuat.

Dyra terlonjak kaget, laki-laki itu ternyata mengikutinya.

"Mau kemana?" tanya laki-laki itu dingin.

"Lepasin Day, sakit," lirih Dyra.

Ya, laki-laki itu adalah Adrian Daylon, kekasihnya. Laki-laki yang memilik tubuh yang proporsional, mata elang serta alisnya yang tebal dan jangan lupakan dengan hidungnya yang mancung bak prosotan anak TK yang menjadi idaman para perempuan.

Dia begitu sempurna di mata Dyra Fakiha, bahkan sangat sempurna.

"Dy, aku butuh penjelasan. Maksud kamu apa dengan semua ini?"

"Day, please, lepasin tangan aku dulu, sakit," mohonnya dengan mata berkaca-kaca. Kemudian mata Daylon beralih ke arah pergelangan tangan Dyra, benar saja kini tangan putihnya sudah berubah menjadi merah.

"Sorry, Dy ... aku, aku nggak bermaksud nyakitin kamu." Daylon melepaskan cekalan tangannya.

Dyra menggeleng. "Nggak apa-apa."

"Please, jelasin semuanya, tentang aku, kamu sama Satria."

"Aku--"

"Kamu selingkuh?" Dyra menghembuskan napasnya kasar lantas mengangguk.

"Udah aku duga." Daylon tersenyum kecut.

"Ma ... maksud kamu?"

"Udah aku duga kamu selingkuh sama Satria."

"Tapi kamu juga selingkuh, Day."

"Aku selingkuh, aku berubah kaya gini juga gara-gara kamu, Dy ... harusnya kamu mikir itu, harusnya kamu sadar itu!" bentak Daylon.

"Kamu pikir aku kaya gini juga bukan gara-gara kamu? Yang seharusnya mikir di sini tuh siapa sih, Day?!" tanya Dyra dengan nada tak kalah tinggi.

Di sisi lain, Satria dan Mitha sayup-sayup mendengar suara gaduh dari arah toilet, terlihat jelas di sana Daylon dan Dyra sedang beradu argumen. Walaupun suaranya samar-samar tapi Mitha tahu itu bukanlah hal yang sepele. Mitha segera bangkit dari duduknya diikuti oleh Satria. Setelah sampai di depan pintu masuk toilet, perkataan Daylon sudah cukup membuat mereka dibuatnya tak percaya.

"Oke, aku ngaku selingkuh sama Mitha. Tapi seharusnya kamu nggak ngelakuin ini, Dy ... di sini aku yang lebih kecewa," kata Daylon yang belum menyadari kehadiran Satria dan Mitha.

Cukup! Sudah cukup Satria melihat adegan sampah ini. Satria sudah tidak tahan lagi, dia sudah muak. Hatinya sakit, hatinya kecewa. Begitu juga dengan Mitha yang sudah menangis sedari tadi sejak pengakuan Daylon sambil membekap mulutnya.

Suara tepuk tangan berhasil menyadarkan Daylon dan Dyra. Mata mereka membuka sempurna.

"Hebat! Hebat banget drama yang kalian buat." Satria tersenyum miring. "Dibayar berapa sampai buat drama ala-alaan kaya gini?"

"Sat, kamu ...."

"Iya tuan putri ku yang cantik, aku udah denger. Aku nggak percaya, Dy."

"Sat, aku bisa jelasin."

"Aku nggak nyangka, Dy, kamu kaya gitu." Satria terkekeh.

"Ma ... maksud kamu?"

"Kamu, ah nggak maksud aku, kalian pasti bisa nyimpulin sendiri." Satria tersenyum sinis. Sedangkan Daylon sudah menggeram dan mengepalkan kedua tangannya bersiap untuk memukul Satria. "Terimakasih buat drama sampah rendahan ini, sekali lagi aku nggak nyangka kamu serendah ini, Dy."

Bugh...

Satu pukulan mendarat mulus pada rahang kokoh milik Satria. Semua yang ada di sana pun segera menghampiri mereka dan melihat kejadian itu, tidak ada sama sekali yang mencoba untuk melerai, mereka lebih memilih untuk melihat tontonan gratis itu.

"Daylon!" teriak Dyra dan Mitha bersamaan. Daylon yang akan menghajar Satria lagi pun berhenti.

"Kenapa berhenti? Pukul lagi, ayo!" tantang Satria. Akhirnya Daylon memukul Satria bertubi-tubi tanpa perlawanan sedikitpun dari Satria.

"Daylon, udah." Mitha menarik lengan Daylon. Air matanya masih saja mengalir membasahi pipinya.

Dyra mencoba untuk menolong Satria, namun dengan gesit Satria menepis tangan Dyra. Sontak, hal itu membuat hati Dyra semakin nyeri dan sakit. Tak terasa air matanya semakin deras luruh membahasi pipinya.

"Aku ... Aku kecewa sama kamu, Dy," katanya sambil menyeka darah segar yang mengalir pada sudut bibirnya, "dan bodohnya lagi, aku tetep sayang sama kamu meski kamu udah ngecewain aku." Detik itu juga Dyra tidak bisa menahan dirinya untuk memeluk Satria. Dia menyesal telah menyia-nyiakan orang yang tulus menyayanginya seperti Satria.

TBC

Gimana hayo dengan bab ini?

Ngena nggak? 😂
Jgn lupa tinggalin jejaknya yaa❤❤

Btw, yuk masukin cerita ini ke reading list kamu nanti aku sebaliknya ko❤❤

Seeyou💘💘

DIFFERENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang