17 Juli

76 13 0
                                    

Maaf jika tulisanku kali ini sedikit berantakan.

Ini tengah malam, dan aku memaksakan diri untuk menulis ... hal yang tidak terlalu berfaedah.

Tapi....

Ini tidak seburuk yang kalian kira.

Aku hanya ingin menumpahkan kekesalanku hari tadi pada buku ini.

Ya....

Jadi, tadi pagi adalah pagi pertamaku di sekolah baru.

Masih dengan seragam putih biru yang membuatku gagal move on, pukul enam kurang sepuluh aku sudah nongkrong di depan gerbang.

Dari SMP asalku, hanya aku sendiri yang memilih meneruskan ke sekolah ini, membuatku tidak memiliki teman akrab yang bisa aku ajak ngobrol saat tadi.

Sebenarnya, ketika aku turun dari motor—ayahku yang mengantarkanku ke sekolah, aku sudah menargetkan satu orang yang akan aku ajak berkenalan.

Perempuan dengan rambut panjang yang diikat dan memakai anting berbentuk stroberi.

Persis seperti antingku dulu.

Tapi, aku kurang cepat.

Ada yang lebih dulu menanyakan namanya, lalu mereka saling berjabat tangan sebelum pergi bersama dan duduk di pos satpam.

Bagus....

Karena itu, aku jadi diam dan duduk sendirian di trotoar pinggir jalan seperti anak hilang.

Apakah tidak ada yang ingin mengajakku berkenalan seperti apa yang terlambat aku lakukan pada perempuan itu?

Mengenaskan....

Tidak sampai di situ.

Kekesalanku bertambah ketika memasuki kelas di mana namaku tertera.

Kemana semua laki-laki tampan yang saat pendaftaran kemarin terlihat memenuhi gedung ini?

Astaga....

Ternyata baru satu hari di sini saja 'indah' yang mereka katakan itu tidak terbuktikan.

Ah sudahlah, aku harus segera tidur.

Besok pagi pukul enam aku harus sudah nongkrong di depan gerbang lagi.

Selamat malam....

***

Sejujurnya, bukan hanya kekesalan yang aku rasakan saat itu. Ada bahagianya juga, tapi tidak sampai 'indah'. Kenapa tidak aku tulis, ya?

DIARIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang