GF~Being Another People

4 1 0
                                    

Pagi yang cerah menghangatkan seluruh kota. Memberi keceriaan kepada siapa saja yang mendapat sinar kehangatannya. Tak terkecuali Arnessa, perempuan manis yang saat itu mengenakan seragam SMA kebanggaannya yang dibaluti dengan sweater warna jingga menuruni tangga dengan penuh semangat.

Matanya menelisik ke seluruh sudut rumah, hingga akhirnya pandangannya berubah menjadi datar dalam sekejap saat melihat siapa orang yang berada di meja ruang makan di rumahnya.
Kaki-kaki kecil yang dibaluti phantofel warna hitam itu berlari menuju ke ruang makan, dengan masih mempertahankan tatapan tajamnya ia menarik kursi tepat di depan orang tersebut.

Orang itu, Dave yang nerasa dipandangi lantas mendongakkan kepalanya dan beradu tatap dengan Arnessa. Tatapan Dave sama datarnya dengan Arnessa, bahkan terkesan mengacuhkan Arnessa yang duduk dihadapannya. Tujuannya kemari bukan untuk menemui Arnessa, ya tak lain juga tidak jauh-jauh ingin menemui Inzie.

"Eehhh, Nessa udah siap sayang?" suara perempuan paruh baya di belakang Arnessa membuat perempuan itu melepaskan tatapan tajamnya dan beralih menatap mama-nya yang sedang menyusun sarapan dengan senyuman lebarnya.

Nessa hanya mengangguk samar menanggapi ucapan mama-nya itu, pandangannya kembali menatap Dave yang ternyata juga masih menatapnya intens.

"Lhoo, Inzie kok tumben belum bangun? Kamu tahu Nes?" tanya mama-nya. Arnessa tertegun sepenuhnya tidak tahu harus menjawab apa.

Tetapi deritan kursi di sebelahnya lantas membuatnya lebih tertegun lagi. Gadis itu, yang semalam menangis sesenggukan kini tampil seperti biasanya. "Kak Inzie?"
Yang dipanggil menoleh, menatap datar Arnessa dan kembali menatap semangkuk cereal yang dihidangkan di depannya. Setelah selesai mengelap sebuah sendok, Inzie langsung fokus menyantap makanan yang berada di depannya. Total abai dengan kehadiran dua lawan jenis yang menatapnya dalam diam.

"Dhi--" ucapan Dave terhenti saat melihat Inzie menatap datar ke arahnya. Ia meneguk ludah gugup, dan kembali menekuni makanan di depannya. Dave tidak berani lagi melanjutkan kalimatnya barusan, memangnya siapa yang mau melemparkan diri ke kandang harimau.

"Inzie sayang, ujian kamu masih lama?" tanya mama-nya yang menyadari atmosfer di ruang makan tersebut terasa canggung.

Inzie menelan terlebih dahulu sesuap cereal-nya, "Gatau ma, ini juga nyesuain jadwalnya kakak kelas dulu. Emang kenapa ma?"

"Gapapa sayang, mama kira sebentar lagi. Soalnya uda gasabar nungguin kamu lulus."

"Mama apa-apaan sih, baru juga kemarin ngerayain ulang tahun sekolah. Udah minta lulus aja, ada-ada aja." Inzie tertawa kecil, hal itu tak luput dari pandangan Davin yang menatap Inzie dalam diam.

-----

"Kak Inzie!! Tungguin aku!"

Arnessa berlarian di sepanjang koridar sekolahnya, mengejar Inzie yang tampak sudah menaiki tangga menuju ke kelas pertama-nya. Memang tadi mereka berdua tidak berangkat bersama, Inzie memilih menaiki mobilnya sendiri dan meninggalkan Arnessa dalam kemacetan.

Brukkk

Saat menaiki tangga, Arnessa tidak mengetahui bahwa diatas juga ada orang yang akan turun. Sehingga yang terjadi selanjutnya adalah Arnessa yang jatuh terduduk dengan buku paket yang berhamburan. Sementara pelaku utama hanya menatap datar ke arah Arnessa terjatuh.

Arnessa mendongak menatap pelaku yang menabraknya, yang tidak mempunyai belas kasihan sama sekali. Bukannya menolong malah berdiri tegak dengan raut muka tanpa dosa. Setelah tahu siapa yang menabraknya Arnessa langsung berdiri setelah sebelumnya memungut beberapa buku paket miliknya yang bertebaran.
"Lo jalan pake mata dong! Gatau apa kalau gue mau lewat!" bentak Arnessa.

I Hope You (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang