Five

20.1K 1.3K 23
                                    

Pemuda itu berjalan mendekati Manda perlahan-lahan tidak ingin gadisnya lari karena kehadirannya. Ia sebenarnya tau bahwa gadisnya itu menghidar darinya walaupun mereka tak saling mengenal. Dengan memalingkan muka baginya itu hal yang menyakitkan.

Grrr

Suara geraman itu membuat Manda bangkit dan menoleh. Dilihatnya pemuda dengan hoodie abu-abu yang menutupi kepalanya. Dengan kedua tangan yang dimasukan kedalam saku dan berdiri angkuh.

"S-siapa kau?" Tanya Manda gugup.

Tiba-tiba pemuda itu membuka topi jaketnya. Disana terlihat jelas pemuda yang ia jauhi walaupun tak mengenalnya. Pemuda yang menjadi serigala dibelakang rumahnya, Alan.

Dirinya kaget dan instingnya menyuruhnya lari. Ia berlari tiba-tiba membuat Alan tak sempat menangkapnya. Alan pun mengejar Manda walaupun hanya dengan lari-lari kecil ia pasti bisa menangkapnya.

Manda bersembunyi dibalik rak buku yang tinggi menjulang. Dirasanya belum aman ia berlari lagi menuju ujung perpustakaan yang terdapat tumpukan kardus buku. Dirinya meringkuk bersembunyi dibalik sana.

Dengan mulut yang ia tutup serapat mungkin agar tak keluar suara isakannya. Ia merasakan bila Alan mulai mendekat kearahnya. Suasana terasa mencekam seperti yang ada didalam mimpinya dirinya harus berlari menghindar dari werewolf.

"Manda sayang, dimana kau." Suara serak seperti psikopat menurut Manda.

"Keluarlah jangan sampai diriku yang menemukanmu. Bila itu terjadi tak akan aku lepaskan kau pergi." Lanjutnya.

Manda yang mendengarnya pun ketakutan tetapi ia tak bisa menyerah begitu saja bagaimana dengan nasibnya jika ia jatuh ketangan Alan. Manda semakin membekap mulutnya dan menahan nafasnya agar tidak terdengar.

Sedangkan Alan sedari tadi terus memperhatikan Manda yang sedang bersembunyi menghindar darinya. Ia tau Manda berada disana karena aroma matenya perpaduan antara bunga lily dan juga mawar.

Dirinya sudah tak tahan lagi dengan sikap Manda yang terus bersembunyi menghindar darinya. Alan juga tidak mendengar deru nafas Manda mungkin saja dia menahannya tetapi yang terdengar cuma suara jantungnya yang berdetak kencang.

Bruk

Lemparnya kardus itu dan membuat Manda kaget bahkan shock. Dirinya hanya diam menatap Alan yang wajahnya merah padam menatapnya tajam dengan mata berwarna coklat tua.

Tiba-tiba Alan mencengkram kedua lengan Manda dan membuatnya meringis kesakitan. "Arghh." Tak disangkannya Alan memanggul Manda dipundaknya dengan kepala kebawah menghadap punggung Alan sedangkan kakinya berada diatas.

Buk buk

"Alan lepaskan!!" Teriak Manda tetapi tak digubris oleh Alan.

Alan berlari sangat cepat dengan keadaan Manda seperti itu membuat Manda pusing. Dirinya membawa matenya menuju rumahnya yang berada ditengah hutan yang lebat.

Waktu istirahat dan pelajaran ia lupakan demi membawa matenya pulang. Walaupun sempat menghindar tetapi Alan mampu membawanya.

Brak

"Argh." Ringis Manda pelan.

Tak lama kemudian mereka sampai dirumah Alan yang megah dengan dinding berwarna putih gading. Lalu ia melempar Manda pada ranjang kamar Alan. Manda tak merasakan sakit pada tubuhnya saat terlempar. Ia merasakan sesuatu yang empuk.

Menyadari ini bukanlah rumahnya Manda segera bangkit dan berlari menuju pintu tetapi pintu itu terkunci. Dia menilik ruangan ini dengan seksama. Ruangan ini berwarna abu-abu dan putih dengan bau maskulin ciri khas seorang pria.

Dilihatnya balkon kamar ini Manda segera berlari menuju kesana tetapi balkon itu terhalang oleh kaca dan ternyata terkunci. Dirasa tak ada celah ia berlari kearah pintu dan menggedor-gedornya meminta tolong.

"Tolong, siapapun yang ada diluar tolong buka pintunya." Teriaknya dengan isakan.

Tanpa ia sadari Alan berada didalam walk in closet untuk mengganti pakaiannya. Ia melihat matenya berusaha kabur lagi tetapi ia tak sebodoh itu untuk mengunci pintu kamarnya dan juga balkon.

Ia geram dengan tingkah Manda yang terus seperti itu apalagi Max yang sedari tadi terus berusaha untuk keluar dan memberinya hukuman karena telah berani-beraninya menghindar darinya.

Grrr

Manda membalikkan tubuhnya saat mendengar suara geraman yang berada dibelakangnya. Alan disana berjalan kearahnya dengan wajah dingin dan tatapan tajamnya membuat Manda semakin terpojok.

Ia sudah terapit diantar tembok dan juga tangan kanan Alan yang mengukung dirinya. Menghalangi gerak Manda yang akan mencoba kabur darinya. Isakan demi isakan keluar dari mulut Manda membuat geraman itu terdengar jelas dari mulut Alan.

"To-tolong le-pasin aku Alan." Ucapnya sambil sesegukkan.

Tetapi Alan tak menggubris ucapan Manda ia terus berjalan mengapit Manda ketembok. Yang tersisa hanyalah celah tangan Manda yang berada didada Alan.

Manda menangis ketakutan dikala hidung Alan yang hampir menyentuh hidungnya. "Tak akan aku biarkan kau pergi lari dariku." Ucap Alan tegas yang bertepatan dibibir Manda.

"Ke-kenapa?" Isak Manda.

"Karena kamu hanya milikku."

Tiba-tiba Manda jatuh pingsan diatas tubuh Alan tetapi Alan menahannya agar dirinya dan juga Manda tak jatuh bebas kelantai. Alan yang membuat Manda pingsan dengan memukul tengkuk Manda menggunakan siku kanannya.

Alan pun menggendong Manda menuju ranjangnya. Ia tak akan membiarkan matenya pergi dari sisinya lagi. "You're mine." Lirihnya dan mengecup kening Manda. Tak lupa ia menata selimutnya untuk menghangatkan dirinya dan Manda yang tidur terbaring diatas ranjang.

You're Mine (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang