*_*_*_*
Aku terlempar dalam fatamorgana lagi. Kali ini aku merasa lebih lelah, lebih berat. Entah mengapa seolah semua tenagaku sudah habis.
*_*_*_*
Aku merasakan hawa dingin disekitarku. Aroma hujan menggelitik indra penciumanku. Netraku perlahan terbuka. Aku mendapati sebuah jalanan yang sepi. Seperti kota yang lama ditinggalkan.
Apa hanya aku yang berada disini?
Aku mempertajam pendengaranku, aku mendengar suara langkah kaki. Aku menoleh tetapi tidak ada seorangpun disekitarku. Hanya ada genangan air bekas hujan. Hanya ada satu cahaya terang yang berasal dari bangunan tua. Detik berikutnya aku berjalan menuju bangunan itu. Aku mendengar sebuah siulan.
Samar-samar aku mendengar dentingan piano. Kulanjutkan langkahku dan aku mendapati seorang namja yang sedari tadi memainkan piano tua itu. Aku tetap berdiri dibelakangnya, apa dia juga bagian dari mereka?
Permainannya berbeda. Nadanya tidak beraturan, tetapi tetap berirama. Apa dia marah?
Setelah mencapai tempo dengan high note dia menghentikan permainannya dan membuatku tersentak. Dia menoleh kearahku, kini aku dapat melihat wajahnya yang pucat dengan rambut mint. Tatapannya datar, tidak ramah seperti Jungkook, tidak sedih seperti Jimin, dan tidak misterius seperti Taehyung.
Ekspresinya benar-benar datar.
"I don't have a feelings" kata namja itu, dia berjalan kearahku. "Perasaanku mati, hyung"
Aku gelagapan menanggapinya. Dia mengerti apa yang aku pikirkan, dia tahu jika aku sedaritadi mengamatinya. Aku mencoba tenang. Aku yakin, dia sama dengan yang lain.
"Duduk disampingku, hyung" namja itu menunjuk kursi yang berada disampingnya. Kali ini dia sedikit tersenyum, mungkin tidak ingin membuatku semakin takut. Aku duduk disampingnya. Samar-samar kupandangi wajahnya. Entah mengapa, tetapi aku rindu. Seperti ada rasa rindu ketika aku melihat wajahnya.
"Apa kau kenal mereka?" Aku bertanya, sambil memandangi tuts piano hitam-putih.
"Iya. Eum, sekarang bagianku, ya" jawabnya. Kalimat panjang pertama yang dia ucapkan. Aku hanya mengangguk.
Dia menghembuskan napasnya, seperti melepaskan rasa sakit yang mendalam. Aku paham itu
"Dengarkan, hyung..." jarinya mulai menari diantara tuts hitam-putih
Without you, I'm nothing
Nae gieogui guseok
Han kyeone jarijabeun galsaek piano
Eoril jeok jip anui guseok
Han kyeone jarijabeun galsaek pianoTangannya berhenti menekan tuts hitam-puyih itu. Napasnya terengah-engah, seakan seluruh emosinya menyatu dalam tiap nada dari piano itu.
"Kau mengerti, hyung?" Namja berambut mint itu bertanya. Aku ragu, aku menggeleng.
"Tolong katakan padaku. Mengapa aku merasa sakit ketika kau menekan tuts piano itu?" Kuungkapkan isi hatiku padanya
"Karena aku bermain dengan perasaan sakitmu" jawab namja itu. "Dulu dia disini, duduk dikursi itu, menyemangatiku saat aku benar-benar putus asa" namja itu tersenyum, kurasa dia mulai bercerita
"Sebelumnya boleh aku memelukmu?" Kata namja itu. Sama seperti yang lain, mengapa diawal? Apa dia akan pergi?
Dia memelukku erat. Sungguh erat, bahkan aku dapat merasakan sakitnya. "Mengapa aku merasa sakit disaat memelukmu?" Kataku serak, seakan tidak ingin memberi jeda pada pelukan kami
Namja itu hanya tersenyum tipis
"Orang yang selama ini mendorong dan menemaniku telah pergi. Pergi. Meninggalkan aku. Aku sendirian. Aku kesepian, perasaanku mati"
"Siapa orangnya? Jungkook? Taehyung? Namjoon?"
Namja itu menggeleng
"Jimin?" tanyaku lagi, kali ini namja itu tersenyum. "Kenapa Jimin?"
"Bukan, Jimin. Jimin hanya menggambarkan kebohongan. Dan apa kau tahu, hyung? Semua bermuara pada cinta. Semua hal, semua dipengaruhi oleh cinta." Jelasnya
"Lalu kenapa? Apa itu menyakitkan?" tanyaku lagi
"Cinta itu seperti mawar. Aromanya memabukkan tetapi durinya membuatmu terluka"
Namja itu menarik tanganku. Kami berlari menuruni tangga, keluar gedung tua itu, menuju jalan raya yang sepi. Jika boleh jujur, aku takut.
"Hyung, kalau aku berhenti dan menoleh kebelakang, apa aku bisa mengubah segalanya? Apa dia yang meninggalkanku akan kembali?" namja itu melepas genggamannya dan menatapku sayu. Tatapan datar yang menyayat hatiku. Dia melangkah maju, tetapi aku mematung ditempatku.
Aku melihat kilatan cahaya di netranya. Aku menoleh kebelakang, sebuah mobil yang entah darimana datangnya melaju kencang. Mobil itu melewatiku begitu saja. Sepersekian detik berikutnya ada suara tabrakan. Aku menoleh kearah namja itu.
Ada darah disampingnya, tetapi dia tetap ditempatnya. "Apa kau baik-baik saja?" Teriakku padanya. Dia tersenyum pasih
"Hyung, saat seseorang masih bernapas belum tentu dia masih hidup. Ada bagian yang mati"
Aku mencoba mendekatinya tapi dia menghentikan aku "tugasku selesai, hyung. Aku Min Yoongi, cintamu yang hilang"
Lagi-lagi dia pergi
Akan ku ingat dia.
Min Yoongi, First Love