LOVE LIVE! SCHOOL IDOL PROJECT
.
.
"Nasi sudah. Omelet sudah. Tempura sudah. Salad juga sudah. Air putih ada. Jus tomat kesukaannya juga ada." Kotori meneliti meja makan yang sudah ditatanya.
"Yosh, menu makan siang sudah selesai. Aku akan memanggil Maki-kun. Pasti ada di balkon" Kotori melangkah ke tempat yang disebutnya tadi. Benar saja, seorang pria bersurai merah ada disana. Dia itu kekasihnya Kotori. Namanya Maki. Putra tunggal keluarga Nishikino. Sepertinya sedang menelpon seseorang. Kotori berniat menghampiri, tapi tidak jadi karena sang pria menyebut namanya.
"Aku maunya kotori mama" ucap sang pria. Kotori yang berada di belakang Maki pun mundur beberapa langkah dan berdiri menyandar pada pintu balkon.
"Tidak mama, aku cuma mau kotori."
Kotori mengernyit. Kenapa Maki menyebut-nyebut namanya? Apa orangtua Maki tidak suka Maki memiliki hubungan dengannya? Apa mereka menentang hubungan Maki dan Kotori?
"Aku tidak mau yang lain. Aku cuma mau kotori."
Lagi-lagi namanya disebut. Tidak mungkin orangtua Maki melarang hubungan mereka, toh hubungan mereka sudah direstui. Bahkan mama Maki sayang sekali pada Kotori. Tapi kenapa Maki bilang tidak mau yang lain? Apa ia dijodohkan dengan orang kaya? Mengingat Kotori berasal dari keluarga sederhana. Lagipula zaman sekarang sudah lumrah orang-orang kaya menjodohkan anaknya.
"Tapi itu terlalu dewasa mama."
Hei, apa lagi ini? Terlalu dewasa? Jadi benar Maki dijodohkan? Dengan perempuan yang lebih dewasa lagi. Perasaan Kotori ia bukan gadis yang kekanak-kanakan deh. Ia juga bukan tipe gadis manja.
"Aku tidak peduli meskipun yang mama carikan itu lebih cantik, yang penting aku tetap memilih kotori."
BLUSH
Pipi Kotori memanas mendengar ucapan Maki. Benarkah Maki memilihnya? Kotori senang sekali. Maki benar-benar laki-laki yang setia dan sayang padanya. Meskipun Maki juga sangat menyayangi mamanya. Bisa saja Maki menuruti keinginan mamanya. Tapi Maki lebih memilih Kotori dan menentang keinginan mamanya.
"Mama, kumohon jangan memaksaku."
Maki tersenyum. Jarang-jarang ia bisa melihat Maki memohon seperti itu karena sifat Maki yang gengsian, Bisa dibilang lah pacar Kotori ini laki-laki yang tsundere. Kalau Maki sudah memohon, biasanya mamanya akan luluh.
"Dua-duanya?"
Oh tidak? Sepertinya mama Maki tidak menyerah. Ia menyuruh Maki memilih dua-duanya. Apa? Ia menyuruh anaknya untuk mendua? Hei, mana ada perempuan yang mau diduakan?
"Baiklah, jika mama tetap memaksa, aku terpaksa memilih dua-duanya."
Kotori shock. Apa-apaan ini? Kenapa Maki menyerah begitu saja? Apa ia tak pantas diperjuangkan? Kenapa Maki semudah itu setuju. Ini masalah hati loh. Hati. Hati dan perasaan itu tidak bisa diajak main-main.
"Tapi aku tetap lebih menyukai Kotori. Jangan harap aku akan meyukai yang lain."
Huft, Kotori menghela napas lega. Maki tetap lebih memilihnya. Tapi sama saja kan? Yang namanya diduakan itu rasanya sakit? Dan tak ada seorang perempuan pun yang rela.
"Ayolah mama, kenapa aku tidak boleh memilih?"
'Benar, itu kan tidak adil.' Kotori menganggukkan kepala menandakan ia menyetujui ucapan Maki. Maki kan sudah besar, sudah kuliah. Kenapa tidak boleh memilih sih? Lagipula ini soal masa depan. Jadi tidak boleh asal-asalan kan?
"Aku tau. Aku memang sudah janji akan menuruti keinginan mama. Tapi tidak untuk ini."
Kotori mengepalkan kedua tangannya. Tindakan yang Maki lakukan itu benar. Suarakan keinginanmu. Jangan hanya mau menuruti keinginan mamamu. Kau kan sudah besar? Bukannya Kotori mau membuat Maki jadi anak durhaka, tapi ini kan masalah serius. Jadi harus diperjuangkan.
"Sudahlah mama, aku tidak mau berdebat lagi. Pokoknya aku mau kotori."
Sekarang Kotori benar-benar bersemangat. 'Lawan terus Maki-kun. Jangan mau kalah.' Kotori merasa bangga dan yakin, bahwa ia benar-benar patut diperjuangkan. Ah, memang tidak seharusnya ia meragukan cinta Maki.
"Kenapa mama tidak mengerti juga sih? Kotori mama, kotori. Burung kecil itu loh, burung kecil."
NANI? Apa ini? Burung kecil? Jadi yang dimaksud Maki sedari tadi itu burung? Bukan dirinya? Hei, Kotori tidak serendah itu bisa disamakan dengan burung.
"Tidak mau. Beli saja yang dewasa untuk mama. Yang jelas aku maunya kotori, burung kecil. Tapi tetap parkit ya?"
Nah benar kan? Kotori yang dimaksud disini itu burung kecil. Kotori jadi kesal. Tidak seharusnya Maki mempermainkannya. Kotori kan juga perempuan, yang punya hati dan mudah terbawa perasaan. Eh, tapi jika dipikir-pikir lagi, Maki tidak sepenuhnya salah sih. Kan Kotori yang menguping pembicaraan Maki?
'Tapi tetap Maki-kun yang salah' putus Kotori seenaknya.
"Sudah, terserah mama mau beli yang mana. Yang penting aku mau yang kecil. Titik." Maki menutup telponnya. Kemudian berbalik untuk kembali ke ruang makan. Tapi ia terkejut karena Kotori ada di pintu balkon. Bukan Kotorinya yang membuat Maki terkejut. Tapi ekspresi Kotori. Ekspresi Kotori sekarang yang sedang kesal dan menahan amarah.
"Ah Kotori, apa kau sudah selesai memasak?" tanya Maki yang sepertinya tidak mempedulikan ekspresi kekasihnya itu.
Kotori diam saja. Dia tidak menjawab pertanyaan Maki. Maki mengernyit. Ada apa dengan kekasihnya?
"Ada apa Ko-"
"MAKI-KUN NO BAKA" teriak Kotori yang kemudian pergi meninggalkan Maki.
BLAM
Terdengar bunyi pintu yang ditutup kasar. Maki menghela napas.
"Kenapa setiap ngambek yang jadi sasarannya selalu kamarku? Hah, kasihan barang-barangku yang terus jadi korban" Maki mengedikkan bahu, tidak mengerti dengan yang terjadi sebenarnya. Kotori marah tanpa alasan yang jelas. Maki pun meninggalkan balkon menuju ruang makan. Sebaiknya ia biarkan saja kekasihnya itu dulu sampai amarahnya mereda. Setidaknya itu yang bisa Maki lakukan sekarang.
.
.
OWARI
.
.
Note :
Kotori itu artinya burung kecil
.
Salam~
Anata 1703