Sebelumnya, maaf. Maaf udah jarang update, sebenarnya udah banyak si di draft hehe. Oh iya, mau ngasih tau kalau cerita ini akan ada visualnya. Akan update setiap malem minggu, fix. Btw, jangan pernah bosen sama Dyra dan Daylon ya gaiss❤❤.
---------
Sejak kejadian tadi saat Daylon meninggalkan Dyra begitu saja tanpa kembali lagi, Dyra mendadak diam seribu bahasa, entahlah mood-nya mendadak hilang begitu saja. Saat temannya menyapa atau bertanya, Dyra hanya menjawabnya dengan gumaman atau senyuman. Daylon, seseorang yang mampu menghancurkan mood seorang Dyra.
"Sorry lama."
Nggak kaya Daylon yang biasanya.
"Iya," jawabnya singkat, kemudian ia segera naik pada motor milik Daylon.
Mereka saling diam, tidak ada yang memulai pembicaraan selama perjalanan. Dyra dengan aksi marahnya dan Daylon yang sibuk dengan pemikirannya. Bukannya Daylon tidak ingat maupun tidak ingin meminta maaf pada Dyra soal kejadian tadi, tapi Daylon bingung harus menjelaskannya dari mana.
"Dy, kita makan dulu, ya!" teriaknya dari balik helmnya.
Dyra hanya mengangguk, terlihat jelas dari kaca spion. Dan hal itu membuat rasa bersalah semakin besar dalam diri Daylon. Ia segera meraih tangan Dyra, mengusapnya sejenak lalu mencium punggung tangannya. Walaupun Daylon tidak menjelaskannya, tapi Dyra tau jika sikap Daylon seperti itu pertanda ia sedang meminta maaf pada Dyra.
Setelah kurang lebih dua puluh menit dalam perjalanan, akhirnya mereka sampai pada tempat yang mereka tuju. Bakso Mang Yoni--begitulah tulisan yang terlihat dalam spanduk besar tersebut. Ya, Daylon membawa Dyra ke tempat favorit mereka--bakso tepat di depan sekolahnya dulu.
"Mang, kaya biasanya ya!" teriak Daylon.
"Siap, Den!"
"Duduk sini yuk!" ajak Daylon, Dyra hanya mengangguk setuju.
"Dy," panggil Daylon sambil menatap sendu Dyra.
Dyra mengalihkan pandangannya dari ponsel miliknya. "Ya?"
Helaan napas terdengar berat keluar dari mulut Daylon, ia tau Dyra sedang marah dan tidak ingin diganggu. "Maaf."
"Oh, nggak apa-apa. Santai aja, Day," katanya tersenyum penuh arti.
Jujur, Dyra merasakan hatinya sakit melihat tingkah Daylon, ia merasakan ada yang aneh dalam diri Daylon, entahlah Dyra tidak tau itu apa. Sebisa mungkin Dyra mengenyahkan pemikiran bodoh yang sejak tadi bersarang pada otaknya, ia mencoba untuk percaya pada Daylon bahwa Daylon tidak akan meninggalkannya, lagi.
"Silakan dimakan, Den, Non." mang Yoni menaruh pesanan mereka. Setelah mereka mengucapkan terimakasih, mang Yoni segera kembali untuk melayani banyak pesanan.
"Jangan kebanyakan sambel sama saosnya!" titah Daylon. Ia tau jika Dyra sedang marah, Dyra akan memakan apa saja yang berhubungan dengan cabai.
Dyra mendengus kuat. "Aku bukan anak kecil lagi, Day."
"Sekali nggak, tetep nggak."
"Day." Dyra memasang puppy eyes andalannya. Dyra yakin Daylon akan luluh.
"Nggak!" tegasnya. Pupus sudah keyakinan Dyra.
Dengan cepat Dyra segera memasukkan satu sendok bakso itu pada mulutnya dengan rakus.
"Pelan-pelan bisa kan? Nanti kalau keselek gimana?"
"Nggak--uhukk." Dan benar saja Dyra tersedak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT
RomanceBerbeda, satu kata yang mewakili kita saat ini. Ya, kita berbeda dalam banyak hal. Aku dengan diriku, dan kamu dengan dirimu sendiri. Kita mempunyai pendirian yang tak sama, kita mempunyai pemikiran yang tak selaras. Akankah kita dapat bersatu denga...