Prolog

211K 5.5K 159
                                    

Jen melambaikan tangannya pada Airin dan Samantha. Mereka berpisah arah. Samantha kembali ke apartemen, Airin ke toko buku dan ia sendiri berniat mengunjungi Tracy, sepupunya yang baru saja melahirkan.

Jen berjalan menyusuri trotoar, sesampai di dekat rumah sakit, ia membeli sekantong buah-buahan.
Karena perasaannya sedang gembira, ia menjadi lengah dan menyeberang jalan tanpa waspada.
Ia sudah berada di tengah jalan ketika sebuah mobil melaju kencang sambil membunyikan klaksonnya panjang dan nyaring.
Ia tidak bisa bergerak. Ia terpaku karena sangat terkejut.

Lalu seseorang membuatnya terlempar dan terguling. Tubuhnya terasa ngilu. Tapi ia tau, ia belum mati. Perlahan dibukanya matanya. Sebuah tubuh maskulin memeluk dan melingkupinya dengan nafas tersengal.

Tubuh di atasnya itu bergerak, wajahnya meringis dan menyingkir dari tubuhnya,

"Kau tidak apa-apa?"

Jen menggeleng dengan tubuh gemetar. Gemetar karena ia baru saja lolos dari maut, dan gemetar karena sosok maskulin di hadapannya itu terlihat bersinar di matanya. Tubuh berotot itu seperti memgeluarkan kilau dari setiap pori-porinya.

Laki-laki itu berdiri dan mengulurkan tangannya. Ragu-ragu Jen menerima uluran tangan kokoh yang membantunya berdiri.

"Kau terluka!" laki-laki itu menuding lutut dan lengannya.

Jen melihat lutut dan lengannya. Hanya beberapa goresan kecil, tapi cukup pedih.

"Tidak apa-apa. Hanya luka kecil. Uhmm... terimakasih sudah menolongku," gumam Jen menatap laki-laki penolongnya itu.

"Sudah, lupakan. Kalau begitu aku pergi," laki-laki itu menepuk-nepuk celananya yang sedikit kotor dan hendak berlalu.

"Tunggu! Siapa namamu?" Jen hampir berteriak menyadari ia belum mengetahui nama penolongnya.

"William. Lain kali hati-hati!"

Jen termangu. Laki-laki itu benar-benar berlalu, meninggalkan Jen yang tak juga lepas memandang sosok maskulin yang makin menghilang dari pandangannya.

.

..

...

💟 💟 💟

...

..

.

"Jadi kau tidak tau dia siapa?" Airin mengerutkan dahinya, sementara Sam menggeleng-gelengkan kepala melihat sahabatnya berubah menjadi lemot gara-gara pesona seorang laki-laki yang tak dikenal.

"Namanya William. Aku sempat menanyakannya. Tapi aku tidak tau dimana tempat tinggalnya, atau pekerjaannya. Aku terlalu shock melihat seorang malaikat menyelamatkanku dari kematian!" mata Jen menerawang dan berbinar.

Sam dan Airin saling pandang sebelum keduanya sama-sama mencibir.

"Helloooowwhhh.... Jennifer Wayne, kau tidak sedang jatuh cinta bukan?" Sam menggoyang-goyangkan telapak tangannya di hadapan wajah Jen.

"Kalau melihatnya saja begitu menyilaukan seperti sinar matahari sedang berpendar keluar dari tubuhnya, apa itu bukan jatuh cinta?" jawab Jen balik bertanya dengan mata masih menerawang dan senyum yang tidak pudar dari wajahnya.

"Ckckck.... Sebenarnya kau hampir tertabrak dimana?" tanya Airin mengerutkan dahinya.

"Di dekat rumah sakit. Hmm... benar-benar kecelakaan yang indah," gumam Jen membuat Airin dan Sam melongo melihatnya.

"Jangan-jangan...." seru Airin membekap mulutnya.

"Jangan-jangan apa, Rin?" tanya Sam menoleh pada Airin.

My Cold Senior (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang