Siapa dia?

131 43 16
                                    

Vote dulu gaes
Makasih...

Happy reading.

*
*
*

Aku terbangun saat gedoran pintu kamarku yang benar-benar berisik, membuat aku tak dapat tidur dengan tenang, ya sepertinya tadi aku menangis hingga tertidur, tak terasa sudah malam. Aku melangkahkan kaki menuju asal suara itu dan membukanya tanpa berkata-kata.

"Ya ampun Cici, dari tadi mama panggilan kamu kemana??, ini sudah malam dan kamu bahkan belum mandi, belum makan, jangan menyiksa dirimu hanya karna laki-laki tidak berguna itu Cici ". Mama mulai lagi.

"Ma, gampang banget bilang gitu, saat Rifan masih disini, apa yang mama lakukan, mama selalu meminta barang-barang darinya kan? Dan sekarang ketika dia menghilang, mama suruh aku cari yang laen, mama anggap apa dia ma! " aku membentak mama, kesal selalu menyebut Rifan tak berguna, salah siapa semua ini, Klo bukan salah mama. dan aku hanya bisa merutuk kesal.

"Apa maksud kamu!! Klo dia memang cinta sama kamu, harusnya dia gak perduli dong apapun yang mama minta." ucap mama membela.

"Ha, mama pikir Rifan Bank berjalan!  Ma, mulai sekarang mama gak usah ikut campur urusan aku, aku muak ma."

"Cici, kamu sekarang mau jadi anak yang membangkang ya, mama melakukan semuanya juga demi kebaikan kamu, agar kamu tak dibodohi dia."

"Cukup ma, Klo hanya itu yang ingin mama katakan, aku tak ingin mendengar nya. Aku yakin kok klo Rifan pasti kembali lagi."

"Terserah kamu, mama gak perduli lagi, klo kamu terus seperti ini kamu yang akan rugi nantinya." Setelah mengatakannya mama pergi meninggalkan kamarku, dan aku masih tetap diam berdiri di samping jendela, besok aku akan coba untuk menemuinya.

.
.
.

Hari ini aku akan pergi kekantor, aku bergegas turun karna aku akan terlambat jika tidak cepat. Semalaman aku berpikir masuk kerja atau tidak, akhirnya aku masuk.

"Ma, Pa, aku berangkat dulu." Ucapku

"Kamu gak sarapan dulu, Cici?" tanya papa sambil meneguk kopinya.

"Enggak Pa, aku udah telat." kulirik mama, ia diam saja mungkin masih marah karna pertengkaran semalam, aku pun keluar rumah tanpa mengatakan apapun lagi.

Sesampainya di kantor aku pun tak dapat menghindari omelan atasan, karna kemarin bolos kerja.

"Iya pak, maafkan saya, saya tak akan mengulangi nya lagi."

"Baiklah, kali ini saya akan memaafkanmu."

"Terima kasih pak, klo begitu saya permisi."

"Ya." aku keluar sambil bernafas lega, ah untung masih dimaafkan.

"Sudah kau kerjakan file kemaren Cici?" tanya Starla padaku. Ia teman sekantorku yang baik, dia sudah menikah dan memiliki satu anak perempuan.

"Yang mana Starla, aku tak melihat di email bahwa kau mengirim file." tanyaku bingung.

"Aku tak mengirim file melalui email, hanya kemarin waktu kau datang file itu kau yang ambil."

"Ha!, serius Starla. Mati aku, filenya tertinggal dong, Duh gimana ini baru aja tadi aku selamat dari bos."

"Jadi serius, kamu gak membawa filenya?"

"Iya maaf, kamu punya pertinggalnya kan!"

"Ada si, tapi bahkan belum dikerjakan sedikit pun, kita gak akan keburu Bentar lagi bos killer itu ada meeting, gimana dong Ci." ucap Starla mulai khawatir.

Brak

Tiba-tiba seseorang meletakkan lembaran diatas mejaku, aku sedikit terkejut karna dia muncul tepat dibelakangku.

"Akhh Nathan, kau membuatku terkejut!"

"Sorry aku gak bermaksud kok, ni semua file yang kemaren udah aku salin, kau tinggal antarkan saja keruangan bos, 15 menit lagi dia akan meeting."

"Nathan, kau benar-benar penyelamatku terima kasih dewa Nathan, aku akan mentraktirmu Klo gajiku ditambah." aku mengatupkan kedua tangan didepannya sebagai tanda terima kasihku yang mendalam, dia menyelamatkanku dari api neraka.

