Hari ini Fadel resmi pindah sekolah. Ceritanya imigrasi dari SMA Garuda ke SMA Galaksi. Iyain aja Fadel mah.
Mencoba jadi anak baik sehari tidak ada salahnya. Itung-itung untuk membuat Ferdinan senang. Papi senang, Fadel pun senang. Like father like daughter.
Iyain aja Fadel mah (pt.2).
Tadi pagi Fadel meminta Ferdinan untuk mengantarnya kesekolah barunya. Ferdinan sempat menolak, namun dengan ajaibnya Fadel memberi alasan,
"Papi mau gak Fadel jadi anak baik?" Tanya gadis itu serius.
"Ya maulah! Semua orangtua juga mau anaknya baik-baik." Kata Ferdinan sedikit ngegas.
Mendengar itu, Fadel mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya, bagus Papi udah ngaku orang tua,"
"Yeu bangsu-"
"Sstt! Inget anak sendiri." Fadel menempelkan jari telunjuknya dibibir Ferdinan membuat bibir Papinya itu sedikit menyon.
Ferdinan kemudian mengelus dadanya. Padahal masih ada telunjuk Fadel didepan bibirnya. "Astagfirullah. ."
Dengan polosnya Fadel berkata, "telunjuk Fadel kan bekas ngupil tau, Pih."
"Ta- ALLAHUAKBAR! KURANG AJAR." Ferdinan melotot.
"Sst stt sabar, anak sendiri." Kata Fadel kalem malah membuat Ferdinan ingin menenggelamkan anaknya.
"Au ah, males pengen treug. Tapi miskin." Balas Ferdinan acuh.
"Bodoamat, ayo berangkat, Pih."
Ferdinan mendengus. "Kaga mao. Lu berangkat aja sendiri." Tangannya bersiap untuk membuka pintu mobil.
Fadel menahannya. "Ett et Papi gak boleh gitu hayoo.. nanti Fadel telat-telatin loh berangkat kesekolahnya kalo gak sama Papi, hayo Papi ututu nang ning nang ning nang ning nung.."
Dengan bodoamatnya Fadel menunjukkan muka menjijikannya, sambil kedua tangannya goyang-goyang. Biasanya buat bikin bayi ketawa, tapi ini jatohnya jadi kayak ngelenong.
Amit-amit ya allah, dulu Nea ngidam apa ya sampe anak gue jadi begini..
"Anakku yang jelek, ayo masuk mobil. Papi gak mau nanti ada tetangga ngeliat orang gila depan mobil Papi yang tangpan berkilau."
©neyyxa
Sampai didepan gerbang sekolah, Fadel segera berpamitan pada Ferdinan. Hari ini mau jadi anak baik.
"Fadel sekolah dulu, Pih. Assalamualaikum paje!"
"Waalaikumsalam, ughtea."
Fadel menyengir, "minta duit dulu dong, Pih."
"Ngapain dih? Anak sendiri." Jawab Ferdinan membuat anak gadisnya jengkel.
"Yeu.. buat ongkos, Fadel kan kesini dianter Papi." Fadel cemberut.
Lalu, Ferdinan mengeluarkan dompet dari saku dan memberi Fadel selembar kertas berwarna hijau.
"Duapuluh ribu doang, Pih?" Tanyanya sok kaget. Lebay.
"Bersyukur gue kasih, ye. Papi berangkat dulu. Assalamualaikum, bay."
Mobil Ferdinan melaju, meninggalkan Fadel yang masih kesal. Biasanya paling kecil dikasih limapuluh ribu rupiah. Itupun masih kurang menurutnya.
Ikhlasin, del. Mie instamu, pendukungmu. Dalam hati Fadel memotivasi.
Ia menghela napas. Kakinya melangkah masuk kedalam gerbang sekolah. Pertama-tama yang harus Ia lakukan adalah mencari kantor Anton, a.k.a Kepala sekolah SMA Galaksi.
Tidak perlu repot mencari sebenarnya. Untuk apa Fadel punya ponsel kalau tidak digunakan.
Fadel berjalan menuju pinggir lapangan yang masih sepi bertujuan untuk duduk, tidak peduli jika dia duduk sembarangan yang penting adem. Baru kali ini, ia datang saat sekolah masih sepi-sepinya begini.
Setelah mendapatkan nama kontak yang dicarinya, Fadel langsung menelponnya.
Dialing..
Om Anton temennya Marimar.Teleponnya tersambung.
"Assalamualaikum, halo om!"
"Waalaikumsalam. Udah nyampe sekolah, kamu?" Tanya Anton.
Fadel mengangguk, meski tidak terlihat. "Heem. Fadel lagi bingung nyari kantor kepsek, sih. Om disana, kan?"
"Oh, iya. Kamu kesini aja, nanti om kasih tau jalannya lewat chat, ya. Pulsa om dikit lagi soalnya," Anton menyengir disana, sedangkan Fadel mendengus.
"Gembel, nih, om. Yaudah Fadel tutup dulu telponnya. Assalamualaikum, Antonio!" Fadel berucap antusias.
Anton malah mengelus dadanya, berusaha sabar. "Buset anaknya sapa dah. Waalaikumsalam, marimar!"
Berjalan sesuai apa yang diberitahu Anton, gadis itu kini berdiri didepan pintu berwarna putih. Disitu sudah tertulis 'Ruang Kepala Sekolah'. Tanpa ragu, Fadel mengetuk pintu tersebut.
"Masuk." Suara itu terdengar dari dalam.
Kemudian, Fadel memegang kenop dan membukanya. Disitu terlihat bahwa Anton —pamannya, sedang membaca beberapa berkas dimejanya.
"Halo om," Fadel menyapa. Ia memasuki ruangan, dan duduk dihadapan Anton.
Anton mendongak, tapi tak lama setelah itu Pria paruh baya tersebut tersentak ketika Fadel menunjukkan senyum manis, dengan lembut tangannya menyalami pamannya.
"Ini beneran? Fadel?" Tanya Anton heran.
"Iya lah, om. Ini, liat nih, muka Fadel masih unyu."
Anton mendengus. "Beneran Fadel ini, mah. Pede-nya gak ilang-ilang."
Fadel nyengir. "Kelas Fadel dimana, om? Bukan dikelas unggulan kan?" Matanya berbinar, berharap.
"Kalo mau dikelas unggulan sih ya, engga pa-pa. Syukur-syukur nanti pasti si Ferdinan liat anaknya ikutan kalem-kalem unyu gitu. Lagian kan kamu pinter gini,"
"Eh, gak usah om. Fadel mau dikelas lain aja. Fadel kan gak pinter-pinter amat, jadi mending cari kelas yang cocok buat Fadel gitu om.." Ucap Fadel mengedipkan matanya agar terlihat polos.
Tidak ada polos-polosnya, Anton justru malah tertawa melihat keponakannya seperti itu.
"Kamu dapet kelas XI. IPA.4 ya, nanti biar om panggilin wali kelas kamu kesini." Ujar Anton sambil membenarkan posisi kacamatanya.
Yang ada didalam pikiran dan hati Fadel:Alhamdulillah.
Alhamdulillah.
Alhamdulillah.
Rezeki Fadel hari ini, berkah.©neyyxa
Bersambung..
Apdet ak ges :"—
Tue, July 23, 19.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Somplak
Humor[n e w v e r s i o n] "Gaya lo, tingkah lo, muka lo, kamseupay!" ;itu kata Fadel yang jengkel menghadapi cowok sok suci. ©neyyxa