***
Yogyakarta, Desember 2013
Tahun ke tiga bulan ke tujuh hari ke satu, bagaimana aku lupa padamu?
Bagaimana seseorang harus melupakan orang yang dicintainya?
Bagaimana pula aku harus menahan jarak yang tak henti-hentinya mematikan rinduku?
Aku telah kalah pada rindu, juga pada jarak, pun dengan kita.
Bodohnya, aku masih disini dan terus disini, aku hanya ingin menjadi daun jatuh yang tak akan pernah membenci angin seperti kata Tere Liye. Segala hal tentang rindu akan kamu telah membuatku tak mau beranjak sebelum dapat jawaban yang aku mau. Satu hal yang harus kau tahu, aku ingin sekali saja membencimu. Sangat ingin. Setidaknya agar kau tahu aku pernah tidak peduli padamu. Segala hal yang berbau rindu sudah pasti pilu, dan itu adalah kamu.
Aku bukan langit yang bisa sesuka hati merubah hawa menjadi sejuk ataupun panas untuk menyenangkan hatimu,
Pun aku bukan hujan yang bisa leluasa datang membawa luka setiap engkau mengingatku,
Kalau saja waktu berjalan mundur, ah tidak. Andai saja waktu bisa aku kendalikan. Satu yang ingin aku hilangkan dari rasaku adalah kamu.
Satu yang ingin aku matikan adalah rasaku terhadapmu yang semakin membuncah.
Dulu, aku adalah romantika pada setiap puisi yang kau tuliskan. Ya, itu dulu. Sebelum dengan mudahnya kau ubah aku menjadi elegy duka pada setiap penghujung senja.
Bagaimana aku bisa lupa pada orang yang telah memberikan dunianya padaku.
Semesta, aku menyerah..aku melepasnya untukmu,
Harusnya aku percaya padamu, bahwa ternyata dia bukan matahari dia hanya pelangi yang hadir dengan segala keindahan warnanya namun hanya sesaat.
.
.
Di ruangan berwarna tosca perpaduan putih langit aku merebahkan tubuhku. Menarik nafas panjang dan memainkan musik pada laptop kesayanganku. Kali ini lagu SHE, "Apalah Arti Cinta" menjadi pengantarku untuk menulis. Aku suka lagu ini, liriknya mendalam.
"Bila aku tak berujung denganmu biarkan kisah ini ku kenang selamanya. Tuhan tolong buang rasa cintaku jika tak Kau izinkan aku bersamanya.."
"Luar biasa penciptanya", celetukku lirih
.
.
*tok tok tok*
"Al? Are you Ok?", tanya Mamah dari luar kamar sambil membuka pintu
"Kenapa nduk?"
"Dia datang Mah, dia datang lagi."
"Dia?", sekali lagi tanya Mamah
Aku menangis, tersedu dan semakin menjadi. Pelan dan pasti Mamah memelukku, megusap rambutku dengan jemarinya yang lembut. Aku tenggelam pada pelukan Mamah.
.
.
.
*Juli 2010*
Kala itu aku adalah siswa baru di salah satu SMA unggulan di Jogja ini. Seperti murid baru pada umumnya aku mengikuti MOS (Masa Orientasi Siswa) yang diselenggarakan pihak sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
R[A]IN
RomanceTerlebih untuk mencintainya? Ingin berada di dekatnya saja aku butuh beribu alasan.