"Gak usa mimpi terlalu tinggi, gaji kau tak akan perna bertambah." ucapnya sambil berdecak.

"Ya klo begitu kapan-kapan saja, aku pergi dulu mengantar filenya ya." aku buru-buru keruangan bos, saat aku ingin mengetuk, pintu ruangan telah terbuka.

"Ahh Pagi pak." sapa ku dengan sopan.

"Pagi, ada apa?" jawabnya tegas.

"Ini file yang kemaren pak." aku menyodorkan lembaran berkas kearah nya, dan dia menerimanya.

"Oh,. Baiklah." ia melangkah melewatiku tanpa ekspresi, ya dia bos muda dikantor ini, sikap nya yang tegas dan kasar sangat berlawanan dengan ayahnya yang baik dan lembut.

"Ah maaf pak, bukannya hari ini bapak ada meeting?" tanyaku pada bos yang hanya mendapatkan tatapan dinginnya.

"Meeting ditunda besok." jawabnya angkuh, dan berlalu.

"Serem banget matanya, pantes jomblo. Mana ada yang mau sama cowok dingin gitu. Cihh" dan aku hanya bisa membatin.

*
*
*

"

"See you next time." Starla melambaikan tangan kearah Cici, yang disambut dengan senyumnya.

"Hari ini aku bakal datang kekantor Rifan, siapa tau dia ada. Aku beneran kangen." Cici berkata pada dirinya sendiri sembari berjalan mencari taxi.

"Pak ke jalan xxx ya." ucapku ketika mendapat taksi, yang langsung melaju ketempat Rifan.

"Makasih pak, kembaliannya ambil aja." aku mengulurkan uang pada supir taksi, yang dibalas dengan anggukan. Dan sekarang aku berdiri tidak jauh dari tempat Rifan berkerja, aku terus mengamati tanpa memalingkan pandanganku, 15 menit kemudian aku melihat seseorang keluar, ya dia Rifan, akhirnya aku akan bertemu dengan nya, setelah hampir satu bulan gak ada kabar. Aku terus berjalan mendekat kearahnya, Hatiku deg-deg'an, aku merindukan dia sungguh, sangat.

"Rifan," Sapa ku ketika bertemu dengannya.

"Ci,. Ci.." ucapnya terkejut.

"Ha,.!" aku mulai bingung, kenapa dia seperti terkejut.

"Kenapa kau ada di sini, bukannya ini masih jam kantor mu?" tanya nya padaku.

"Iya, kebetulan bos hari ini ada acara, makanya kantor tutup lebih awal." jawabku sambil tersenyum senang.

"Ya tapi ada apa sampai kau kemari?" tanya nya lagi, sambil ia melihat-lihat sekeliling, seperti takut akan ada yang melihat.

"Aku khawatir karna sudah hampir satu bulan kamu gak angkat telpon, dan gak balas WA."

"Iya oke, aku akan mengantarmu pulang dan aku akan jelaskan dijalan." ia mulai menarik tangan ku menjauh dari pintu kantornya, namun aku melihat seorang perempuan yang juga mengikutinya.

"Kak Rifan mau kemana?" tanya perempuan itu.

"Ahh Zoya, aku ada urusan sebentar. Kau bisa pulang sendiri kan!" Jawab Rifan yang sesaat sebelum perempuan itu menyapa, ia telah melepaskan tangannku.

"Ya oke," ia berlalu menjauh dari kami. Aku jelas melihat gurat kekecewaan diwajah perempuan itu. Yang kutau namanya Zoya, sedangkan Rifan juga terlihat kecewa, Jujur saja ini memang pertama kalinya aku datang kekantornya, karna dari dulu aku selalu tak diizinkan oleh nya. Maka dari itu aku tak mengenal dia.

"Ayok berangkat." dia kembali menarik tanganku, namun aku menahannya, aku ingin tau siapa perempuan yang bernama Zoya itu, kenapa harus Rifan yang mengantarnya.

"Siapa dia?" Akhirnya aku menanyakannya.


Thanks yang udah singgah, jangan lupa tinggalin vote, coment, saran kritik, klo kalian suka.
Salam kenal dari penulis amatir yang butuh bantuannya.
Lialuffy
😘😘


Diantara KalianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang