Perencanaan

42 8 0
                                    

Hari ini aku sangat kesal! Kakak bangun kesiangan dan jalanan macet karena semalam hujan lebat dan membuat jalanan sedikit banjir!

Tapi untung saja aku datang sebelum pagar di tutup mang Nanang. Entah ada apa dengan anak-anak ini, mereka semua berlarian menuju lapangan tengah. Aku percepat langkah kakiku, sama dengan murid lain disini aku juga penasaran apa yang terjadi di sana.

Mataku titak percaya dengan apa yang ia lihat. Banner berukuran 2x1 meter itu terpasang rapi di lantai 2. Sebenarnya ini banner biasa namun, tulisan di dalamnya yang membuat aku meneguk ludahku sendiri.

'AZWAN I LOVE YOU'

Di antara kerumunan manusia yang berbisik-bisik saling menebak siapa orang yang melakukan ini.

Hatiku bergemuruh, seperti ada yang tidak terima di dalam sana. Sesak. Mataku terasa kaku, mungkin aku hampir lupa bagaimana cara untuk berkedip.

Aku segera ingin bergegas keluar dari kerumunan orang-orang ini. Entah bagaimana bisa hatiku tidak terima dengan semua ini. Toh biasanya saat aku menyukai seseorang yang sudah punya pacarpun tidak pernah merasakan sesak yang begitu sakit di dadaku.

Aku sempat melihat kak Azwan berjalan ke tengah lapangan tapi aku tidak peduli. Aku terus berjalan menuju kelas, mengatasi kemarahan atau apapun itu yang ku rasakan.

◾️◾️◾️

Dua hari setelah kejadian yang membuatku merasa mendidih itu usai. Tetapi desas-desus pelaku yang membuat lapangan tengah sekolah dipenuhi hampir semua siswa-siswi SMA Bangsa itu masih terus di bicarakan.

Tetapi itu tidak menjadi rahasia. Sais atau Ais anak sebelas IPS 2. Dialah yang melakukan itu semua. Ku dengar dari Vella dan Nora, saat kak Hamzah mendekati lapangan, dia langsung menuju arah Ais. Kak Azwan hanya menatapnya dan Ais mengutarakan isi hatinya. Tapi... Kak Azwan hanya membalas senyum dan menggelenkan kepala lalu meninggalkannya.

Sepenggal cerita dari kedua temanku itu sedikit membuatku bernafas lega dan rasanya aku memiliki jalan yang legang tanpa satupun penghalang.

"Vel, Nor. Gue boleh nanya?"

"Gak!" jawab sermpak mereka membuat orang yang sedang menikmati makan siang di kantin melirik ke arah kami. Aku berani bertaruh mereka mpunyai hobi mengganggu makan siang orang lain.

"Ih, jangan keras-keras kalo ngomong!"

"Lah elu, nanya aja pakek tawar menawar dulu, emang gua penjual cabe di pasar ikan apa?" gerutu Nora tak terima. Lucu selakali. Aku hampir tertawa melihat ekspresi Nora.

"Gue bisa gak ya, punya keberanian kaya Ais".

"Ha?!"

"Secara gitu, semua orang tahu kalau kak Azwan di incer sama kak Mia dan gak ada yang berani sama dia. Gue pengen juga gitu punya keberanian ungkapin perasaan gue ke dia".

"Lo serius mau pacaran?" selidik  Vella.

"Lo ga takut patah hati?"

Patah hati ya.

"Eh, siapa bilang gue mau pacaran. Kan gue bilang pengen ungkapin perasaan gue"

"Tik, tapi lo gak lupa kan kalau kak Azwan selama ini nolak semua cewek yang ngedeketin dia itu gara-gara siapa?" kata Nora.

"Enggak, gue gak lupa".

Ya. Aku tahu dan sangat tahu, bahkan kak Azwan menolak teman wanita terdekatnya karena perasaannya dengan Vella. Aku tahu dan sangat tahu. Siapa juga yang tidak suka dengan Vella yang cantik dan terkenal di sekolah. Aku juga sering melihat Vella dengan kak Azwan bersama. Tapi aku tidak pernah peduli. Karena aku tahu kalau Vella tak memiliki perasaan padanya.

"Maaf ya Tik"

"Gak perlu minta maaf Vel, perasaan itu gak ada yang tahu datang gak melihat orang. Lo ga salah, kak Hamza juga gak salah".

"Lagian gue rasa, perasaan gue sama kak Azwan paling cuma sepihak seperti yang dulu-dulu" lanjutku.

"Kalau lo udah tahu itu cuma perasaan sepihak, kenapa harus repot-repot mau nyatain perasaan segala" sulut Nora.

"Itu dia, gue juga ga tahu"

"Aelaah..." keluh mereka berdua setelah mendegar jawabanku.

◾️◾️◾

Triiingg...

Bel pulang sekolah. Hari ini aku di jemput kak Johan, tapi entah sampai kapan aku harus menunggu dia datang. Aku sedang duduk di bangku depan pos mang Nanang -satpam sekolah.

Gerimis mulai datang, anak-anak sekolah berlalu lalang meninggalkan sekolah. Hanya satu orang yang membius pandanganku. Ya Azwan. Lagi-lagi dia yang membuat aku terpanah, dia meninggalkan pelataran sekolah bersama temannya. Tapi aku juga melihat kak Mia bersamanya. Aku merasa hatiku berdesir, membuat tubuhku hangat seketika saat rintik hujan turun.

Kembali aku memikirkan rencana pernyataan perasaan. Ais memang sering berdua dan berbincang dengan kak Azwan.

Sedangkan aku? Big No!

Apa aku seperti mengemis seorang laki-laki saat aku menyatakan perasaan seperti yang dikatakan orang untuk kak Mia dan Sais?

Aku tidak pernah tahu apa prangsangka orang, aku bukan orang pintar yang memgetahui hati dan niat seseorang.

Masa bodoh! Aku akan melakukan itu tanpa sepengetahuan siapapun!

Tapi bagaimana dengan Vella? Bagaimana kalau dia juga suka dengan kak Azwan?

Beem... Beem!

Klakson mobil membangunkan ku dari pikiran anehku. Mobil putih berada tepat di depan gerbang dengan pengemudi yang melihat ke arahku.

"Ngapain ngelamun! Ayo pulaang! Nanti hujan lagi!"

Tanpa berkata apa-apa aku langsung berlari menuju mobil. Saat ingin membuka knop mobil aku berpapasan mata dengan kak Azwan yang melihatku di sebrang jalan, saat itu pula aku tak ingin melepaskan kontak mata dengannya. Tapi... Aku sadar aku hanya seperti setitik hujan yang turun saat kemarau tinggi. Langsung hilang saat jatuh ketanah.

◾️◾️◾️

Voment 👻

Salam, Tita a❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RATU CANTIKA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang