Aku merasakan tubuhku yang berputar, melewati hawa dingin yang menusuk, merasakan kesesakan dan kehampaan yang berlomba memasuki pernapasan.
Aku seperti ditarik dari kegelapan, sebuah cahaya terang menerpa netraku yang masih tertutup.
Aku merasakan tubuhku terhempas, aku membuka netraku.<♡ > <♡ >
Tubuhku lemas. Bahkan lebih lemas dari sebelumnya, aku bahkan merasa pusing. Samar-samar pandanganku mulai jelas. Tempat ini putih. Hampa, kosong. Tunggu, ini seperti...
Tempat dimana aku bertemu Jimin
Apa aku kembali lagi? Untuk apa? Apa ada sesuatu yang akan dijelaskan Jimin?
Aku segera bangkit dan berjalan menelusuri tempat ini. Tidak ada ranjang yang ditempati Jimin, hanya ada sebuah box. Entahlah, atau mungkin lebih seperti sebuah ruangan isolasi atau semacamnya.
Aku mendekati benda itu dan aku terkejut ketika melihat seorang namja keluar dari ruangan itu. Bukan Jimin, tetapi namja berambut coklat, pakaiannya mirip baju tidur
Sebentar, jika kuperhatikan lagi pakaiannya mirip Jimin, hanya saja warnanya biru tua, bukan putih.
Dia berjalan kearahku dengan senyumannya. Senyumannya berbeda dengan yang lain. Senyumnya cerah dan pandangannya penuh kasih. Aku juga mendekatinya
"Selamat datang, hyung." Dia sedikit membungkukan badan, "aku sudah menunggumu" jelasnya lagi
Sejauh ini aku hanya diam. Namja ini berbeda dengan yang lain. Sapaannya berbeda, rasanya berbeda. Aku seperti pulang ke rumah
Dia mengajakku masuk kedalam box tadi. Benar saja, tempat itu seperti ruang isolasi. Tidak ada apapun di dalam sini. Namja itu duduk berhadapan denganku. Senyuman selalu terukir di bibirnya.
"Kenapa kau diam saja, hyung?" Namja itu bertanya. Aku menggeleng. Entah jawaban apa yang mencukupi
"Aku tidak tahu harus bicara apa"
"Ceritakan apapun"
"Aku tidak tahu"
"Eum, ceritakan sesuatu mungkin" dia terlihat menimbang nimbang "perjalananmu"
"Perjalananku?", aku memberi jeda "maksudmu tentang mereka?"
Namja itu mengangguk, "juga tentangmu"
Aku menghela napasku kasar "Aku bertemu Jungkook, masa kecilku. Lalu aku bertemu Jimin yang mengajari aku tentang sakitnya sebuah kebohongan" aku memberi jeda dan melihat kearah namja itu, dia tetap tersenyum
"Aku bertemu Taehyung yang membuatku merasa bersalah dan takut. Aku bertemu Namjoon yang membuatku bertahan, lalu aku bertemu Yoongi, cinta pertama yang hilang"
"Lalu apa arti semuanya?" lanjutku
Namja itu duduk bersila "Ah, sekarang memang benar-benar giliranku ternyata. Kau sudah bertemu lima"
"Lima apa? Teman?" Aku mengerjit
"Lebih tepatnya lima alter ego. Aku yang terakhir, alter ego ke-enam"