''Mitsuha kau harus tabah nak, segera lah pulang ke desa''. Kata ayah ku. Ia terlihat sangat sedih.
''Apa yang terjadi ayah?''. Dengan nada cemas.
"Nenek kamu sedang dalam kondisi kritis nak, pulanglah Mitsuha." Kata ayah dengan nada sedih.
Ponselku mati. Aku panik. Aku cemas. Aku harus pulang ke desa. Aku sangat menyayangi nenek ku. Aku tidak mau kehilangan dia.
"Taki, aku harus pulang ke desa sekarang. Aku meminta izin."
"Ada apa Mitsuha? Apa yang terjadi? Kenapa kau ingin pulang ke desa?". Kata Taki, seraya menggenggam tangan ku.
"Nenek ku sedang dalam keadaan kritis. Aku harus segera pulang." Jawabku sambil menunduk kepala dengan tetesan air mata.
"Aku antar kamu pulang Mitsuha." Jawabnya sambil menarik tanganku.
"Kau sangat baik Taki."
Dia hanya membalasnya dengan senyuman. Kami berangkat menggunakan kereta. Perjalanan dari Tokyo ke Desa Itomori juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Taki, dia sangat baik kepadaku. Dia menghiburku selama di perjalanan. Mengatakan semuanya akan baik baik saja.
***
Sesampainya di Desa Itomori, aku langsung ke rumah sakit dimana nenek dirawat. Aku sangat sedih melihatnya. Banyak selang selang terpasang ditubuhnya. Aku masuk ke ruangan. Menangis dengan memeluk nenek.
Beberapa menit kemudian, nenek sadar. Aku sangat senang. Aku, Taki, ayah dan adik ku menemani nenek. Nenek tersenyum melihat ke arah ku. Nenek mengatakan "Mitsuha, aku ingin kau segera bertunangan dan menikah. Jika takdir memberkatiku, aku ingin melihat kau menikah Mitsuha". Aku hanya tersenyum dan mengatakan semua akan baik baik saja. Tapi nyatanya tidak. Selang beberapa detik, dia menutup matanya. Tidak, maksudku dia meninggal. Dia benar benar telah meninggalkan kami. Aku menangis sejadi jadi nya di dalam ruangan itu. Nenek ku meninggal.
"Adakalanya Tuhan mengambil apa yang kita miliki saat ini, sesuatu yang berharga dan istimewa. Bukan berarti Tuhan tidak sayang kepada kita karna Tuhan tau kita mampu menghadapinya dan memulai hal yang baru." Kata Taki kepada ku. Usahanya untuk menghibur diriku.
Aku hanya mengusap pipi dan terus memeluk nenek ku. Adik ku sangat murung. Dia akan kesepian. Sedangkan ayah sibuk dengan memerintah desa dan pekerjaan lain nya. Aku benar benar bingung. Ditambah lagi wasiat terakhir dari nenek.
Pemakaman nenek ku sudah selesai. Teman teman ku dan tetanggaku sudah pulang. Ayah dan adik ku juga sudah pulang ke rumah. Namun, aku dan Taki masih di pemakaman. Aku masih sangat sedih atas peninggalan nenek.
"Bersiaplah Mitsuha. Bulan depan aku akan datang melamarmu." Kata Taki seraya memegang tangan ku erat.
"Hehh?". Aku kaget. Aku menatap lekat lekat Taki dengan melongo.
"Kau sangat lucu dengan ekspresi seperti itu". Dia tertawa kecil.
"Aku tidak suka bercanda seperti ini." Jawab ku kesal.
"Aku tidak bercanda Mitsuha. Minggu depan akan aku kenal kan kamu ke keluarga ku." Jawabnya sambil tersenyum menatap arah ku. "Tenanglah. Orang tua ku pasti setuju dengan pilihan ku." Sambung nya lagi.
"Baik lah."
***
Besoknya, aku dan Taki berpamitan dengan ayah dan adik ku untuk kembali ke Tokyo. Taki pun meminta izin untuk melamar aku bulan depan. Ayah ku juga setuju karna dia yakin pilihan putri nya pasti tidak salah.
.
.
.
.Sorry ya apdet nya telat. Jangan lupa vote dan coment.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NEXT OF KIMI NO NAWA
RandomSetelah kuberpapasan dengan gadis itu, aku teringat sesuatu. bukan kah kita pernah bertemu sebelumnya? tapi, entah mengapa air mata ini jatuh dengan sendirinya. mengalir begitu saja. Dia tersenyum sambil menangis dan menjawab aku juga merasa begitu...