Part 2

93 4 0
                                    

Hari-hariku di sekolah ini mulai berubah, sejak aku harus membantu ke 4 seniorku untuk kembali membangun ekstrakulikuler disekolahku. Aku benar-benar tak memiliki waktu untuk menaruh perasaan padanya, bahkan ketika dia lewat didepan kelasku, meski aku masih saja melihatnya, namun tak seperti hari-hari sebelumnya.

Dia tak lagi terfikirkan olehku. Perasaan ini, kukira aku hanya mengaguminya. Sehingga aku dapat dengan mudah mengabaikan perasaan ini.

Hingga pada suatu hari, ketika aku akan bersiap-siap berangkat ke sekolah dari rumah lala bersama viona juga pastinya, aku benar benar terkejut ketika membaca pemberitahuan bbm (iya waktu itu zaman bbm). Tertera sebuah nama yang tak asing. Sebuah nama yang akhir-akhir ini terlupakan. Segera kubuka roomchatnya.

"Dimana ra? Cepatlah. Kami semua sudah menunggu"

Biar kutebak, dia pasti salah kirim pesan.
Pesan itu masuk sekitar sekitar sejam yang lalu. Ya, aku memang tak memegang handphone sejak tadi. Karna pagi ini aku ada les tambahan, dan sepulang dari les aku, lala, viona, dan fanny mengunjungi rumah lala. Bukan hanya untuk beristirahat, tapi untuk menumpang makan dan menonton film.

Setelah kubaca 2 kalimat itu, kubuka profilnya, kulihat fotonya terpampang sebuah muka harimau hatiku berkata "Ah sial, kenapa gak mukanya aja sih? Kenapa harus macan?"

Tiba-tiba terlintas difikiranku
"Suatu kemajuan ra, kau bisa jadikan ini kesempatan untuk berkomunikasi dan menjadi dekat dengannya." Kau memang licik Nara :)

Aku kembali ke roomchat. Kubaca tulisan dibawah namanya Raihan Mahardika is writting a massage... Oh Tuhan, hatiku girang sekali. Aku bahagia, dan degdegan. Mari kutebak, aku bertaruh bahwa setelah mengirimkan pesan itu, ia pasti akan meminta maaf padaku. Entah memang karena salah tulis, atau hanya modus. Ah, tidak. Modus apanya, dia bahkan tak mengenalku.

Benar saja, kalimat selanjutnya yang dikirimnya adalah "Hai, maaf ya aku salah kirim" Dugaanku benar. Aku tertawa terbahak bahak.

Lala yang baru masuk kamar terkejut mendengar tawaku
"kenapa sih ra? Ngagetin aja. Kau masih sehatkan?"
Aku berhenti ketawa, berganti senyum sambil membentuk lingkaran dengan telunjuk dan ibu jariku, lalu kuhadapkan kepada mereka semua pertanda aku baik baik saja. Akupun mulai mengetik balasan pada raihan "iya tak apa" jawabku singkat yang hanya dibalas dengan emoticons senyum. Bammm. Hatiku hancur.

Tapi tak apa, untuk sebuah permulaan, dibalas dengan emoticons bukan hal yang buruk. Aku berpositive thingking mengatakan bahwa ia tak terus membalas karna memang sudah waktunya untuk berangkat sekolah.

Percayalah aku benar-benar tak bisa berhenti tertawa sembari berfikir sejak kapan aku memiliki kontaknya. Tak kusadari, sejak saat itu dia selalu menyukai display picture dan statusku, dan sejak saat itu hatiku kembali mekar. Tak salah memang saat temanku memanggilku dengan sebutan 'baper'.

Jujur, ini pertama kalinya aku baper pada seorang lelaki, dan aku benar benar tak bisa baper pada lelaki lain. Ya kalian tau siapa.

Namun tiba-tiba, aku mengetahui dia merupakan seorang calon ketua osis. Aku memutuskan untuk mundur. Entah mengapa aku sangat takut dekat dengan orang berpengaruh di sekolah. Aku takut disebut menyukai jabatannya. Padahal aku sudah menyukainya jauh sebelum pencalonannya. Sejak saat itu aku betul-betul bertekat untuk tetap menyimpan perasaanku sendiri, dan menyerah padanya.

Tapi percayalah tanpa suaraku dia takkan menjadi seorang ketua osis, meski aku baru tau setelah 2 bulan pemilihan. Tapi aku tak benar-benar berhenti menjadi secret admirernya.

Bagaimana tidak, dia selalu lewat didepan mataku. 3 kali sehari. Jika beruntung bisa berkali kali ditambah dengan aku yang sengaja melewati kelasnya.

Hingga pada akhirnya aku kuputuskan menyerah pada sahabatku. Lala dan viona. Ya, mereka orang pertama yang mengetahui tentang perasaanku, sebab mereka yang benar benar mengerti dan merasakan maksud pandanganku ketika lelaki berhidung mancung itu lewat. Seperti yang kuduga, mereka biasa saja saat mengetahui hal itu.

Sejak saat itu, menyukainya bukan lagi hal yang biasa bagiku, tapi sangat menguji adrenali ku. Karna bagi mereka semuanya merupakan bahan candaan, dan aku takut yang lain akan mengetahui hal ini. Bagaimana tidak, setiap ia lalu, mereka selalu menepuk pundakku dan terkadang mereka tersenyum licik, atau kadang berkata "ehm doimu rha.." sambil terbatuk batuk hingga aku tersipu malu dan menjadi salah tingkah, dan pada akhirnya 5 detik kemudian kami akan tertawa. Tapi untungnya tak satupun yang mengerti tentang apa yang kami tertawakan.

Entahlah, rasanya aku tak pernah malu seperti ini. Aku pernah mencintai dan menyayangi seseorang. Namun tak sedalam dan seserius ini. Maybe he is my trully and deeply first love. Ya. Aku menemui cinta pertamaku di sekolah terkutuk ini. Aku benar benar mencintai sekolahku pada saat itu. Ya, dia alasanku mengapa begitu menyukai sekolah.

~~
Thankyou for support dan reading cerita sederhana ini ya guys. Jangan lupa vote.

-Nblffhs

RaiNaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang