Aku membalik buku yang sedang kepegang. Notebook yang kupegang berwarna biru laut dan bertaburkan salju-salju putih. Imut banget!! Maka tanpa pikir panjang aku menarik buku ini dari tumpukan buku-buku lainnya dan membawanya ke kasir. Aku memang sedang membutuhkan notebook. Notebook lamaku sudah penuh. Maklum deh, notebook yang imut ini kan selalu kupakai untuk menulis diaryku.
Setelah membayar, aku keluar dan membeli es krim. Tadinya, setelah bersepeda dengan Becca, aku mau mengajaknya ke mal. Tapi Becca menolak karena hari ini dia ada les piano. Dan inilah aku pada akhirnya. Berjalan-jalan sendiri di Central Park, melihat-lihat pameran dan toko-toko yang ada. Aku memang tidak ada niatan beli ini dan itu. Saat sedang berjalan sambil menikmati es krim Green Tea, seseorang menepuk pundakku.
"Hoi! Kemana aja sih lo? Gue nyariin lo, gue telepon gak diangkat-angkat. Akhirnya gue harus keliling-keliling mal tau gak. Lo tau sendiri gue anti mal." Renggut orang yang hampir kutonjok karena tiba-tiba menepuk bahuku.
Aku menatap Kak Ivan yang sedang manyun. Aku tertawa melihat tingkahnya itu. tapi Kak Ivan malah mendelik padaku.
"Apa yang lucu hah?" tanyanya dengan suara kesal.
"Lo kayak anak kecil aja deh. Kalo lo anti mal, gimana caranya lo nemenin calon pacar lo belanja ke mal? Masa lo nunggu di parkiran sih?"Ledekku, dan aku pun tertawa lagi.
"Kalo lo mau ngeledek gue, mending gue pulang deh." Kata Kak Ivan.
"Ya ampun! Pundungan banget sih. Iyah-iyah gue minta maaf." Jawabku.
Kak Ivan hanya menggerutu sepanjang perjalanan. Namun setelah beberapa menit di mal, kelihatannya dia mulai relaks di dalam mal. Aku dan Kak Ivan memang sangat dekat. Dan, dia memang kakak yang baik. Jadi dia rela mengorbankan kesenangannya demi adiknya yang imut dan cerewet ini.
Setelah beberapa jam berputar-putar gak jelas di Central Park, akhirnya Kak Ivan menyeretku ke parkiran. Aku mengikuti saja karena kakiku sudah mulai nyut-nyutan. Aku melirik jam kecil di dashboard. Pukul 5 sore.
"Kak Ivan." Aku menoleh menatap Kak Ivan yang sedang mengemudi.
"Kalo lo minta supaya lo yang nyetir mobil, untuk ke-245 kalinya, nggak." Jawab Kak Ivan tanpa menatapku.
Aku mencibir, "Siapa bilang? Gue mau nanya, Papa udah pulang atau belom. Dasar Geer."
"Hehehe, kan biasanya lo maksa supaya lo yang nyetir. Lagian, gak biasanya lo nanyain papa udah pulang atau belom." Kata Kak Ivan.
"Yah, tadi pagi papa sms gue. Katanya hari ini Papa pulang cepet. Jadi bisa ngerayain ultah gue." Jawabku.
"Oh. Setau gue sih belom. Lagian kalo udah juga, Mama pasti ngabarin kita kan?"
Aku mengangguk dan melanjutkan kesibukanku dalam membalas Facebook dan Twitterku. Untuk kalian ketahui, aku tidak pernah memakai nama asliku di media sosial. Jadi kunamai saja usernameku PrincessTown_13. Yah, hal itu membuatku diledek oleh Becca, karena menurutnya hal itu kekananakkan. Tapi tak apa kan?
Dibandingkan Facebook, aku memang lebih sering menggunakan Twitter. Jadi yah, tidak terlalu masalah buatku.
Setelah beberapa menit berkendara, akhirnya sampai juga aku dirumah. Tapi kekecewaan langsung menyerbu diriku ketika aku tidak melihat ada mobil Avanza biru di garasi. Sepertinya Papa masih di jalan. Ya sudahlah, lagipula aku memang tidak berniat merayakan ulang tahunku tahun ini.
Setelah Kak Ivan memarkirkan mobilnya ke garasi, aku langsung naik dan memasuki kamarku. Aku langsung menjatuhkan tubuhku ke sofa yang ada dikamarku. Aku hendak mengistirahatkan kakiku sebentar. Tiba-tiba handphoneku bergetar. Oh, ada yang menelpon.
Aku mengangkat telepon dan suara keras langsung terdengar dari speaker handphoneku ketika aku menekan tombol 'speaker'.
"Maaf ya, Cel. Gue harus les hari ini. Ngomong-ngomong bokap lo udah balik?" tanya Becca
"Belom tuh. Kayaknya Papa kejebak macet di jalan. Udah sore soalnya." Kataku dengan lesu.
"Ya sudahlah. Gue udah gak sabar pengen cepet-cepet senin nih."
"Ah, lo sih enak bisa ketemu kecengan lo. Lah gue?" tanyaku sambil mengambil baju rumah yang tadi kugantung.
"Bukan buat ngeceng. Lo mikirnya ngeceng terus deh! Gue tuh pengen tau, gimana caranya lo ngadepin si Mike. Dia kan ga pernah nerima kata ngga."
"Gue bakal ngubah sejarah." Jawabku bangga. Aku senyum-senyum sendiri sambil memikirkan kalimat yang barusan kuucapkan.
"Apa kata lo deh ah. Besok jangan pergi sendiri ya, pokoknya, kalo lo mau nolak Mike, ajak gue sama Josh. Setidaknya ada yang jagain lo dari belakang."
"Sip bos!" jawabku sambil mengganti bajuku.
"Ya udah deh. Gue kan belom ngucapin selamet ke lo. Happy Birthday ya sist. Panjang umur. Dan sehat selalu. Udah dulu deh ya. Gue dipanggil nyokap. Buh baaaay."
"Yo." Jawabku sambil mematikan sambungan telepon.
Aku terdiam sebentar, lalu beranjak ke balkon kamarku. Aku menghirup udara yang mulai terasa dingin. Awan-awan yang mulai memunculkan semburat-semburan ungu dan oranye menunjukkan bahwa sebentar lagi matahari akan bersembunyi. Beberapa menit berada di balkon membuatku merasa dingin. Aku memang lebih menyukai alam dibandingkan angin dari AC. Ketika aku mau menutup pintu balkon, aku melihat mobil Avanza biru melaju dari ujung jalan.
Hal pertama yang kulakukan adalah berlari menuruni tangga dan meraih kunci pagar untuk membukakan pintu.
"Aduh, jangan lari-lari dong sayang. Ada apa sih?" tanya Mama yang hampir kutabrak saat aku sedang menuruni tangga.
"Papa pulang, Ma!" seruku sambil berlari ke luar rumah.
Mobil Papa sudah berhenti di depan pagar. Sebelum Bi Ani membuka gerbang terlebih dahulu, aku merebut kunci pagar dan tersenyum jahil ke arahnya. Bi Ani yang memang sudah lama bekerja di rumahku hanya menggeleng melihat tingkahku.
"Halo, Sayang. Papa telat gak nih?" tanya Papa setelah memarkirkan mobil di garasi.
Aku menggeleng, "Belum kok, Pa."
Papa tersenyum lalu merangkulku sambil berkata, "Cel, tau gak Papa ketemu siapa hari ini?" tanya Papa dengan senyum misterius.
Aku mengernyit, "Siapa, Pa?" tanyaku.
"Om Henry sama Tante Sarah." Jawab Papa.
"Hah? Siapa tuh, Pa?" tanyaku lagi.
"Ituloh, Papa Mamanya Dave. Davenya juga ada disana."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE
Romance-Celine Aku menunggunya, menunggu ia datang dan kembali kepadaku, pangeran kecilku. Aku rela menunggunya, asalkan ia menemukanku dan menjadikanku miliknya -David Putri kecilku sedang menanti. Aku sudah lama melepasnya. Ini saatnya kembali kuraih dia...