Hanya teman

72 15 5
                                    

Vote dulu gaes
Makasih..

Happy reading..

*
*
*

"Siapa dia?" Akhirnya aku bertanya, karna penasaran, dengan mataku yang berkaca-kaca ku coba menahan agar airmata ini tak jatuh.

"Teman kerja." jawabnya singkat. Tanpa melihat kearahku.

"Teman?, kenapa harus kamu yang mengantarnya! Dia kan bisa pulang sendiri! Gak harus kamu antar dia kan!" Emosiku memuncak, apa maksudnya teman.

"Klo aku bilang teman ya teman!" bentaknya dengan nada tinggi.

Aku cuma bisa nangis, sambil menutup wajahku dengan kedua tanganku, dia memelukku dan meletakkan tangannya dikepalaku.

"Dia cuma teman, percaya la!" dia berkata lembut. Sesekali mengecup puncak kepalaku. Aku luluh dan gak bisa marah lagi, aku sangat takut kehilangan dia. Dia melepaskan pelukannya dan mengantarku pulang.

"Kenapa gak ada kabar?" ucapku membuka percakapan setelah sampai didepan rumah.

"Aku sibuk, ponselku masuk bengkel."

"Ya ampun Rifan, ini kamu kan?" teriak mama dari dalam sambil berjalan kearah Rifan.

"Salam tante." Rifan membungkukkan badannya kearah mama sambil mencium punggung tangan mama.

"Apa kabarmu?" tanya mama dengan wajah senangnya.

Aku meninggalkan mereka dan menuju dapur membuatkan sesuatu untuk Rifan. Mama selalu bersikap baik didepannya, Namun dibelakang ia selalu menjelek-jelekkan Rifan, aku tak tau apa yang ada didalam pikiran mama, gimana pun yang mama perbuat dia tetap ibuku, ibu yang mengandung ku.

"Kamu sudah bertemu dengannya kan! Kamu harus tanyakan kapan dia akan menikahi mu!" mama kayaknya udah mulai.

"Mama, kenapa harus terburu-buru biarkan semua mengalir sendiri." balasku sambil berlalu membawa minuman. Kini kulihat Papa yang menemani Rifan diteras.

"Rifan, ini minumannya." aku meletakan minuman didepannya.

"Baiklah Rifan, Om mau kebelakang dulu." Papa pergi berlalu.

"Apa yang papa bicarakan?" tanyaku penasaran.

"Tak ada, hanya soal kapan aku akan menikahimu." jawabnya datar tanpa ekspresi.

"Lalu apa yang kamu jawab?"

"Entah lah, aku bimbang. Cici bisa gak jangan perna datang kekantor lagi!"

"Kenapa?"

"Biar aku yang menjemputmu, kau tak perlu datang."

"Lalu kamu akan menghilang lagi gitu?" tanyaku yang mulai berpikiran bahwa dia udah gak mencintaiku.

"Tidak, jangan berpikiran seperti itu."

"Apa kamu akan mengantarkan gadis itu lagi!"

"Sudah kubilang dia hanya teman, kenapa kau tak percaya? Sudah lah klo kau tak percaya , hari ini cukup sampai disini, aku akan pulang. Aku lelah." ujarnya dan pergi tanpa pamit kepada orangtuaku.

Dia benar-benar telah berubah, aku gak akan pernah membiarkan siapa pun mengambilmu dariku. Kau milikku!. Akan ku pastikan dia menderita.

---------------

Zoya Amanda

Aku tau aku salah, jatuh cinta dengan pria yang sudah memiliki pacar dan akan menikah. Tapi asal kalian tau kami juga tak akan perna bersatu. Perbedaan keyakinan, perbedaan sosial. Restu orangtua juga harus ada kan?. Dan aku yakin orangtuanya tak akan menyetujui kami.

"Bodoh! Kau bodoh! Kau tau kan klo kau gak akan bisa sama dia! Mikir dong! Akhhh aku gak ngerti harus ngomong apa lagi." lagi-lagi aku selalu terkena omelan sahabat ku. Dia selalu ada saat aku butuh dan hari ini aku menceritakan padanya bahwa aku bertemu dengan kekasihnya.

"Maaf, aku tau aku salah. Tapi_"

"Apa? Kau mau bilang apa lagi? Aku muak Zoya, aku selalu menyuruhmu menjauhi dia. Kau selalu curhat bahwa kau sakit hati klo inget dia udah punya pacar!"

"Aku gak tau harus gimana?, Please kasih aku saran." aku merengek padanya.

"Aku capek, kau selalu meminta saran ku. Tapi disisi lain saran yang aku kasih selalu kau ceritakan dengan pacar tercintamu." Lyli berlalu menjauh dariku.

"Lyli.." aku menarik tangannya.

"Apa lagi!" ia menaikan nada bicaranya.

"Aku tau klo aku dan dia gak akan bersama, tapi setidaknya aku ingin bersama dengan orang yang kucintai. Apa aku salah Lyli?" ia diam tak membalas perkataan ku.

"Lakukan semaumu. Jangan pernah bicara padaku jika kau tersakiti lebih dari ini!" kini ia berlalu masuk kekamar.

Apa yang harus aku lakukan, jika tiba saatnya aku harus melepaskannya. Aku harus mempersiapkan hati ini.
Aku sudah melatihnya mungkin nanti tak akan terlalu sakit.

Dret... Dret...

Suara pesan WA dari Rifan.

Rifan:
Maaf soal tadi Zoya, apa kau pulang dengan selamat?

Zoya:
Ia, aku baik-baik saja kok.

Rifan :
Aku akan memutuskan dia, aku harap kau bisa sabar. Aku cuma ingin bersamamu. Maaf klo aku selalu membuatmu sakit.

Zoya :
Lupain aku Rifan. Aku capek seperti ini, pacaran dibelakang kekasihmu. Aku benar-benar merasa bersalah.

Rifan :
Apa? Kau tau kan aku mencintaimu. Apa Lyli lagi-lagi menghasut kamu?. Jangan percaya apapun yang dikatakan Lyli.

Zoya :
Jangan salahkan Lyli, dia itu sahabat aku. Dia gak bersalah!

Rifan:
Oh jadi kamu sekarang belain dia, klo dia memang sahabat kamu harusnya dia dukung kamu. Bukan malah menghasut kamu.

Zoya  :
Aku capek aja, Aku mau tidur, Bye.


Aku mematikan ponselku, aku gak tau harus gimana. Benar memang benar yang dikatakan Lyli aku gak seharusnya masuk kedalam hubungan mereka.

Silakan tinggalkan Vote, Coment, saran, kritik. Terima kasih yang udah mau singgah.

Salam pemula.
Lialuffy😘

Diantara KalianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang