—Dan sebersit kilas balik masa lalu.
Ciuman pertama Kim Taehyung, terjadi pada malam di hari Jumat. Di depan sebuah kios rokok.
Sembarangan, lancang dan kurang ajar. Sekalipun begitu, ia tidak pernah menyesal. Walaupun hanya sekali, dan berakhir sebuah dorongan yang diikuti tamparan, ia hanya tersenyum tipis.
Setidaknya, rasa bibir si cinta pertama, justru melebihi ekspektasinya.
Begitu merah juga merekah. Basah, dan memikat. Berkilat cantik di bawah temaram seadanya. Sedikit bengkak akibat ia yang terlalu serampangan di percobaan pertama. Namun, bekas darah yang mengering di sudut bibir, tidak sekalipun menjadi titik awal penyesalan.
Ciuman pertama, berakhir dengan Kim Taehyung yang mendapat pukulan telak pada rahang, tepat di pagi hari berikutnya.
"Kau—bangsat!"
Dan yang lain, berakhir pada pelipis. Membuatnya terhempas kasar menghantam dinding. Rasa anyir seperti besi menjarah lingua, membuatnya tersungging tipis disertai dengusan remeh.
Kembali berdiri tegak layaknya tanpa beban. Memandang pongah pada si sahabat terbaik yang memandangnya dengan sorot tajam yang menusuk. Kepalannya berurat; suatu tanda kias bahwa ia tidak sedang main-main.
"Ya, aku menciumnya semalam. Kau mau apa, Park?"
"Bajingan." Maka, satu pukulan lain, bersarang di ulu hati. Reflek membuat Kim Taehyung jatuh terduduk sembari mengerang sekilas tertahan.
"Kau berjanji tidak menyentuhnya, brengsek!"
"Aku tidak pernah berjanji."
"Kau bukan laki-laki!"
"Pada kenyataannya, kesepakatan kita memang tidak ada dari awal." Taehyung mendesis. Mengusap bercak darah dengan ujung lengan hoodie yang dikenakannya. Menatap bengis pada pemuda lainnya yang kini beralih berjongkok menghadapnya,
"Sakit?"
"Pikir sendiri, bajingan."
"Maaf, kelepasan." Pemuda itu mendengus. Menyentuh sedikit kening Taehyung, hanya untuk ditepis kasar oleh empunya yang balas meringis, "Aku cuma kesal."
"Kesal karena aku menciumnya?"
"Kau tidak cerita."
"Untuk apa? Kita kan bersaing."
"Setidaknya kau bisa bercerita padaku," Pemuda itu memutar matanya malas, sebelum mengendikkan dagu, "Katakan, apa bibir Jeon Jungkook itu memang manis seperti yang kita bayangkan?"
Maka Kim Taehyung terdiam sejenak.
Membiarkan bayang rasa akan sentuhan bibir keduanya yang bertautan, kembali memenuhi benak.
Meniti perlahan akan rasa. Membayangkan lembut pagutannya. Bagaimana kedua ranum yang berbeda kontras itu menyatu dalam sebuah balutan lekat. Saling menempel dan menyecap.
Dimana lidahnya merajah; membelai seluruh lekuk indahnya. Menggigiti bibir bawah yang kian menggoda tiap harinya.
Manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang [spc. kth's birthday]
FanfictionKarena disini adalah rumah. -Ah, alasan. Sebenarnya, aku cuma rindu. Tentang bagaimana caramu menghadirkan cinta itu, dan menyampaikannya dengan sengaja.