...dia pergi, menggoreskan sebuah luka, pun merobek bekas lama yang hingga kini belum mampu kuobati...
.
.
.
.Disana, ia berdiri. Netra birunya menatap sendu sosok jenjang yang kini berjalan memunggunginya, meninggalkan dirinya sendiri bersama angin yang kini sibuk memainkan anak rambutnya, sendiri bersama serbuk-serbuk bunga abadi yang menguarkan kenangan lamanya, pun menebarkan benih luka baru yang kemudian tumbuh menjalar di hatinya.
"Tidak. Aku tidak akan menangis"
Gadis itu telah berjanji tidak akan meneteskan barang sebulir pun kesedihan, dia terlampau lelah, hatinya membeku, entah kapan terakhir kali kehangatan menyentuhnya.
BRUKK
Tumbuhnya limbung bersandar batang pohon yang daunnya mulai meranggas. Tersenyum miris.
"Kapan aku akan berhenti bersandar pada sebatang pohon mati"--teringat kokoh lengan yang selalu menjadi sandarannya dahulu, tempatnya meluapkan bahagia, marah, juga luka.
Secarik foto polaroid menyembul dari tas selempang manisnya. Mata gadis itu melirik--memandangya sendu kemudian. Fotonya dan seorang pemuda, dengan senyumnya yang yang nampak ganjal karena mengulum sebuah luka.
"Hugo..." lirihnya. Membuatnya kembali menatap punggung kesepian yang semakin jauh darinya.
~
Hai-hai, chapter pendek ini akan jadi salam perkenalan dariku ^^
Dariku yang sudah cukup lama menikmati kisah wattpad namun baru punya keberanian untuk menorehkan imajinasiku, hoho~
Hmm... Sebenarnya ini kisah lama yang menjamur di buku harian ku, daripada membusuk disana alangkah baiknya jika bisa aku share untuk menghibur kalian-semoga ^^
Buat kalian penikmat fanfiction pairing FaYi, aku sedang menyiapkan nya. Semoga kisah mereka berjalan semulus yang aku bayangkan. Dan semoga feelnya tersampaikan. Kuharap kalian penasaran apa yang akan dan sedang terjadi dengan gadis diatas...
Oke. Sekian cuap-cuap perkenalan ini, sampai ketemu lagi. Kritik dan saran sangat memotivasi ku. Silahkan tinggalkan kesan pertama untukku ^^-da-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sadness Dandelion
Fanfiction... diantara rengkuhan sepi dan senja, kutemukan satu waktu untuk merenung, bahwa kita tidak pernah saling membenci, hanya saling merindu... "--dan sekarang kita tidak tersesat lagi, kita bisa menemukan rumah kita, kau bisa menemukan tempatmu yang...