Tidak setiap hujan akan ada pelangi.
Gadis yang bernama Katia itu berlarian di sepanjang koridor rumah sakit. Sepatunya masih menempel tanah yang basah mengotori sepanjang ubin rumah sakit. Tidak jarang orang termangu melihatnya dengan wajah kepanikan yang kentara di wajah. Katia terus berlari, tidak mengindahkan teriakan petugas keamanan yang berkali-kali menyuruhnya berhenti.
Degup jantungnya terus berloncatan sedari mulai kabar itu berkumandang di telinganya.
Bagaimana tidak, di mana kalutnya mulai mereda, sebuah berita buruk malah meruntuhkan tembok yang telah ia susun kembali.
Katia memang kecewa dilahirkan dari rahim wanita seperti ibunya, namun bukan berarti ia mendoakan hal yang buruk menimpa sang ibu. Katia tidak sedurhaka itu, meski rasa kesalnya kepada sang ibu masih tersisa di relung hati.
Sore ini ketika hampir menjelang magrib, Sang Ibu, Nina harus dirawat di rumah sakit tempat ia bekerja. Sesak di dadanya kembali menyita waktu kerja, anak sulungnya pun ikut turun tangan, sedangkan Katia, putrinya baru saja sampai di rumah sakit tempat Nina dirawat. Di sisi Nina yang terbujur lemah, putra sulungnya sedang sibuk berbincang dengan dokter yang berjaga.
Hanya ada mereka berempat di ruangan itu: dirinya, sang ibu, kakak, dan dokter yang merawat ibunya. Semuanya begitu sibuk, hingga tidak menyadari bahwa dirinya telah berada di ruangan tersebut.
Katia tidak kuasa melihat ibunya untuk ke sekian kali dirawat di tempat seram ini. Dengan langkah gontai, ia menapaki ubin lantai rumah sakit yang beku menuju ranjang sang Ibu. Kakinya gemetar, air matanya sudah merembes melalui celah-celah kaca matanya. Nina yang mengetahui anak bungsunya telah kembali hanya mampu tersenyum lemah. Sedangkan, Rian, anak sulungnya yang selalu siap di samping Nina menatap geram kelakuan adiknya.
Bagi Rian, Katia bukan seperti adiknya yang dulu. Selalu penurut dan menomor satukan keluarga. Sekarang, bagi Rian adiknya itu telah berubah. Dan akhir-akhir ini, sifat sang adik mulai kentara di dalam matanya. Entah siapa yang bersalah dan siapa yang mengubah adik kecilnya, dulu ia sangat mengenal adiknya, namun setelah remaja menjadi remaja yang tidak ia kenal. Dan hari ini, Rian sangat kecewa setelah puluhan hingga ratusan kali ia berusaha menghubungi sang adik, namun tidak ada tanggapan sama sekali. Malah, sang adik baru saja pulang setelah satu jam lebih ia menghubungi adiknya.
Intinya, Rian kecewa pada Katia.
"Dari mana kamu? Sudah satu jam lebih dihubungi, sudah puluhan kali ditelepon, tapi nggak ada respons. Kamu sudah mampu hidup sendiri?!"
Katia hanya diam. Gadis itu masih menatap sang ibu pilu, mengabaikan sang kakak yang berteriak keras hingga garis-garis biru di tenggorakannya nyaris keluar dari kulit.
Merasa tidak diacuhkan oleh sang adik. Rian tambah naik pitam. Ia berjalan geram ke arah sang adik.
"Kenapa kamu seperti ini Katia? KENAPA?! KALAU KAKAK SAMA IBU SALAH, BILANG! BIAR KAMI NGERTI!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu, Bagian dari Rindu
Chick-LitBagaimana rasanya bila dirimu bertemu dengan sang idola? Bahagia? Excited? Terharu? Pasti tak pernah terbayangkan sebelumnya. Akan tetapi, Pernahkah dirimu terbayangkan bertemu dengan seorang idola yang telah meninggal tiga dekade yang lalu? Sosok i...