GF~problem (2)

37 3 0
                                    

Aku menyukai caramu membahagiakanku, aku juga menyukai sesuatu yang berbeda dari dalam dirimu. Tapi tepat ketika aku menyukai segalanya dari dirimu, aku kehilanganmu.

----

Inzie bukan orang yang gampang mengalah sebetulnya, tapi otaknya selalu kosong jika berada dekat dengan dean. Ya, tetangga yang baru beberapa minggu ini dia kenali, perlahan mulai menunjukkan sikap perhatiannya yang lebih kepada inzie.

Seharusnya inzie tahu bahwa kejadian ini, lambat laun juga akan terjadi. Tapi inzie selalu menampik hal tersebut dan menyingkirkannya ke laci terdalam di hatinya.

Namun bukan salah dean bukan jika dean menyukai inzie. Dean bukan cupid atau bahkan tuhan yang dapat menentukan perasaannya akan berlabuh pada siapa.

--

"Gue lihat lo udah baikan tuh sama davin." Kata dean.

Saat ini mereka berdua tengah berada di balkon apartemen inzie. Dan ya, dean tadi melihat inzie turun dari mobil davin.
Jujur, itu membuatnya sakit hati dan kecewa juga terhadap  inzie. Sebenarnya dean tidak mau nerada dalam situasi seperti ini. Dimana dia berusaha untuk terlihat baik-baik saja, padahal tidak.

"Ya."

Jawaban singkat dari inzie seolah menampar dean,bahwa dia tidak berhak ikut campur dalam urusan percintaan mereka. Padahal baru beberapa hari yang lalu mereka dekat dan bahagia bersama. Tapi, sekarang ini inzie seolah jauh dari genggamannya.

"Oh ya,btw lo ada niatan ke rumah orangtua lo lagi?" Dean berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

"Ya, besok."

"Maksudnya besok?" Sekarang pandangan dean teralih sepenuhnya kepada perempuan berbaju tidur disampingnya ini. "Besok hari terakhir gue disini."

"Oh?" Bahkan ada nada tidak rela yang terselip dalam pernyataan,bukan tapi pertanyaan dean tadi. Entah kenapa, tapi dean tidak rela jika inzie jauh-jauh darinya.
Bahkan mereka saja bukan apa-apa, maksudnya mereka tidak memiliki hubungan spesial apapun. Jadi kenapa dean harus tidak rela?

"Ajak gue jalan-jalan kuy besok?!" Inzie berkata riang disampingnya.

Dean akhirnya menghela nafas dan berusaha untuk mengenyahkan pikiran negatif yang menggelayuti hatinya itu. "Oke, besok kita explore kota jakarta!"

"Sip laaah! Pulang sekolah yak, gue usahaain selesai rapat buat ultah sekolah gue, gue langsung pulang!"

"Jangan diusahaain lagi itu mah, tapi mesti wajib!"

Mereka lalu tertawa lepas bersama. Tapi inzie tak tahu, ada satu hati yang terluka.

---

Inzie saat ini sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan berbagai perlengkapan untuk ultah sekolahnya beberapa hari lagi. Tepat terhitung kurang dari 3 hari untuk menuju ke ultah sekolahnya, dan inzie ingin memberi sedikit kejadian manis di masa sma-nya sebelum ia melepas jabatan ketua OSISnya nanti.

Inzie benar-benar gemas karea sedari tadi kegiatannya tidak kunjung selesai. Maka ia berinisiatif untuk meminta bantuan teman-temannya. Akhirnya, inzie pun berpamitan dulu kepada anggota OSIS lainnya yang tengah bekerja.
Inzie berjalan tergesa menyusuri koridor kelas 11 yang sedang ramai, karena kebetulan hari ini hari jum'at dan biasanya hari jum'at sering free seperti sekarang ini.

Tapi, tepat didepan kelasnya, langkah inzie dihadang oleh davin dan teman-temannya.

"Mau apa lagi sih vin?" Inzie mencoba menerobos tubuh davin untuk masuk ke dalam kelas guna memanggil teman-temannya.
"Kamu mau ngapain? Nggak kangen apa sama aku, masak tugas terus yang diurusin?" Davin merajuk rupanya. Dan inzie mendengar kata uuuw dari teman-temannya.

Oh ayolah, inzie sedang tidak ingin bercanda kali ini. "Vin, aku lagi sibuk. Ntaran aja kalau udah selesai kita quality time." Inzie mencoba untuk membuat penawaran bagus untuk davin.

"Janji ya? Eh, btw kita juga belum latihan loh buat pensi ultah sekolah."
Inzie menepuk jidatnya gemas. Lantas perempuan bertubuh sedikit bantet itu menerobos davin dan kawanannya saat mereka tengah lengah dan berteriak setelahnya. "Tau ah vin, urusin aja semuanya. Aku ngikut aja!"

Davin cemberut karena inzie yang mengacuhkannya. Ia pun berbalik dan memandang temannya satu persatu. "Kuy lah main basket aja. Davin nggak terbiasa dicampakin." Kata davin sengaja dibuat centil.

"Tadi anggak mau, giliran ditinggal pacarnya baru mau. Udah, kalau gitu cukup sampai disini aja hubungan kita. Hayati lelah, hayati nggak terbiasa dibuat pelampiasan." Balas adit.

"Hayati, maafin hamidah ya. Hamidah janji nggak akan ngebuang kamu lagi." Balas davin lagi, kali ini dengan memandang adit. "Dikira gue sampah apa? Dibuang, cih! Gue biasanya ditukar tambah say." Kata adit.

"Terserah lua ajah deh nyet! Gemes gue lama-lama ngedenger drama lo berdua." Kata aaron dengan nada jijiknya.

"Udah kuy, katnya main basket?" Rio pun menengahi. Akhirnya mereka berempat memutuskan untuk terjun ke lapangan outdoor, sekalian tebar pesona kalau kata adit. Maklum saja adit kan sedang naksir sama adek kelas.

---

Sementara itu di dalam kelas, inzie menemuka teman-temannya yang sedang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Liersa dengan produk kecantikannya seperti make up, kutek dan aksesoris lainnya. Sementara kanya sendiri sedang bermain game di ponsel pintarnya. Dan ada pizy yang entah tertidur atau mungkin sudah pingsan, karena dia tidak bergerak sama sekali ditempat duduknya dengan kepala yang ditelungkupkan di meja. Tapi, sepertinya ada yang kurang. Oh ya, dimana keberadaan indira? Inzie bertanya-tanya dalam hatinya. Padahal biasanya indira kalau tidak tidur seperti pizy ya dia akan bergosip dengan vilya dan yang lainnya.

"Kanya!" Inzie menumpukkan kedua tangannya dimeja di depan kanya. Membuat perempuan yang baru saja memenangkan level terakhir di game-nya itu mendongakkan kepala. "Kenapa zie?"

Kanya memasukkan kembali ponselnya ke saku roknya setelah melihat inzie yang seperti ada maunya."Tumben lo disini? Biasanha juga ngapel tuh, kalau nggak gitu ya diruang OSIS." Inzie menyengir mendengar sindiran kanya barusan.

"Hm, pasti ada maunya nih." Kanya mendengus pelan. Tak lama, liersa yang melihat kedatangan inziepun membereskan barang-barangnya dan ikut bergabung.
"Lah zie, udah selesai tugas lo? Tumben, biasanya sampai pulang sekolah atau bahkan lebih parah."kata liersa.

"Nah, justru itu gue butuh bantuan lo bertiga buat tugas gue agar cepet selesai." Inzie memberikan tatapan melasnya kepada mereka berdua.

"Hmm... Iya deh, kalau gitu liers, bangunin pizy gih. Gue sama inzie ke ruang OSIS dulu. Ntar lo nyusul ya."

Inzie dan kanya berjalan dulu ke ruang OSIS yang kemudian tak lama liersa dan pizy mengikuti mereka. Dengan keadaan pizy yang mengucek mata dan masih mengumpulkan nyawanya sejenak.

"Gue butuh bantuan lo buat nyalin semua data ini ke flashdisk gue dan kasih nama foldernya " peserta pensi", dan lo sa, gue mau lo ngedata nama orang dan sekolah yang bakalan kita undang, dan setelah itu lo sama pizy bisa nulis nama mereka di undangan ini. Sementara gue mau ngeberesin peralatan dan konsumsi yang masih kurang sana anak OSIS yang lainnya." Jelas inzie panjang×lebar.

Tbc...

I Hope You (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang