Dua

45 7 2
                                    

Tadinya mau up hari Sabtu tapi gak kuat nahannya :v

Selamat membaca <3
.
.

Gemerlap lampu warna-warni, bau parfum yang bercampur dengan keringat, suara bising musik yang mendentum keras mengelilingi Anna.

Suara riuh orang-orang yang sedang asik menari, berjoget, maupun sekedar mencari hiburan malam, menjadi temannya malam ini.

Ralat, pagi ini.

Sudah lewat tengah malam Anna belum kembali ke rumah. Dirinya masih berpakaian seragam sekolah, dengan jaket jeans yang membalut kemejanya.

Anna duduk di depan meja bar, dengan segelas minuman yang menurutnya dapat membantu dirinya melupakan berbagai masalahnya sejenak.

Anna meneguknya sedikit, kepalanya terasa pusing, pandangannya kabur dan menggelap. Ia berkali-kali mengerjapkan matanya untuk menjaga dirinya agar tetap sadar.

Anna memang belum terbiasa dengan minuman tersebut, bahkan ini pertama kali Anna mencicipi minuman haram itu. Sehingga dirinya masih belum bisa menerima kejutan yang dialami tubuhnya ketika minuman tersebut masuk dan mengambil alih kesadarannya.

Anna memanggil seorang bartender. Meminta segelas air putih, untuk meningkatkan kesadarannya.

Bartender itu tersenyum meremehkan, namun tak elak juga mengambilkan air yang Anna pesan.

Setelah merasa kesadarannya kembali, Anna melihat sekeliling. Mencari seseorang yang tadi membawanya kemari.

Cahaya yang remang-remang membuat Anna kesulitan mencari orang itu. Anna memutuskan bangkit agar lebih mudah mencarinya.

Namun bergerak diantara orang-orang yang sedang menari tanpa melihat sekeliling membuat Anna sedikit kesulitan untuk mencari celah.

Tatapan Anna terhenti kala melihat temannya-Rena, sedang menari dengan beberapa orang yang tidak Anna kenal.

Sejujurnya Anna tidak tau bagaimana Rena bisa mendapatkan akses masuk ke tempat seperti ini. Bahkan mereka belum mempunyai kartu tanda penduduk.

Tapi jika melihat dari latar belakang keluarga Rena semuanya bisa saja terjadi. Ayah Rena adalah orang yang sukses, beliau menekuni bisnis properti dan kini beliau sudah memiliki beberapa kantor yang tersebar di Indonesia. Sang ibu juga seorang pembisnis yang handal, jadi, tidak heran kalau hidup Rena begitu sejahtera.

Belum lagi, Rena adalah anak satu-satunya. Mau diapakan lagi harta yang banyak itu jika tidak untuk dia?

Yang Anna tau, Rena begini karena kesepian. Ibu dan Ayahnya selalu bekerja. Mungkin Rena merasa kurang diperhatikan.

Anna tau bahwa Rena bukan gadis yang baik, alkohol, gemerlap dunia malam semua ini seperti hidup Rena. Tapi Anna tidak bisa menilai Rena seenaknya, karena dia sadar bahwa dirinya juga bukan gadis yang baik.

Bahkan sampai sekarang Anna masih tidak mengerti, sebenarnya
bagaimana tolak ukur untuk anak baik-baik? Apakah mereka yang selalu berada di rumah sejak jam 6 sore? Yang selalu belajar hingga malam suntuk? Atau yang selalu mendapat berbagai prestasi hingga menjadi panutan semua orang?

Menurut Anna semua orang itu sama. Setiap orang memiliki sisi baik dan sisi buruk. Namun beberapa orang lebih cenderung kesalah satu sisi tersebut. Tidak ada orang yang benar benar baik, dan tidak ada pula orang yang sepenuhnya buruk.

Kecuali, Michelle.

Anna berhenti memandangi Rena, ia langsung menghampirinya. Sungguh Anna tidak tahan, ia ingin pulang.

"Ren, cabut yuk. Gue bosen" ucap Anna, yang tidak dihiraukan sama sekali oleh Rena yang masih asik menari.

"Ren!! Renaa!!" Panggil Anna lebih keras mencoba mengalahkan dentuman musik disana.
"Apa?" Jawab Rena tak kalah keras, "Gue bosen mau balik," jawab Anna sambil menghentakan kaki.

Reden (Alasan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang