Azwan

54 10 4
                                    

Aku sudah siap berangkat hari ini.

06.05 pagi.

Jam merah muda yang melingkar di tangganku menunjukkan waktu masih pagi. Ku tatap lagi wajah ku di cermin. Rambut ikal bergelombang di kuncir cepol, kacamata minus dengan frame berwarna emas. Ah, satu lagi muncul jerwat tepat di hidungku!

Ck, tampak memerah! Mengesalkan!!

Dari semua kekurangan fisikku aku beruntung punya kulit putih. Tapi tidak pernah ku banggakan. Aku tidak ingin mengobral secara gratis kulit putihku. Aku ingin jadi wanita terhormat.

Jelek tak apa yang penting terhormat! Hahaha.

Aku menyabet tas ranselku dan menuruni tangga.

Hufftt. Sepagi ini kah?

Semua orang sudah berkumpul rapi di meja makan, melihat aku turun kakakku langsung berdiri menyambar tasnya.

"Ayo berangkat, udah telat"

"Yaaahh... Belum sarapan gue kak"

"Di mobil!" pinta pria berkacamata itu.

"Lagi?"
Ck, gak asik banget abang gue.

"Yaudah, Tika berangkat yah, bun"

Aku dan kakakku berpamitan untuk pergi, dan aku menyambar dua kotak bekal warna pink yang disiapkan bunda untukku.

◾️◾️◾️

"Ntar jemput gue ya kak!"

Kakakku menurunkan kaca mobilnya dan hanya menatapku. Itu bagiku sebuah jawaban 'Ya'. Yaah... Sudahlah.

Aku menelusuri lorong sekolah yang masih sepi oleh murid-murid SMA Bangsa. Meskipun jam tanganku menunjukkan pukul 6 lebih 20 menit.

Aku terpaku pada sosok yang saat ini berada di lapangan basket. Entah kenapa aku tersenyum melihat dia. Ada yang berdesir pelan dalam tubuhku.

Bukan. Dia tidak bermain basket, melainkan sedang duduk membaca buku anatomi di sebrang sana.

Lapangan basket memang berada di tengah gedung ini. Kalau lapangan upacara berada di depan tepat setelah memasuki sekolah ini.

Angin yang berhembus pelan menggerakkan sedikit rambut yang berada di dahinya.

Ya Allah... Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan!

"Astaghfirullah! ZINA MATA TIKAA!!" Aku tersadar dan mulai berjalan menuju kelas dan mengrutuki apa yang sedang ku perbuat.

Buggh!!

"Aw!!"

Aku terjatuh, bukan karena senggolan seseorang itu. Tapi terserimpet dengan rok panjangku!

"Dasar lo Tika, kan gue bilang apa! Gue gak bisa pakek rok panjang, gak ada anggun-anggunnya sa-"

"Tik"

Aku berhenti membodoh-bodohi diriku sendiri mendengar panggilan itu. Aku menoleh ke sumber suara dan membenahi kaca mataku yang sedikit merongsot agar dapat melihat jelas.

"Tik"

"Lo gak apa-apa?"

"Hehh? Eh, gak apa-apa kak"

Dia mengulurkan tangannya ke arahku, mungkin dia niat menolong ku.

"Eh, gak apa-apa kak gue bisa sendiri!" aku langsung berdiri sendiri takut untuk dia memaksaku untuk dia tolong.

"Hh?" dia memoleh padaku.

"Gue... Ambil bulpoin gue kok" kata dia dengan heran.

"Hehehe... Iya kak"
Matikan lo Tik! Ke-PD-an sih!

"Oh ya, sorry ya?"

"Iya ga papa"

Dan dia hilang dari pandanganku.

"Aku heran? Prasaan dia tadi duduk-duduk? Cepet banget ya. Hhhsss!"

Kak Azwan. Terkanal ganteng, pinter, cool, ramah, baik hati dan supel. Dia pujaan para siswi SMA Bangsa ini. Tidak heran jika dia punya penggemar yang banyak.

Bahkan ada yang menyatakan cintanya langsung dihadapan ratusan murid kepada kak Azwan. Kak Nia, dia cantik, putih, tinggi, primadona SMA. Tapi sayang cintanya di gantung setelah menyatakan cintanya, kak Azwan langsung pergi saja tidak memberi jawaban. Dan itu terjadi saat aku kelas sepuluh dan kak Azwan kelas sebelas.

Ya. Dia, dia yang saat ini aku kagumi dari jauh. Semua orang akan meleleh saat melihatnya. Aku sudah memendnya saat pertama kali aku bertemu.

Saat itu setelah MOS selesai, aku baru keluar kamar mandi dengan mengibas-ngibaskan tanganku yang basah.

Buggh!

"Aw!"

Aku terjatuh, kaca mataku lepas entah kemana. Tapi aku masih bisa melihat sekitar. Itu juga dikarenakan ketidak mahiranku memakai rok panjang. Tapi bundaku selalu menyuruhku memakai rok panjang. Katanya 'biar lebih anggun'

"Eh, lo ga pa pa?"

Suara sebening telaga mengintrupsi. Aku mendongakan kepalaku. Seorang laki-laki dengan membawa ketampanannya. Aku hanya menatapnya lama, aku merasakan darah mengalir ke otakku. Hingga aku sadar dia mengibaskan tangannya di hadapannku.

"O... Oh, gue gak apa-apa"

"Ni, kaca mata lo" dia memberikan kaca mataku yang tadi terjatuh entah dimana.

Aku mengambilnya.

"Terimakasih" ucapku dan langsung makainya. Dia tersenyum lalu pergi. Dan saat itu aku merasakan pipiku menghangat seperti di terpa matahari pagi.

Lunas sudah. Aku menceritakan orang yang ku kagumi kepada kalian semua.

◾️◾️◾️

"Tik, lo tadi dianter kak Jo?" tanya Nora

"Iya"

"Ah! Nanti gue bareng lo ya?"

"Gue juga!"

"Jangan ikut-ikut napa Vel!"

"Serah gue lah"

"Gak, gak boleh!"

Ya situasi ini yang tidak aku suka, Nora dan Vella. Mereka suka dengan kakakku.

Aku membuka ponselku untuk mengirim pesan pada kakakku.

To: K JoLi
Kak, ntar gausah jemput.

From: K JoLi
Tik, ntar gue gak bisa jemput.

Dahiku mengkerut melohat pesan yang baru ku kirim langsung mendapat balasan. Kulihat jam yang tertera di bawah pesan. Sama.

To: K JoLi
Oke.

From: K JoLi
Yaudah.

Lagi?!

"Dia nanti gak jemput!"

Aku menghentikan perkelahian mereka.

"Haallaaaa..." Keluh mereka bersamaan.

Mereka membuat acara istirahat makan siang di kelas menjadi tontonan anak sekelas

◾️◾️◾️

Kamu tahu rasanya memendam perasaan. Aku berharap tidak. Cukup aku saja yang memendam perasaanku, karena rasanya berat!

Buat perkemalan Nora dan
Vella habis part ini ya...
Salam, Tita

RATU CANTIKA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang