BAB I "Mengingat Rasa"

25 1 0
                                    


*drrttt* *drrttt*

"Hallo Assalamualaikum. Kenapa kak?"

"Waalaikumsalam Alfa, laper nih makan yuk."

"Dimana?"

"Tamkul concat aja gimana? Mau?"

"Boleh"

"Yaudah siap-siap ya aku jemput habis ini"

"Kakak dimana?"

"Di rumah"

"Kenapa pakai telpon sih. Kan bisa langsung samper ke rumah"

"Dandanmu kan lama daripada nunggu disitu mending aku main game di rumah dulu"

"Yo."

"Buruan, 15 menit ya. dadah. Assalamualaikum"

"Ya. Waalaikumsalam"

*Tamkul Concat

Seperti biasa tempat ini menjadi favoritku kalau mamah sedang tidak memasak. Aku suka oseng mercon apalagi yang pedas super tapi perutku tidak pernah mendukung. Jadi mau tidak mau aku memesan level sedang. Kak Dito bukan pecinta masakan pedas, kali ini dia memesan gudeg. Baiklah, kami tidak mempunyai kekompakan dalam hal makanan. Makan malam kali ini cukup syahdu bagiku. Kenapa? Karena Jogja sedang rintik. Aku suka hujan tapi tidak dengan kilat. Hahaha.

Selesai makan kami meluangkan waktu mengitari Jogja. Selalu sama, setiap sudutnya selalu penuh kerinduan. Pukul 21.46 kami pulang dan kurasa malam ini tidurku akan mimpi indah seperti malam-malam sebelumnya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Eh baru pulang, masuk dulu Dito"

"Saya langsung aja tante, mau kebut skripsi lagi"

"Oh gitu yasudah yang rajin ya"

"Siap tante,saya pamit dulu Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

.

.

"Mah, ganti baju dulu ya"

"Bentar deh nduk"

"Kenapa mah?"

"Seminggu kedepan kamu nggak usah masuk kuliah ya. Kita nyusul ayah ke Jepang ada urusan penting banget"

"Lah? Aku ikut?"

"Ya iyalah temenin Mamah. Yo emoh nek mamah sendiri. Hampa banget dong"

"Hmmmm apasih Mah sok muda deh. Iya-iya aku temenin lagian kan seminggu kedepan Minggu tenang."

"Nah gitu dong. Ajak Dito gih"

"Lah? Kok bawa-bawa kak Dito?"

"Ya nggak papa biar ada yang jagain duo princess kayak kita"

"Mah?"

"Apa?"

"Mamah kok alay?"

"Biarin. Pokoknya besok ajak Dito ya."

"Iya-iya. Yaudah Alfa ke kamar dulu ya Mah, ngantuk"

"Iya, mimpi Mamah ya cantik"

"Hmmmm"

Pergi ke Jepang satu minggu bersama kak Dito? Ya Tuhan, aku harus seneng apa seneng banget? Nggak, nggak boleh. Aku harus tetap biasa. Oke Alfa, jangan baper. Kak Dito udah punya pacar. Tidur aja kali ya biar cepet ganti hari. Hihihi.

.

.

.

"Alfa bangun nak. Buruan mandi, sarapan terus cari tiket."

"mmm iyahhh"

*pukul 06.00*

"Terlalu pagi", gerutuku.

Hari ini Mamah masak bubur ayam favoritku. Belum seenak yang biasa kumakan di pinggir jalan sih, tapi cukup ciamik lah untuk pemadam kelaparan pagi hari. Ada pemandangan yang berbeda di meja makan. Kenapa piringnya banyak sekali? Seingatku hanya kami berdua yang tinggal di rumah ini. Selang beberapa menit keluarga Dito datang ke rumahku. Ternyata mamah mengundang mereka. Aku salting. Seperti acara lamaran saja batinku. Apa sih Al? Pagi-pagi mikir ngawur.

"Pagi princess.", sapa bunda Dito

"Pagi Bunda, Ayah"

"Pagi, kok cuma ayah sama bunda yang disapa?", tambah ayah Dito

"eh iya kelupaan. pagi kak Dito"

"Pagi dedek Alfa"

"Apasih geli dengernya"

"Hahahaha", sontak kami semua tertawa.

Ayah dan Bunda Dito ternyata sudah tahu mengenai rencana Mamah, dan lagi-lagi mamah selalu gerak cepat dalam penyampaian info. Tanpa basa-basi mereka menyetujui keberangkatan kami ke Jepang. Alhasil, aku dan kak Dito lah yang jadi korban Mamah untuk mencari tiket pesawat. Selesai makan kami bergegas membeli tiket untuk besok. Aku merasa ada yang berbeda dengan kak Dito hari ini. Dia lebih pendiam dari biasanya.

"Tumben diem? Sakit? Masih laper? Mikir skripsi?"

"Nggak"

"Terus"

"Alana mau ke Jogja lusa."

"Oh ya? kok nggak bilang dari tadi. Kan biar nggak usah beli tiket"

"Ahahaha nggak papa. Aku minta liburannya kesini diundur seminggu kedepan"

"Kok gitu?"

"Biar aku bisa liburan ke Jepang"

"Anjir"

"Hahahaha. Yaudah yuk pulang. Mau ke kampus aku, bimbingan."

"Iya-iya yang mahasiswa tua"

Manusia aneh, pikirku. Kenapa aku merasa di nomor satukan ya? Oke Alfa, inget jangan baper. Jangan. Oh iya, Alana adalah kekasih kak Dito. Kudengar cerita darinya sih mereka sudah 3 tahun lebih berpacaran. Jadi kesimpulannya? Sederhana, aku nggak bisa masuk ke hati kak Dito lebih dari sekedar adik. Alana cantik. Siapapun kurasa akan jatuh cinta melihatnya, secara dia salah satu model yang cukup terkenal di kota Bandung. Kalau aku ini cowok mungkin aku udah naksir kali ya. Lamunanku semakin menjadi sampai aku tidak terasa kalau sudah sampai rumah.

"Woi, sampe tuh.", celetuk kak Dito

"Ha? eh Iya. Makasih ya. Hati-hati semoga acc"

"Aamiin makasih ya cantik"

"..."

Aku malu. Entahlah aku langsung ngacir lari masuk rumah. Pipiku merah mendengar kata "cantik" dari kak Dito. Aku bergegas ke kamar dan mengunci pintu, membayangkan kembali ekspresi kak Dito ketika memanggilku "cantik". AH! Aku seperti ABG labil. Aku seperti anak SMP yang baru merasakan jatuh cinta. Alfa sadar please. Jangan kebanyakan ngayal, itu Cuma bentuk kak Dito saying kamu sebatas adiknya. Aku merebahkan badan ke tempat tidurku sembari ku putar musik favoritku.

*Roullete*

"Awalnya ku tak mengerti apa yang sedang kurasakan. Segalanya berubah dan rasa rindu itupun ada sejak kau hadir di setiap malam di tidurku aku tahu sesuatu sedang terjadi padamu..."

"Lah, pas banget lagunya.", celetukku sambil menunggu reff nya untuk kunyanyikan.

"Aku jatuh cinta kepada dirinya, sungguh-sungguh cinta oh apa adanya...", samar-samar mataku mengantuk dan aku tertidur siang itu.


R[A]INTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang