2

76 3 0
                                    

"Kita pernah menjadi sebuah ketentuan pada pertemuan yang saling mengisi hingga saling meniadakan."- Amor Fati

Malam ini Shilla masih terjaga, mendengarkan lagu lagu kesukaannya bersama Ka Putra dulu sambil membayangkan hal hal yang belum tercapai atau mungkin tidak akan bisa tercapai bagi keduanya?
Shilla masih menyesali keadaan, dia masih memikirkan rentetan perbuatan dan kata - kata indah dari Ka Putra untuknya. Ia menyesali, mengapa semuanya tidak bisa terjadi?
Shilla juga memikirkan sebuah komentar dari Ka Putra pada akun instagram sahabatnya di satu foto yang diambil saat photobox di mal tadi siang. Apakah dirinya terlihat begitu kentara sedihnya?
Lalu, ia harus apa? Kenyataannya, kesedihan itu tak bisa ia hindari.

Tak lama, ponselnya bergetar.

Line
You have a new message.

Kak Putra

Matahari menuju jingga dan daun berguguran. Tetapi esok, bunga bermekaran melindungi kumbang.

Bumantara sendu menjadi kelabu, dan hujan berjatuhan. Tetapi esok, pelangi terlukis di kanvas semesta Tuhan.

Palagan mayapada meletus memecah manusia. Tetapi esok, perdamaian tiba dengan cahaya eunoianya.

Esok, dunia selalu memberikan kesempatan kedua. Tetapi, Nona, apakah itu berlaku untuk cinta kita?

Tidak sama sekali.
—Anna Azzahra

23.57


                                               
                                                                    
                        
                   Kalo gak ada suatu hal yang terlalu penting tolong jangan datang kak. Bantu aku buat lepas kakak.  Makasih.
           
                                                                      24.00

Kak Putra
Maaf. Good night, shil :)

24.01

Shilla menangis lagi, untuk yang kesekian kali. Ia rindu pada percakapan hangat bersama Ka Putra yang dulu. Sekarang sudah tak bisa lagi.

"Mau dengar suara aku nyanyi?"

"Awas ya kalo kamu malah nyanyi eta terangkanlah lagi!"

"Iyaa, nih ya" "aku mau nyanyi lagu Tulus" "Dari matamu matamu ku mulai jatuh cinta, ku melihat melihat ada bayangan.."

Shilla tertawa, "bayangnya! Kenapa jadi bayangan? Lagian itu lagu Jaz tau, bukan Tulus.."

"Ehehehe iya, gak apa apa yang penting kamu ketawa"

Seiring dengan ingatannya yang memutar kembali kenangan bersama Ka Putra, matanya yang lelah itu mulai terpejam.

***

"Shilla,Gigi gue pulang duluan ya. Daaah." Ucap Tania sambil berlalu meninggalkan kedua temannya.

Shilla mengerutkan dahinya,"Dia bareng siapa, Gi?"

"Katanya sih lagi deket sama Marsel anak kelas 12 ips 1, kemungkinan bareng dia,"

Shilla membenarkan posisi ransel dibahunya,"Oh yaudah, yuk pulang capek banget gue."

"Duh Shil, kayanya kita juga ga bareng dulu. Cowo gue udah digerbang," Ucap Giselle sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya.

"Yaudah bareng sampe gerbang aja."

Lalu mereka berdua berjalan menuju gerbang sambil diselingi percakapan acak sekaligus tidak penting yang mereka buat, bukankah jika kita mengobrol dengan sahabat sendiri memang tidak pernah jelas maksud dan tujuan obrolannya?
Disisi lain, Shilla berpikir apakah ia harus mulai merelakan sosok Ka Putra? Apa ia harus membuka hatinya untuk seseorang yang baru? Shilla juga ingin bahagia bersama laki - laki yang ia sukai seperti kedua orang sahabatnya.
Namun, patah hati tidak pernah menjadi perkara yang mudah,bukan?
Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya mereka berdua sampai di depan gerbang sekolah mereka.
Terlihat sebuah mobil Audi bewarna hitam yang terhenti didepan pandangan mereka. Tak lama, orang yang berada didalam mobil tersebut keluar dengan senyum manis dan menyapa Shilla yang juga membalas sapaannya.
"Bareng kita aja Shil," Ajak cowok berperawakan tinggi itu.

Shilla mengibaskan tangannya bermaksud untuk menolak,"Eh engga usah. Takut ganggu lo sama Gigi,"

"Apa sih, Shil. Udah bareng kita aja. Cepet masuk!!" Paksa Giselle.

Akhirnya Shilla menerima ajakan Juan dan Giselle untuk ikut pulang bersama mereka. Shilla duduk didekat jendela sendiri, ia melihat jalanan yang dilewati walaupun pikirannya jauh menerawang ke hal lain. Shilla kembali teringat, dulu ia pernah ada di posisi Giselle. Dijemput oleh Ka Putra saat sepulang sekolah apalagi saat mereka masih sama sama duduk di bangku SMA, frekuensinya untuk bersama Ka Putra lebih banyak.
Saat ia tenggelam dalam rentetan kenangan tentang Ka Putra, suara Giselle memecahkan lamunannya.
"Yaampun, Shil! Gue sama Juan udah manggil lo berkali - kali tau."

"Maap maap, kenapa?"

"Lo ikut kita nonton ya? Daripada dirumah, lo pasti gabut gak ada kerjaan terus akhirnya malah galau keinget si anu. Mending lo ikut gue nonton." Jelas Giselle panjang lebar.

"Ogah ah, jadi nyamuk gue ntar!"
Suara berat Juan menginterupsi, "Ada sepupu gue nanti, dia nyusul."

"Tuh! Udah lo ikut aja, gak ada penolakan."Ucap Giselle.

"Terserah."

Hingga mereka sampai di gedung bioskop, Juan dan Giselle sibuk memilih dan beradu pendapat tentang film action dengan judul apa yang akan mereka tonton nanti. Dan pada akhirnya selalu Juan yang menuruti keinginan Giselle. Selalu begitu. Menurutnya, semua yang berhubungan dengan Giselle tak akan bisa ia tolak apalagi keinginan langsung dari seorang Giselle.
Sedangkan Shilla, hanya menunggu dengan jarak 3 meter di belakang pasangan tersebut sambil memainkan ponselnya. Tak lama, ada seorang laki - laki menabrak bahunya tidak sengaja.
Laki - laki tersebut berbalik menghadap Shilla yang saat itu masih sedikit terkejut, "Eh? Sorry ya gue gak sengaja,"
Shilla menatapnya sebentar lalu mengangguk, "Iya."
Juan dan Giselle yang saat itu sudah selesai memesan tiket menghampiri mereka.
Juan menatap ke arah laki - laki yang tidak sengaja menabrak bahu Shilla, "Udah kenal, Var?"
Laki - laki itu melirik Shilla yang berada di sampingnya, "Belum sih tapi mau,"
ia mengulurkan tangannya ke arah Shilla, "Nama gue Alvaro, panggil aja Varo atau Sayang juga boleh kalo lo mau,"
Shilla yang menatapnya dengan dahi berkerut langsung menerima uluran tangannya sebelum buru - buru melepasnya, "Gue Shilla."
Varo mengangguk lalu tersenyum jahil, "Shilla putih ya kaya shinzui"

"Ha? Shinzui dia bilang?! Jadi gue kayak sabun gitu? Dia mau ngerayu atau bercanda, sih? Garing banget, sumpah!" Ucap Shilla dalam hati.

Ketika mereka berempat sudah menduduki masing - masing seat,  Juan dan Giselle menikmati film tersebut dengan wajah yang serius sambil sesekali berkomentar tentang adegan yang mereka saksikan di film itu. Sedangkan Shilla, hanya menatap layar lebar itu dengan bosan. Memperhatikan namun pikirannya melayang menuju Ka Putra, ia membayangkan dan lalu mulai berpikir, seperti; Ka putra sedang apa disana? Ka putra pernah sungguh - sungguh tidak sih sewaktu bersamanya dulu? Salah tidak jika ia masih mengharapkan pertemuan dengan Ka Putra? Atau malah saat mereka bertemu, Ka Putra sudah mempunyai kekasih baru?

Tanpa sadar, mata Shilla berlinang oleh cairan dari matanya,  ia agak menyesakki pikirannya yang terakhir tadi. Ia belum bisa membayangkan jika hal itu benar terjadi. Sementara Varo yang kebetulan sedang melihat ke arahnya merasa bingung, mengapa gadis disampingnya menangis sedangkan film dilayar sedang menunjukkan adegan  bela diri antar lawan pemain.
Dengan hati - hati dan agak berbisik Varo memanggil gadis disampingnya, "Shilla? Shilla? Kenapa nangis?"
Shilla buru - buru mengelap air matanya, menoleh kearah Varo, "Sedih filmnya."
Varo mengerutkan dahinya, "Gak ada yang sedih dari filmnya," "Lo kenapa, Shil?"
Ketika bibir Shilla mulai terbuka untuk menjawab pertanyaannya, ponsel disaku seragam Varo bergetar. Varo segera mengangkat panggilan tersebut dan memberi isyarat pada Shilla bahwa ia ingin mengangkat panggilan itu dulu. Shilla hanya mengangguk lalu tak lama dari itu Varo dengan terburu - buru menuju pintu keluar theater setelah kata "sayang" dengan pelan keluar dari bibirnya. Bisa Shilla ketahui, yang menelpon tersebut adalah kekasih Varo. Pada akhirnya, Shannon kembali tenggelam dalam emosi hatinya sendiri.

Shannon ingin pulang.             

         

Please vote and commentnya ya 😊

Bubblegum | Highschool Love OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang