Chapter 16 : Pilihan Terbaik

1.6K 153 1
                                    

Jihyun merangkak ke atas kasur setelah melakukan mandi malam. Ia mengibaskan selimut dan menutupi tubuhnya sampai kepala. Tapi, tak beberapa lama kemudian, ia kembali mengibaskan selimutnya dan tatapannya terpaku pada langit-langit kamar. Ia tidak bisa tidur. Pikirannya terus terbayang kepada perkataan ahjumma tadi.

Apa benar ada seseorang yang sedang membohonginya lewat penampilan? Apa benar ia dan Taehyung sulit bersatu? Dan apa benar kalau Jihyun sebodoh itu untuk mengendalikan emosinya sendiri? Pertanyaan itu terus menghantui pikirannya.

Jika ia dan Taehyung sulit bersatu, halangan yang mungkin terjadi adalah orang ketiga. Tapi, siapa? Jihyun terlalu rendah diri untuk menyadari jika Seokjin dan Jimin sama-sama menyukainya karena reputasinya yang buruk di sekolah.

Tiba-tiba saja ingatan Jihyun berpindah ke beberapa hari yang lalu. Surat. Ya, surat itu!

Jihyun segera melompat dari kasur, mencari-cari surat itu di lacinya, namun ia tidak menemukannya. Ia lalu beralih ke tasnya, menggeledah tas tersebut dan ketemu! Ia lalu mengambil surat itu dan membaca ulang kedua surat tersebut.

Annyeong Jihyun-ssi, kkk .. kau sangat lucu saat berlari tadi. Aku memberikan cokelat itu agar mood-mu membaik. Aku menyukaimu. Dimakan ya :) - N.

Annyeong, Jihyun-ssi! Bagaimana dengan mood-mu hari ini? Aku memberimu cokelat lagi, semoga kau suka yaa~ Oh ya, kemana kau kemarin? Aku menunggumu di depan gerbang. - I

Sejak Taehyung dan Jihyun resmi menjadi sepasang kekasih, Jihyun sudah tidak mendapatkan surat dan cokelat itu lagi. Terakhir kali ia mendapatkannya saat menunggu hujan reda dengan Seokjin sunbae di koridor. Dan orang yang memberi cokelat itu mengatakan kalau ia menunggu Jihyun di depan gerbang. Yang berarti .. apa orang itu menunggu Jihyun di depan gerbang? Buang-buang waktu sekali.

Tik. Tik. Tik.

Jihyun menoleh ke arah jendela yang sudah menampakkan tetesan air. Lalu ia kembali mengedarkan pandangannya ke arah surat yang masih ia pegang, sebelum akhirnya memutuskan untuk menyimpan surat itu saat matanya tanpa sengaja melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu malam.

Ia menyibak selimutnya dan menutupi wajahnya sambil mendengar suara tetesan air hujan dari jendela.

***

Jimin pergi ke sekolah dengan mata pandanya. Ia tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan perkataan Seokjin kemarin semalaman suntuk.

·
·
·

Jimin sedang berada di rooftop sekolah, merasakan angin sore dan langit jingga Seoul. Tiba-tiba saja Seokjin menghampirinya dan memukul perut Jimin tanpa sebab yang membuatnya tersungkur ke lantai atap.

Bugh!

"YA! NEO MICHESSEO?! MENGAPA KAU MEMUKULKU?!" Tanya Jimin yang berusaha berdiri sambil memegangi perutnya.

"KAU YANG KENAPA!" Seokjin menahan amarahnya, "apa kau tidak tau, kalau kau sudah membuat Heejung menangis terus-terusan?!"

Jimin menatap Seokjin bingung, sedangkan Seokjin hanya berkacak pinggang lalu terkekeh sambil menyindir, "ternyata benar, kau memang tidak tau apa-apa. Otakmu masih bocah, tapi kau sudah memikirkan cinta-cintaan. Teruslah seperti itu, dan kau akan menyakiti hati orang lain terus menerus."

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti dengan ucapanmu."

"HEEJUNG MENYUKAIMU!" Bentak Seokjin dengan amarah yang sudah memuncak, "kau selalu saja bercerita tentang Jihyun ke Heejung, apa kau tidak tau jika Heejung menyukaimu jauh sebelum kau menyukai Jihyun?! Heejung selalu ingin berkata kalau ia menyukaimu, tapi ia selalu menahannya karena ia tau kau menyukai Jihyun!"

✓ Seventh Knight [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang