"Mom, apa aku boleh pergi ke rumah Bibi Joy?"ucap Siena meminta izin kepada ibunya untuk pergi kerumah bibi Joy.
"Mom mengizinkan nya tapi kau harus berjanji untuk berhati-hati, kau itu sangat ceroboh... Siena".
"Baiklah. Tapi aku tidak begitu, Mom".
"Terserah apa kata mu, Siena... Dan sekarang kau harus sarapan".
"Ok, mom" Siena menghabiskan sarapannya dan langsung berpamitan dengan ibunya. Ayahnya? Sudah tiada saat Siena berumur 11tahun dan Siena tidak memiliki saudara, hanya dia dan ibunya saja.Disisi lain...
Xavier sedang menggendong anaknya yang terus menangis ingin pergi kerumah lamanya yang ada didesa bahkan anak pertamanya juga ikut merengek ingin pergi kesana.
Istrinya? Sudah meninggal saat melahirkan Sean anak bungsunya itu, setelah istrinya meninggal Xavier jarang membuka hatinya untuk wanita manapun.
"Hikss dad, Sean ingin ke desa, hikss"ucap Sean anak bungsunya itu sedangkan Annie anak pertamanya menarik baju Xavier supaya Xavier setuju untuk datang ke desa.
"Dad, pergi ke desa ya... Annie ingin memetik anggur disana ".
"Baiklah, kita pergi ke desa"ucap Xavier yang memutuskan untuk pergi ke desa jika anak-anak nya sudah merengek seperti ini dia bisa apa, yang bisa dia lakukan hanya menuruti keinginan anaknya itu.
"Terima kasih, Dad... Sean sayang Daddy"diciumnya pipi Xavier sedangkan Xavier hanya tersenyum kecil saat putranya itu menciumnya begitu juga dengan Annie, mencium pipi Xavier bahkan memainkan rambut rambut halus yang ada di rahang Xavier.Saat sampai dirumah lamanya Xavier langsung masuk ke dapur dan membuat kopi untuk dirinya sendiri sedangkan Anak-anak nya sudah berhamburan pergi ke kebun anggur yang sengaja Xavier tanam untuk anak-anak nya
"Bibi Joy? Maaf sudah membuatmu datang dengan tiba-tiba, Annie dan Sean ingin bermain disini"Xavier berbicara dengan bibi Joy wanita itu yang selalu merawat kebun anggur dan rumah Xavier didesa ini.
"Itu sudah kewajiban saya, Tuan. Tuan ingin saya masakan apa untuk makan siang nanti".
"Terserah, asalkan masakan itu selalu enak untukku dan anak-anak "Xavier sudah menganggap Bibi Joy adalah ibunya selama didesa ini Bibi Joy lah yang selalu merawatnya bahkan menjaga anak-anak nya.Siena pov
Aku sudah sampai dirumah Bibi Joy jarak rumahku dan rumah bibi Joy lumayan jauh.
"Bik, aku datang"ucapku didepan pintu rumah Bibi Joy tapi kelihatannya tidak ada orang disini, kemana bibi Joy? Pikirku
"Ah masuklah, sie... Bibi Joy sedang berkerja"ucap paman Tino suaminya bibi Joy akupun masuk kedalam dan duduk diruang tamu
"Tunggulah sebentar, bibi Joy akan datang... Jika kau ingin menyusul bibi Joy silahkan saja, aku akan menyuruh Miranda untuk mengantar mu kesana".
"Ah baiklah, aku akan menyusul bibi ,dimana Miranda? ".
"Ada di kamar nya".
"Baiklah, paman aku akan ke kamar Miranda" aku menuju kamar Miranda itu anaknya bibi Joy kami sudah berteman begitu lama"Mir, temenin gue dong... Ketempat kerja bibi Joy"ucapku kepada Miranda yang sedang duduk diatas ranjang tidak lupa ada berbagai jenis cemilan disana
"Pergi sendiri aja lah, mager gue".
"Caelah. Kalo gue tau gak mungkin ngajak Lo, ogeb".ucapku yang duduk ditepi ranjang tidak lupa memakan cemilannya
"Yaudah tunggu bentar"."Gila! Keren banget nih rumah"ucapku yang sudah sampai di tempat kerja bibi Joy.
"Lewat belakang aja cuy"Miranda menunjukkan jalannya dan seketika mataku melebar bagaiman tidak disana ada kebun anggur yang siap diambil
"Huaa gue mau anggurnya"aku langsung berlari kecil menuju kebun anggur itu dan membiarkan Miranda yang terus memanggil kuSaat sedang asik memetik anggur yang lumayan banyak bahkan di tangan ku sudah tidak muat lagi langsung saja aku berpindah posisi dan mencari anggur yang lain bahkan berlari kecil sehingga anggur yang ada di tangan ku jatuh satu persatu
Dan....
Bruck!
Aku terjatuh dan anggurku bertaburan dimana mana sehingga aku mendengar suara tangis anak kecil, tunggu! Anak kecil? .
Kulihat didepanku anak kecil itu jatuh dengan keranjang yang dipenuhi buah anggur bahkan menangis
"Maafkan aku"ucapku yang bingung harus berbuat apa
"Hikss kakiku sakit"ucap anak laki-laki itu yang memegang kakinya ada luka kecil di sana.
"Hikss hikss Mom gendong"ucapnya yang masih menangis tapi tunggu! Anak ini bilang apa Mom? Siapa? .
"Yaudah, biar kaka gendong"aku menggendongnya dan anak laki-laki ini lumayan berat
"Sekarang kemana?" Tanyaku kepada anak laki-laki ini
"Terus aja, dan disana ada pintu dapur masuk saja, mom".
"Hey! Kenapa kau memanggil ku 'Mom' dan lagian aku bukan ibumu"ucapku sedikit geram bagaimana jika ibunya yang asli mendengar anaknya memanggil orang asing dengan sebutan 'mom' pasti wanita itu akan marah denganku.
"Tapi kau mommyku, aku ingin kau menjadi momku".
"Mana bisa begitu, dan dimana ibumu".
"Dad bilang, mom sudah tenang disana"anak itu menunjuk ke atas dan tak terasa jika aku sudah sampai didalam dapurnya kuturankan anak itu di kursi dan aku duduk disebelahnya. Aku sangat lelah
"Mom, mau ya jadi Mommyku".
"Tidak".
"Mau ya, aku akan bilang ke Daddy, bahwa aku sudah menemukan Mommy baru "ucapnya kesenangan bahkan bertepuk tangan tapi bagaimana mungkin apa yang akan aku katakan kepada ayahnya, pasti ayahnya sudah sangat tua dan tidak tampan."Sie, bagaimana bisa kau datang kesini? " syukur lah jika itu adalah bibi Joy
"Aku bersama Miranda".
"Kenapa kau bisa bersama Sean? "Ou jadi namanya Sean lucu juga.
"Aku tak sengaja menabraknya, bik...dan kakinya sedikit terluka".
"Sebaiknya kau bersihkan lukanya, sebelum Xavier memarahimu, Sie".
"Xavier? Siapa".
"Dia adalah ayahnya Sean".
"Baiklah, aku akan membersihkan luka Sean"bibi joy mengangguk dan aku menghampiri Sean bocah kecil itu
"Bibi kenal sama Mommy? "Celetuk bocah kecil itu kepada Bibi Joy apa yang akan dipikirkan oleh bibi Joy nanti
"Mommy? Kau memanggil kak Sie, Mommy"ulang Bibi Joy dengan semangat Sean menganggukkan kepalanya tidak lupa tersenyum senang begitu juga dengan Bibik joy.
"Sekarang kak Sie adalah Mommy baru, Sean... Yeayyy! ".
"Tidak ada Mommy baru untukmu Sean! "Ucap suara dingin itu di belakang ku apa mungkin itu ayahnya Sean? Mati lah aku.
"Tapi Sean ingin kak Sie, jadi Mommy Sean, hikss".
"Tidak akan"ucap pria itu dengan tegas entah kenapa hatiku menjadi sakit saat mendengarnya.
"Ada apa dengan kakimu, Sean"fokus pria itu dengan memandang kaki Sean sedangkan bibi Joy hanya diam saat melihatnya.
"Ah itu tadi aku tak sengaja menabrak Sean saat dikebun anggur"ucapku takut takut.
"Bagaimana kau bisa masuk kedalam? Sedangkan kau orang asing disini"
"Ak-"
"Dia keponakan sayang, tuan. Dia datang bersama anak saya Miranda"bahkan bibik Joy juga sedikit takut dengan pria itu, ku akui pria itu tampan dan apakah salah jika aku mencintainya saat pandangan pertama?soal ucapanku yang mengatainya tidak tampan aku tarik kembali.
"Daddy! "Teriak anak perempuan dari arah pintu dapur dan disana ada Miranda dan gadis kecil dan biar ku tebak itu pasti anak pertamanya.
"Dad, lihat anggurnya banyak sekali"gadis kecil itu meletakkan keranjang yang berisi anggur itu diatas meja makan sedangkan Miranda tersenyum hangat dengan Xavier, apa mungkin Miranda menyukai Xavier? Ah entah lah.
"Miranda tolong bersihkan luka di kaki Sean"ucap Xavier padahalkan aku ada disini kenapa harus Miranda.
"Ga mau! Sean mau sama mommy, gak mau sama kak miranda"tolak Sean saat Miranda ingin menggendong nya.
"Menurutlah Sean"tegas Xavier dengan terpaksa Sean membiarkan Miranda menggendongnya.
"Dad, siapa kaka ini? Dia cantik. Apa dia Mommy baru Annie" kenapa semuanya menganggap ku adalah mommy nya sedangkan daddynya saja tidak suka melihatku.
"Masuk ke kamar mu, Annie"tegas Xavier dengan menurut gadis yang bernama Annie itu berjalan menuju kamarnya sedangkan bibi Joy sibuk memasak.
"Dan kau"tunjuknya ke arah ku dengan tatapan tajamnya itu "sama saja seperti pencuri yang menyelinap masuk kedalam rumahku dan mengambil anggur seenaknya ".
"Hey! Aku bukan pencuri, dasar pria tua" geramku langsung saja aku keluar dari pintu dapur dan pergi begitu saja dari hadapannya tanpa berpamitan dengan Bibi Joy.Ku harapan kalian suka dengan cerita pertamaku, maaf kalo gak jelas maklum masih amatiran heheh, warning typo guyss.
Jangan lupa vote dan komen. Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Husband
Roman d'amourAku mencintaimu saat pertama kalinya kau memarahi ku Entah kenapa aku bisa mencintai pria dingin dan menyebalkan seperti dirimu bahkan kau sudah memiliki dua anak, tapi percayalah aku benar-benar sudah terpikat dengan pesona duda sepertimu.