Part 21

31K 1.2K 29
                                    

Flora POV

Mataku terasa begitu berat untuk dibuka. Meskipun ku tahu matahari sudah mulai beranjak dari peraduannya. Sinarnya menelusup masuk seakan menembus mataku melalui 2 jendela besar kamar. Ku usahakan untuk mengerjap ngerjapkan mata sesaat setelah penglihatanku yang awalnya mengabur menjadi jelas. Pandangan ku kosong menatap langit-langit kamar yang bercat putih ini. Kepalaku terasa sangat berat. Dan mungkin saja mataku masih sangat sembab karena menangis semalaman. Kalau harus mengingat apa yang telah terjadi padaku semalam, mungkin air mata ini akan merembes keluar lagi tanpa permisi. Kakakku itu. Iya, kakak ku itu benar-benar sudah membuat hati ku kacau balau. Harus dengan cara apalagi aku menafsirkan perasaan ini? Harus dengan cara bagaimana lagi aku menyangkal bahwa tuduhan mama semalam sama sekali tak beralasan? Atau mungkin memang sudah saatnya aku menyerah? Mengaku kalah karena dari awal perasaan kak Farrel memang sudah terbalas meski tanpa ku sadari sedikitpun?

“Kak Flo…!!”

Dua suara melengking yang berasal dari balik pintu kamar membuat aku cepat cepat bangkit dari pembaringan. Menghilangkan pikiran menganggu ini sejenak demi membukakan pintu untuk kedua adikku.

“Kak Flo…! Buka pintunya dong! Malika sama Ello mau masuk..Cepetan kak…!”

“Iya..Iya…Bentar sayang…”

Ku coba untuk bangkit dari dudukku sesaat setelah mendengar teriakan dari Malika. Berjalan menuju pintu dengan langkah terhuyung huyung.

“Kak Flo…! Kok bangunnya telat sih? Ditungguin mama sama papa sarapan dibawah loh!”

Ujar Malika spontan bahkan sebelum aku sempat menyapa kedua adikku yang sudah memakai seragam sekolah ini. Nadanya terdengar memerintah dan jutek. Mukanya cemberut, bahkan sangat menyebalkan untuk dipandang.

“Nggak ah! Kak Flo sarapan dikamar aja.”

Sahutku malas. Kedua anak ini langsung menatapku tajam.

“Iiiihhh apaan sih? Kak Flo lagi ngambek sama mama ya? Kenapa emang? Habis dimarahin?”

Pertanyaan dari Malika semakin membuat kepalaku mumet. Apa sih yang bisa dimengerti oleh anak kelas 3 SD seperti Malika? Nggak mungkin juga kan aku curhat sama dia mengenai kegalauan ku atas perasaan tak menentu ini? Semenjak kak Farrel pergi meninggalkan rumah, kedua adikku ini memang berubah menjadi setan kecil yang nakal. Mereka sering membuat seisi rumah jengkel karena tingkah mereka. Tak ada lagi Malika dan Ello yang manis dan lucu. Keadaan memang seakan berubah 360 derjat dalam beberapa hari ini.Dan dapat ku pastikan perubahan mereka ini ada hubungannya dengan kepergian kak Farrel.

“Jangan sok tau deh kamu. Udah ah, turun gih. Kak Flo masih ngantuk.”

Tanpa mau menunggu reaksi dari mereka, segera saja ku tutup pintu kamarku.

“Kaaakkkk!!”

Namun, tenaga mereka berdua sangat cukup untuk menahan pintu ini, sehingga membuat tubuhku terdorong sia-sia kebelakang.

“Ada apa lagi?”

Tanyaku dingin. Ku pasang muka kesal setengah mati agar 2 anak ini pergi dari sini. Sumpah! Aku benar-benar nggak punya waktu untuk ngeladenin tingkah mereka pagi ini.

“Ini perintah dari mama dan papa. Malika Cuma disuruh!”

Oke. Kali ini Malika benar-benar menyebalkan! Aku tak mengerti kenapa dia bisa dengan mudahnya mengiyakan perintah dari mama dan papa. Apa sebegitu takutnya kah dia kepada mama dan papa?

“MALIKA!”

Akhirnya bentakan itu keluar juga dari mulutku. Ku pelototi mereka berdua dengan tatapan amarah. Sukses membuat kedua adik-adikku ini memejamkan mata dan tertunduk. Oke, Aku salah lagi kali ini. Emosi ku benar-benar tak terkontrol semenjak semalam.

Family Flower's WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang