Kalian semua jangan terlalu ber-ekspetasi terlalu tinggi hanya karena judul yang tertulis.
Ya. Namaku Cantika. Cantika Tamara Li. Jangan membayangkan seberapa cantik rupa ini hanya karena nama yang terdengar cantik.
Kenyataannya, aku tak secantik pemeran cerita-cerita yang kalian baca di wattpat. Tak juga seperti pemeran yang mempunyai senyum yang manis dan lugu seperti di novel-novel yang kalian baca. Bahkan tubuhku tak seramping dan setinggi gadis-gadis jaman sekarang.
Aku? Biasa-biasa saja. Berat badanku 57 koligram, tinggiku 168 centimeter menurutku aku tidak gemuk. Tapi tinggi??
Masih di pertanyakan. Karena banyak juga yang lebih pendek di bandingkan aku. Padahal setiap kali bercermin aku terlihat pendek!
Berkacamata minus, tapi tak setebal apa yang kalian pikirkan hanya -2. Rambut hitam ikal bergelombang, hidung minimalis, berkawat gigi. Tak ada yang istimewa di fisikku.
Muka? B aja.
Aku juga bukan secerdas dan sepintar seperti cewek-cewek culun pakai kacamata yang biasa kalian temukan di bacaan kalian.
Otakku? B aja.
Aku hanya ahli dalam mata pielajaran seni budaya, matematika dan pelajaran bahasa. Bahkan pelajaran olahraga mendapatkan nilai B-. Menyedihkan.
Tapi seperti yang sering kalian dengar. Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Entah kelebihanku apa?
Teman-teman dekatku bilang aku orang yang ramah dan baik hati.
Itu benar atau tidaknya, mereka yang menilai. Bisa saja mereka bicara seperti itu karena mereka teman-temanku. Tapi aku tak mau berburuk sangka. Karena berburuk sangka mendatangkan dosa.
Aku punya kakak laki-laki namanya Johan Li Ahmad, dia orang yang tidak bisa di tebak kalau dia adalah kakak kandungku. Perawakan gagah dan tampan membuat cewek-cewek terbius saat melihatnya. Kecuali.
Aku.
Karena aku mengetahui semua kebodohan kakak tersayangku ini.
Ayahku seorang pengusaha restoran yang terkenal di Ibukota. Perawakannya gagah seperti kakak ku, rambutnya ikal seoerti milikku, yang pasti tidak panjang. Punya aura wibawa meskipun memang tak setampan kakakku, ayahku ini mempunyai tatapan yang melelekan.
Bundaku seorang ibu rumah tangga biasa, yang mengabdikah hidupnya untuk investasi mulianya yaitu merawat anak-anaknya dan memgurus segala urusan rumah tangga. Hidung mancung, bulu mata lentik, anggun, sabar, penyayang, baik hati dan tak pernah pamrih. Seorang ibu yang luar biasa bagi ku.
Tapi kecantikan bundaku tak ada yang menurun padaku. Bahkan mata tajam dan kewibawaan ayahku tak ada yang menurun padaku. Hanya sifat-sifat dari mereka berdua saja yang ada padaku.
Kalau untuk masalah percintaan, aku tak pernah mengungkitnya. Karena bagiku cinta datang untuk seumur hidup.
Aku hanya mengagumi atau suka seseorang saja selama ini. Karena apa? Banyak orang yang ku suka dan ku kagumi. Dan setelah tidak bertemu lagi...
Aku lupa.
Karena itu aku tak menyebutnya sebagai cinta yang butuh di pertahankan.
Pacaran saja tidak pernah!
Bahkan tidak terpikirkan!
Lagi pula siapa yang mau dengan ku yang hanya modal berbaik hati. Itu mustahil! Jaman sekarang laki-laki tampan akan memilih gadis cantik, pintar dan yang mungkin setara dengan kualitas dirinya. Hanya orang yang berhati besar dapat menerima dan memilihku.
Pesimis? Big NO!
Aku memang mengagumi seseorang di sekolah.
Tapi.
Untuk kali ini tak ku ceritakan, tak akan muat untuk menceritakan dan pujian untuknya. Terlalu panjang untuk di ceritakan karena harus secara rinci.
Aku janji akan memperkenalkan kepada kalian.
Sungguh.
◾️◾️◾️
Tidak setiap kata pesimis menggambarkan kelemahan, terkadang membuat kita menyadari akan resiko terbesar.
Salam, Tita❤
KAMU SEDANG MEMBACA
RATU CANTIKA?
FanfictionBagaimana saat kamu mengetahui bahwa dirimu itu jelek? Ya. Aku Cantika, cewek yang tak punya modal rupa tapi menginginkan sebagai ratu. "Kamu tahu untuk apa aku melakukan ini semua?" "Karena aku ingin tahu apa memang benar cinta sejati itu ada tanpa...