Tenggelam

2K 193 10
                                    

Dia membuatku tenggelam.

Jauh hingga ke dasar samudra.

Hingga aku lupa segalanya.

Aku tenggelam,

Tolong selamatkan aku.

-------

Aku ceritakan padamu.Tentang sebuah rasa yang tidak pernah tersampaikan. Tentang masa putih abu-abu yang sendu. Tentang gengsi yang berakhir penyesalan.

Langit jingga kemerahan menemaniku sore ini. Hangatnya teh melati yang mengepul bersama gorengan panas yang Caca--teman sekamarku--beli di pasar tadi, menemaniku menuliskan kisah ini.

Aku suka senja dan segala panoramanya. Ketika matahari dan bulan saling menatap selama beberapa saat, sebelum akhirnya berpisah karena malam. Mereka hanya diam di dua sisi yang bersebarangan, tetapi banyak rasa yang tersirat di balik semua itu.

Seperti mereka.

Sebut saja namanya Sheryn dan laki-laki yang menjadi pujaan hatinya selama ia duduk di bangku SMA adalah Zack.

Saat pertama kali Sheryn dan Zack berkenalan, itu bukan kemauan Zack ataupun Sheryn sendiri, melainkan karena ulah teman-teman Zack. Bukan debaran di dada yang Sheryn rasakan saat itu, melainkan perasaan kesal bercampur benci.

"Ryn, Sheryn!" panggil salah seorang teman Zack, Boy, membuat Sheryn yang tadinya hendak pergi ke kelas mendekat ke arah mereka. Ada sekitar lima orang di sana.

"Apa, Kak?" tanya Sheryn dengan wajah polosnya. Benar, Zack dan kawan-kawannya adalah kakak kelas Sheryn. Sheryn duduk di kelas X sementara Zack duduk di kelas XII saat itu.

Lalu Boy menatap ke arah lain dan berseru, "Zack, Zack! Cepetan sini!"

Mata bulat gadis itu menyipit, menatap siswa yang Boy panggil. Beberapa siswa lain mendorong siswa berkacamata tebal itu ke arah Sheryn. Tentu saja, Sheryn merasa tidak nyaman di sana.

"Zack, kenalanlah," paksa Devon, sakah satu teman Zack yang juga merupakan saudara Sheryn.

"Misi, Kak." Gadis berambut panjang sebahu itu hendak menghindar, tapi mereka menghalanginya.

"Kenalan dululah," ujar Boy seraya tersenyum menggoda Zack dan Sheryn.

Sheryn berniat untuk pergi dari tempat itu lagi, lalu tanpa ia duga, Zack mengulurkan tangannya. Gadis itu hanya menatap tangan panjang nan lebar milik Zack itu.

"Zack."

Laki-laki setinggi seratus delapan puluhan itu memperkenalkan dirinya dengan nada dingin.

Dengan ragu, Sheryn menjabat tangannya.

"Sheryn."

Gadis itu berucap secepat kilat sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan tempat itu. Dia merasa seperti bahan candaan di sana.

Tunggu, kenapa Sheryn membencinya? Ah iya, aku lupa menceritakan bagian itu.

Beginilah kisahnya.

Hari itu adalah hari kedua masa orientasi siswa di sekolah mereka. Siswa kelas X dibagi menjadi beberapa kelompok dan Sheryn adalah salah satu di antara mereka. Semua siswa kelas X harus menginap di sekolah untuk mendukung acara yang akan diselenggarakan hari berikutnya.

Setiap orang dalam kelompok harus mendapatkan sepuluh tanda tangan dari panitia sebagai tiket makan malam. Jika ada seorang saja yang tidak mendapat sepuluh tanda tangan, semua anggota kelompok tidak mendapat makan malam.

InvisibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang