Yogyakarta, 2013
Aku adalah orang paling bahagia saat ini dan beberapa waktu kedepan. Kenapa tidak selamanya? Karena takdir tidak ada yang tahu. Sederhananya seperti itu tapi jika boleh meminta aku ingin hidup seribu tahun lagi. Tentunya bersama dia, satu-satunya yang aku cinta. Wanita mana yang tidak bahagia mendapat orang yang dicintai dan mencintainya. Kamu, kesederhanaan yang membuatku bahagia.
"Alfa, makan dulu nak udah siap nih"
"Iya mah!!"
Aku bergegas menuju ruang makan. Seperti biasa, masakan mamah selalu menjadi magnet terkuat yang langsung menarikku beranjak dari tempat tidur. Aku anak ke dua, kakakku bekerja di salah satu perusahaan di negeri Sakura bersama ayahku. Karena hal itu mau tidak mau kami harus menjadi wanita tangguh hidup berdua di rumah ini. Mamah tidak pernah melarangku dalam hal apapun, baginya hidupku adalah tanggung jawabku. Karena hal itu pula secara tidak langsung aku merasa punya tanggung jawab sendiri untuk hidupku.
Baiklah, ini kisahku...
*Kampus Bahasa*
Sebelumnya, namaku Alfarizky Nadya A Zahra. Aku adalah salah satu mahasiswa jurusan bahasa di kampusku. Aku mahasiswa biasa sama seperti kalian. Aku juga bukan mahasiswa aktif seperti yang di impikan mahasiswa lainnya. Aku cenderung mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang kuliah-pulang). Kenapa? Karena aku tidak terlalu menyukai keramaian dan aku adalah tipe pemilih teman. Tapi tunggu, aku tidak sesombong itu, hanya antisipasi saja dapat teman jahat. Kurasa itu bukan hal buruk.
"Alfa?"
"Iya.."
"Kamu Alfa kan?"
"Iya, aku Alfa. Kenapa?"
"Kamu nggak inget aku?"
"Siapa?"
"Aku Dito! Tetangga kamu dulu. Masak nggak inget sih?"
"Dito? Tetangga? Bentar. Oh aku inget, yang dulu kurus kayak cacingan itu kan? yang biasanya main ke rumah waktu mamah bikin kue, yang suka numpang makan juga kalau udah siang pulang sekolah?"
"mmm kayaknya yang kamu sebutin semua keburukanku ya?"
"Hahahaha. Kemana aja kak? Aku dulu nggak tahu waktu kakak pindah! Eh malah ketemu lagi disini"
"Mau tahu ceritanya? Ke kantin yuk, nggak enak ngobrol sambil berdiri"
"Boleh"
Entahlah, samar-samar aku mulai mengingat orang ini. Ya, dia Dito. Aditya Dito Nugroho. Dulu dia adalah tetanggaku. Kami sering bermain bersama, aku selalu merasa aman bersamanya dulu. Kalian tahu? Ada satu janji kami di masa lalu. Kalian ingin tahu? Ah, tidak usah. Aku saja lupa.
"Alfa mau pesan apa?"
"Green tea kak"
"Oke, bentar ya"
Tidak terasa cukup lama juga kami bercengkrama. Hari ini mendung dan mamah memintaku untuk pulang cepat. Sebisa mungkin aku mempercepat obrolan kami dan lekas pamit pada kak Dito. Dia masih sama, selalu hangat kepadaku. Rasanya aku kembali pada masa dimana aku selalu dijaga olehnya.
"Alfa! Lusa aku main ke rumah ya!", teriaknya saat langkahku cukup jauh
Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.
*Di rumah*
"Mah, masih inget Dito?"
"Dito?"
"Anaknya bu Rizma itu, tetangga kita dulu mah"
"Oh, Dito yang kurus itu. Inget sih dikit-dikit. Kenapa?"
"Tadi Alfa ketemu Dito mah, di kampus. Ternyata dia kakak tingkat Alfa. Nggak nyangka"
"Oh ya? Kok nggak diajak main ke rumah?"
"Katanya lusa sih mau mampir"
"Gitu ya? Berarti lusa jadwalnya mamah bikin kue nih"
"Hahahaha mamah masih inget aja"
"Hahahaha"
Dua hari berlalu, benar saja Dito datang ke rumahku membawa sebuah bingkisan. Entah apa isinya kurasa makanan tercium dari baunya. Kupersilahkan dia masuk ke dalam dan disambut mamah.
"Assalamualaikum tante"
"Waalaikum salam.. eh Dito ya? Udah gede sekarang"
"Hehe iya tante, masak kecil terus"
"Duduk sini, tante habis bikin kue loh. Kamu pasti suka deh"
"Wahhh pas banget! Udah lama banget nggak makan kue tante"
"Iyasih, udah berapa tahun ya Dit sejak kamu pindah?"
"Kayaknya sih 10 tahun tante, Dito pindah itu akhir 2003"
"Wihh lama juga, gimana mamah papah kamu? Sehat?"
"Alhamdulillah tante, tahun depan katanya mau balik ke sini lagi. Niatnya sih mau tinggal disini lagi gitu"
"Wahh! Cari yang satu komplek aja biar deketan lagi. Rumah depan itu katanya sih mau dijual. Minta mamah papahmu beli aja Dit, biar tetanggaan lagi"
"Oh ya? Nanti deh Dito kabarin Mamah. Makasih tante infonya"
"Iya.. tante ke belakang dulu ya, kamu ngobrol aja sama Alfa"
"Iya tante"
Hari-hariku kini diisi dengan Dito, aku cukup bahagia. Hampir setiap hari aku bersamanya sampai-sampai banyak orang mengira kami berpacaran. Hahaha. Kurasa itu tidak mungkin. Aku tahu kak Dito sudah punya kekasih yang sangat dicintainya, dia cukup sering menceritakan sosok itu padaku. Aku selalu senang mendengar cerita baru darinya. Tapi tenang, aku belum mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R[A]IN
RomanceTerlebih untuk mencintainya? Ingin berada di dekatnya saja aku butuh beribu alasan.