Makan Malam (Alena)

7.2K 571 100
                                    

Happy reading ^^ and hope you enjoy this story

Karena tidak dapat berkonsentrasi, aku perlu waktu lama untuk menyelesaikan tugas doodle art ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena tidak dapat berkonsentrasi, aku perlu waktu lama untuk menyelesaikan tugas doodle art ku. Alhasil aku terlambat untuk kembali ke asrama. Beruntung di sekolah masih ada anak-anak osis yang masih sibuk disekolah, sehingga keadaan sekolah tidak terlalu menyeramkan walaupun hari sudah menjelang malam.

Aku mempercepat jalanku agar cepat sampai ke asrama. Ini badan udah super lengket karena gak ada ganti seragam seharian. Karena amoeba brengsek itu, terpaksa aku harus memakai seragam ini seharian.

Terkadang aku jadi berfikir, aku jadi sering mengumpat kasar sejak Daren mulai memaksa masuk dalam hidupku. Contohnya tadi, baru saja aku memakinya dengan kata brengsek. Dapat kurasakan perubahan dalam hidupku hanya dalam beberapa hari. Aku mulai merasa diriku semakin mirip dengan Letta, yang kata-katanya sering tidak disaring ketika berbicara.

"Akhirnya pulang juga kamu Na. Aku sudah khawatirdan hampir aja nyusulin ke sekolah," kata Aletta ketika aku memasuki kamar kami.

"Tadi nyelesaiin tugas dulu. Lagian gak usah lebay deh Let, di lingkugan asrama begini gak ada bahaya gede yang harus di khawatirin."

"Ooh. Oh iya, Rea ngajakin kita makan di luar. Katanya sih buat ngerayain kepindahanku juga awal persahabatan kita dengannya"

"Makan di luar? Kan siswa dilarang keluar sekolah saat malam hari"

"Tenang saja, ada Alex yang minta izin ke guru" sahut Rea yang baru keluar dari kamar mandi.

"Harus banget ya Re, makan di luar? Gak bisa di sini aja?" Tanyaku malas.

Aku terlalu malas untuk pergi ke mana-mana. Yang kuinginkan adalah mandi lalu makan kemudian pergi tidur secepat mungkin. Apalagi mendengar adanya Alex yang ikut, tanpa otak yang jenius pun aku tahu si Daren pasti akan ikutan.

"Anak kembar pertanyaannya samaan ya. Tadi si kakak juga nanyain hal yang sama" kata Rea dengan raut geli.

Rea mulai melancarkan aksi merayunya dan menjelaskan ini itu yang pada akhirnya membuatku tak ada lagi alasan untuk menolaknya.

"Iya iya" sahutku pasrah.

Dengan semangat empat lima, Rea menubrukku dan memelukku erat. Wajahnya berbinar bahagia dan menurutku dia juga memasang senyum misterius yang aneh. Ada bau-bau konspirasi nih kayaknya.

"Cepet mandi sana."

"Aku sedikit rencana buat ngerjain para biang masalah itu."

"Ngerjain? Ngerjain gimana?"

"Sudah, gak usah nanya-nanya. Mandi sana, udah laper nih perut. Oh iya, jangan keramas ya"

Tidak memerlukan waktu lama bagiku untuk mandi. Hanya dengan berbalut handuk, aku keluar dari kamar mandi. Tampak Aletta dan Rea telah siap untuk pergi. Begitu melihatku keluar, Rea segera memberikanku satu set pakaian yang sama dengan Aletta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

5 DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang