22 Juli

84 10 0
                                    

Setelah ponselku mati karena terlalu lama menunggu, akhirnya ingatanku kembali pulih.

Yang ingin aku ceritakan adalah tentang kami bertiga.

Aku, Jihan, dan Dika.

Empat hari yang lalu, tepatnya saat aku dan Jihan sedang duduk-duduk cantik di bangku kantin dengan semangkuk batagor masing-masing, seorang cowok yang tidak terlalu tinggi menghampiri meja kami dan bertanya apakah ia boleh ikut duduk di sana atau tidak.

Seingatku, aku maupun Jihan sama sekali tidak mengeluarkan suara tanda 'silakan'.

Sekadar mengangguk juga sepertinya tidak kami lakukan.

Tapi dengan percaya dirinya laki-laki itu langsung duduk dan mencicipi kuah batagorku dengan sendok es campurnya.

Tidak, aku tidak marah.

Aku hanya... aneh?

Maksudnya, sepertinya Jihan juga berpikiran sama dengan apa yang aku pikirkan.

Pada makan siang kami yang kedua di sekolah ini, tiba-tiba datang seorang laki-laki imut (aku tidak tega jika harus menyebutnya pendek) dan membuat suasana canggung seketika tercipta.

I don't like it!

Dia bukan anak kelasku dan Jihan.

Kemungkinan jika dia adalah kakak kelas juga sangat minim.

Mengingat postur tubuhnya yang seperti anak kelas delapan.

Adik kelas juga masa iya. Aku dan Jihan kan yang paling junior di sini.

"Nama gue Dika. Adikara, lengkapnya."

Aku dan Jihan saling pandang ketika laki-laki itu memperkenalkan diri.

Dan entah apa yang tiba-tiba membuat kami undur diri dari surga anak sekolah itu.

Perlu dicatat, dengan meninggalkan mangkuk batagor yang masih berisi setengahnya.

The End....

***

Tidak salah aku tidak pernah suka akan segitiga. Ujung-ujungnya yang runcing tentu menorehkan luka yang lumayan dalam. Untuk yang kedua kalinya, tanpa diduga-duga, aku terlibat di salah satu sudut segitiga yang kubenci itu(':

DIARIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang