Aku tersenyum senang ketika rengekanku berhasil. Will menyewa sebuah penginapan yang terletak di sekeliling pantai itu. Begitu Will membuka pintu kamar, aku langsung merebahkan tubuhku, terlentang ke tempat tidur.
Ya, baru saja aku merengek ingin menginap. Dengan alasan kami jarang liburan berdua, akhirnya ia mengalah. Sebenarnya Will akan menyewa dua kamar tidur, tetapi aku melarangnya. Pemborosan, kataku.
"Seharusnya kita menyewa dua kamar, Jen," ia masih juga memprotes.
"Satu saja. Tempat tidurnya juga besar. Lagipula, kita pernah tidur berdua kan? Yah meskipun hanya tidur, karena kau tidak tergoda denganku dan malah menolakku," kugigit bibir bawahku mengingat malam sebelum Will berangkat ke Jepang.
"Kau pernah melakukan sebelumnya?" tanyanya ragu.
"Melakukan apa? Merayu pria maksudmu? Astaga! Aku pacaran baru sekali, Will! Dan itu denganmu! Ciuman pertamaku? Siapa lagi kalau bukan denganmu!"omelku kesal, bangkit dan duduk menghadapnya. Dia pikir aku pernah merayu laki-laki lain? Enak saja! Kalau bukan karena aku cinta mati dengannya, aku mungkin tidak akan merendahkan diriku memaksanya pacaran denganku!
"Benarkah? Tapi kau seperti sudah ahli waktu menciumku pertama kali!"
Kupejamkan mataku. Wajahku terasa panas. Malu sekali mengingat bagaimana nekatnya aku mencium William pertama kalinya. Siapa suruh dia terlihat lezat di mataku? Seperti brownies yang ketika digigit maka coklat di dalamnya akan melumer meleleh di mulut. Hmm....
"Ya sudah kalau kau tidak percaya!" kurebahkan tubuhku lagi, tapi kali ini aku memunggunginya.
Mendadak aku teringat sesuatu.
"Will," panggilku pelan membalikkan badan.
William mengangkat alisnya sedikit.
"Disini ada toko pakaian?"
"Ada. Tapi hanya toko kecil," katanya bersandar di sofa dan memejamkan matanya.
"Apa kita mau tidur begini saja?"
"Kau mau membeli pakaian?" Will balik bertanya.
Aku mencibir, meraih dompetku dan berjalan keluar.
"Hei! Kau mau kemana?" tanya William merentak berdiri mengikutiku.
"Aku mau membeli pakaian. Aku tidak mau dua hari ini mengenakan dalaman yang sama," ucapku terus berjalan, membiarkannya berjalan di belakangku.
"Kau kan bisa bilang dulu, Jen. Bukan tiba-tiba begini," protesnya menggerutu.
Aku berhenti mendadak dan berbalik. Hampir saja William menabrakku.
"Ada apa lagi?" tanyanya datar.
"Will, kau tidak melupakan sesuatu kan?" tanyaku memandangnya sedikit cemas.
"Melupakan apa?"
"Key card-nya?"
"Astaga!" Will menoleh ke arah pintu kamar kami yang tertutup dengan kartu akses di dalam.
"Hihihi... sebegitu paniknya kau mengikutiku sampai lupa meninggalkan key card di dalam?" godaku terkikik melihat kebingungan William.
William terlihat mengusap tengkuknya dengan kikuk.
Aku menarik tangannya menuju ke lift.
"Sudah, kita cari pakaian dulu, setelah itu kita minta tolong ke resepsionis untuk membukakan pintu," aku tertawa geli, sementara William mengikutiku dengan pasrah.
.
..
...
💟💟💟
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Senior (Sudah Terbit)
RomansaWARNING 21++ LAPAK DEWASA JUST FOR ADULT. NOT FOR CHILDS ANAK KECIL DILARANG MENDEKAT! MENDING BIKIN PR DAN BELAJAR DULU BIAR SEKOLAHNYA PINTER. SOAL GINIAN MAH PASTI NANTI ADA WAKTUNYA SENDIRI. BIKIN SIM DULU... NONTON TOM AND JERRY KAN LEBIH BAI...