Jennifer POV.
.
.
.
Aku bahagia!
Ungkapan cinta Will membuatku melayang.
Tapi tetap saja ia memegang kuat prinsipnya. Aku sering menggodanya, tapi selama ini Will tidak pernah lupa diri. Ia selalu tau kapan waktunya berhenti. Padahal kalau ia mau, akupun tidak akan keberatan.Aku senang akhir-akhir ini ia mulai berubah menjadi hangat. Bicarapun tidak irit seperti yang biasa ia lakukan. Ia jadi lebih suka tersenyum, lebih terbuka dan lebih menunjukkan ekspresinya. Yah meskipun itu hanya denganku.
Kenyataan bahwa perempuan yang kulihat bersamanya itu adalah adiknya membuatku lega sekaligus prihatin. Lega karena ternyata Will masih tetap milikku dan prihatin karena ia pasti sedih melihat bahwa adik satu-satunya harus menerima kenyataan pahit ditinggalkan selamanya oleh suami yang dicintainya.
Malam ini aku sedang makan malam di rumah Evelyn. Ada Aunty Sarah, Evelyn, William dan Leon.
Eh, aku baru tau kalau Leon itu sahabat dekatnya Carlos. Kata Aunty Sarah dan Evelyn, Leon dan Carlos itu sudah seperti kembar dempet. Sejak belum kenal Evelyn sampai mereka menikah, Carlos dan Leon sudah sama-sama. Bahkan ketika Carlos meninggal, Leon terlihat sangat terpukul.Diam-diam aku melirik William. Ia menyantap makanannya dalam diam. Seolah sedang berada dalam dunianya sendiri.
"Ehm... Aunty, besok kita jadi kan?" tanyaku memecah keheningan. Aku tidak tahan dengan suasana hening dan hanya ada denting sendok. Aku menyukai suasana yang akrab dan santai.
Mama William tersenyum mengangguk.
"Jen menginap saja ya. Kita bisa ngobrol-ngobrol lama, lalu besok berangkat dari sini," usul Aunty Sarah.
"Mau kemana?" William menegakkan punggungnya seolah bereaksi dengan obrolanku dan Mamanya.
"Ini lho Will, besok Mama dan Evelyn mau ajak Jennifer ke Villa Carlos yang di deket pantai itu," jawab Aunty Sarah mengusap-usap lenganku ringan.
"Tapi Ma, besok William ada meeting dengan para manager, siangnya harus bertemu dengan Miss Wilson, pengacara Eve. Belum lagi besok sore ada jadwal pertemuan dengan pemilik G'Hotels. Apa tidak bisa diundur?"
"Tidak bisa, Will. Waktunya tidak cukup. Jennifer dalam waktu dekat ini harus pulang. Tidak apa-apa. Urus saja perusahaan. Besok kami akan ditemani Leon. Bukankah begitu, Leon?"
Leon tertawa mengangguk.
"Tenang saja bro! Serahkan padaku, kau bisa konsentrasi dengan kantor," kata Leon santai.
"Tapi Jen-"
"Aku tidak apa-apa. Bekerja saja," potongku cepat. Aku belum memberitahukan rencana kepulanganku pada William. Dan dia tampak sangat terkejut mendengarnya.
"Jen, tapi kau tidak memberitahukannya padaku!"
"Uhm... ya... kupikir aku..."
Tiba-tiba William menarik tanganku.
"Will! Ada apa? Biarkan Jenny menyelesaikan makannya dulu!" Evelyn berteriak melihatku tersaruk-saruk mengikuti Will.
"Will! Kau kenapa?" Aunty Sarah ikut bertanya.
"Eve, Aunty, biarkan saja. Mungkin ada yang perlu William katakan pada Jennifer," kali ini Leon menengahi, menenangkan Evelyn dan Aunty Sarah yang kebingungan melihat Will seolah menyeretku keluar.
Aku berusaha melepaskan cengkeraman tanganya di lenganku, tapi Will tidak bergeming. Ia terus membawaku keluar melalui pintu samping pantry.
"Will, sakit... lepas-" William berhenti dan berbalik, membuatku nyaris menubruknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Senior (Sudah Terbit)
DragosteWARNING 21++ LAPAK DEWASA JUST FOR ADULT. NOT FOR CHILDS ANAK KECIL DILARANG MENDEKAT! MENDING BIKIN PR DAN BELAJAR DULU BIAR SEKOLAHNYA PINTER. SOAL GINIAN MAH PASTI NANTI ADA WAKTUNYA SENDIRI. BIKIN SIM DULU... NONTON TOM AND JERRY KAN LEBIH BAI...