Eight

19.3K 1.2K 1
                                    

“Ahh, iya aku lupa tak membawa baju kemari, lalu aku pakai apa?” tepuk keningnya sendiri.

Beberapa menit kemudian Manda keluar dari kamar mandi dengan menggunakan pakaiannya yang kemarin karena ia datang kesini atas paksaan Alan.

Kini Manda berada dikamar lelaki itu yang masih satu ruangan dengan kamar mandinya. Ia menolehkan kepala kesegala penjuru kamar berwarna abu-abu putih dengan bau khas seorang pria ini. Dimana dia? Pikirnya.

Ceklek

Pintu kamar yang ditempati Manda terbuka menampilkan seorang pria dengan rambut basah dan juga kaos berwarna hitam yang membentuk tubuh atletisnya. Ia adalah pria yang telah membawa paksa dirinya yaitu Alan.

Alan berjalan masuk menuju dimana Manda berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana. Wajah dingin dan juga rahang tegasnya tak pernah jauh dari dirinya walaupun tatapan mata tajamnya yang mampu membius kaum wanita menatap Manda dengan hangat.

Kini Alan berada dihadapannya menatap dirinya dengan intens mampu membuat Manda gugup menatapnya. Alan melihat penampilan Manda dari atas kebawah membuat Manda melototkan matanya walaupun hanya dirinya yang tau.

“kenapa kau tak mengganti pakaianmu?” Tanya Alan dengan nada dingin dengan memandang tepat dimatanya.

“A-ak-aku tak membawa pakaianku kemari.” Jawab Manda terbat-bata sambil menunduk.

Seringai tiba-tiba muncul dibibir Alan. Ide licik terlintas dalam benaknya untuk membuat hiburan tersendiri baginya.

“Pakai kemejaku.” Ucapnya tiba-tiba.

“Apa!?” jawabnya shock. Ia memandang Alan dengan pandangan tak percaya.

Manda tak bisa mencerna pikirannya sendiri apabila dirinya memakai pakaian seorang pria. “Ti-tidak, lebih baik aku memakai pakaian ini saja.” Lanjutnya.

“kalau begitu aku memaksa.” Balas Alan dengan seringai dan juga satu alis terangkat.

Manda menolak dengan menggeleng-gelengkan kepala dan tangannya. Ia berjalan mundur seiring dengan Alan yang berjalan maju kearahnya. Tak terasa kini dirinya terpojok ditembok dengan Alan yang berdiri menjulang tepat dihadapannya.

Manda menoleh kekanan dan kekiri mencari celah tetapi gerak geriknya ditangkap oleh Alan sehingga kedua tangannya mengukung Manda didalamnya. Satu tangan Alan berada ditembok dekat dengan Manda dan tangan satunya lagi berada dipinggangnya yang membuat grak Manda tak luasa.

“A-Alan.” Tangan Manda bertengger manis didepan dada bidang Alan.

“Apa sayang?” Tanya Alan tepat ditelinga Manda dan membuat bulu kuduk Manda meremang.

Sedangkan Manda mencoba meredakan suara jantungnya yang berdetak cepat bahkan wajah Manda pun merah padam dibuatnya. Alan yang merasa dirinya terabaikan melihat Manda yang sedang berdiam diri dengan wajah memerah tersenyum puas.

Wah, Alan mate kita sangat lucu.” Tiba tiba Max memindlinknya.

“Ah, ya.”

Aku tak sabar ingin menandainya Alan.

“Ya aku juga tetapi untuk sekarang masih tidak mungkin.”

kenapa?” Tanya Max penasaran.

Tiba-tiba sebuah tangan melambai tepat dihadapannya. “A-Alan?” membuat Alan tersentak dan memutuskan mindlinknya secara sepihak dengan Max.

“Ahh, ya sayang?” Tanya Alan dengan memajukan wajahnya kehadapan Manda membuat Manda gugup sekaligus takut.
Ceklek

“Sa-yang!!” suara wanita paruh baya mengintrupsi kegiatan kedua orang itu.

Wanita itu kaget saat membuka kamar anaknya yang dilihat pertama kali adalah keduanya sedang asik dengan dunianya sendiri. Merasa sedang dipanggil Alan melepaskan pelukannya dari Manda dan memberi jarak padanya agar Manda dapat bernafas lega. Wajah Manda memerah bercampur malu saat dirinya terpegok oleh seorang wanita paruh baya.

“Ada apa mom?” Tanya Alan dengan nada dingin sambil menatap wanita yang dipanggil mom olehnya.

“Ha-a, sebaiknya kalian sarapan dulu. Semua orang menunggu kalian.” Ucapnya lembut sambil tersenyum penuh arti kepada keduanya.

Ariana pergi meninggalkan keduanya yang masih berada pada tempatnya. Senyum dibibirnya tak membuatnya lelah bahkan para pelayan yang sedang berada dilorong membuatnya bingung. Karena pikirannya masih berkelana kepada anaknya yang sedikit demi sedikit berubah karena matenya.

“Huft, sepertinya kegiatan kita ditunda dulu.” Goda Alan yang membuat wajah Manda semakin memerah.

“Ah ya, pakai pakaian yang aku sediakan ditempat tidur.” lanjutnya menatap Manda dan sedikit melirik gaun sederhana berwarna merah muda yang sudah ia sediakan sebelum Manda keluar dari kamar mandi.

Manda melihat gaun sederhana itu berada disana dengan pandangan bingung. Sejak kapan gaun itu ada disana? Pikirnya.
“Saat kau mandi.” Jawab Alan yang mengerti akan pertanyaan Manda dalam pikirannya.

“Cepat, aku menunggumu diruang makan.” Perintah Alan kepada Manda yang hanya dibalas anggukan olehnya.

Cup

Tiba-tiba sebuah benda kenyal dan hangat menyentuh keningnya membuat Manda diam ditempat dan tak lupa wajah merahnya yang sudah padam kembali muncul lagi. Sedangkan Alan sudah keluar saat Manda bergeming ditempatnya senyum puas tercetak diwajah Alan.

🍃🍃🍃🍃

Tak lama kemudian Manda tiba dimana seluruh keluarga Alan berada untuk sarapan. Dirinya menjadi gugup saat ditatap dengan semua orang yang berada disana terutama kedua orang tua Alan yang memandang dirinya dengan tatapan menilai.

“Ah, ternyata mate Alan cantik juga. Pantas dia marah-marah saat itu.” Goda pria paruh baya itu yang tak lain Aron ayah Alan.

“Kau benar sayang, bahkan Alan tak akan pernah melepaskannya.” Goda wanita paruh baya itu yang tak lain adalah Ariana istrinya Aron atau ibunya Alan.

Sedangkan Alan hanya menatap kedua orang tuanya dingin. Dan Manda dibuat bingung oleh sikap dan perkataan dari mereka. Maksud mereka apa? Batinnya.

“Tidak usah dipikirin ucapan kami, sini mari makan.” Ajak Ariana.

Mereka pun makan dalam keheningan hanya dentingan garpu dan sendok yang beradu dengan piringnya. Setelah selesai makan mereka berbincang-bincang ringan ditaman belakang rumah ini.

“Sayang, nama kau siapa?” Tanya Ariana.

“Amanda, bibi.” Jawabnya sambil tersenyum.

“Jangan panggil bibi, panggil mom saja. Sepertinya kau bukan berasal dari kota ini?” Tanyanya saat melihat wajah Manda yang lebih ke Asia

“Ah ya baiklah mom, aku bukan berasal dari sini. Aku berasal dari Indonesia.”

“Ohh, lalu kenapa kau bisa berada dikota ini?”

“Ibuku dipindah tugaskan kemari.”

Saat mereka asik berbincang tiba-tiba dia teringat akan rumahnya yang tak dijaga oleh siapapun kecuali dirinya. Ibunya sedang berada diluar kota selama seminggu dan tas serta barang-barangnya tertinggal didalam kelas.

“Hmm mom, sepertinya aku harus kembali pulang kerumah.” Ucapnya pada Ariana.

“kenapa, disinikan rumahmu?”

You're Mine (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang