Satu

165 23 0
                                    

When You're Ready

Plafon putih. 

Itu yang pertama kali Sienna lihat setelah terbangun dari mimpi yang sangat aneh. Pandangannya masih kabur dan kepalanya sedikit pusing. Ia lantas menghela napas berat, kemudian sejenak menutup matanya kembali untuk merenung.

Sienna  tidak habis pikir, bagaimana bisa ia bermimpi tentang Jona? Apalagi dalam mimpi itu, Jona menembaknya di depan anak-anak sekolah.

Sangat tidak masuk akal, bukan?

Tapi setidaknya ia lega, bahwa semua itu hanyalah mimpi bukan kenyataan.

Sayangnya, kelegaan itu tidak berlangsung lama ketika suara seseorang mengagetkannya.

"Sienna,"

Refleks, Sienna terperanjat saat mendapati Jona berada disamping tempat tidurnya. Ia kontan bangkit dengan mata terbelalak. Kenapa Jona bisa berada di kamarnya?!

Tunggu dulu.

Kamarnya? Bukan. Ini bukan kamarnya. 

Sienna menjelajahi sekeliling dengan bola matanya dan menyadari bahwa ia sedang tidak berada di kamarnya, melainkan di ruang UKS.

"Are you okay?" Jona bertanya, tampak khawatir.

Gadis itu memusatkan pandangannya kembali ke Jona. "Ini disekolah?"

Jona mengangkat alisnya. "Iya, ini disekolah," sahutnya bingung, kemudian detik setelah itu Jona membulatkan matanya. "Jangan bilang lo... amnesia?"

"Berarti..." Sienna tidak menghiraukan pertanyaan Jona. Ia sibuk mencerna apa yang terjadi padanya. "Yang tadi itu... bukan mimpi?"

"Yang tadi mana?"

"Yang... Kak Jona nembak aku di depan anak-anak," sahut Sienna polos.

Selama sekian detik, tidak ada respon dari Jona. Namun setelah itu, seulas senyum perlahan mengembang di wajahnya yang tampan. "Itu bukan mimpi," Jona mengusap puncak kepala Sienna dengan lembut. "Aku suka sama kamu, Sienna."

Mendengar itu, pipi Sienna kontan memanas. Darimana dia tahu namanya?, Sienna membatin. Ia lantas menunduk, berusaha menyembunyikan rona merah yang menyebar secepat virus diseluruh wajahnya. Sementara dadanya sudah berdebar tidak keruan seperti biasa.

Sayangnya, Jona sudah terlanjur melihatnya. Dan itu membuat Jona semakin gemas dengan Sienna. Ingin memeluk, tapi belum boleh. Jadi, Jona hanya mencubit kedua pipi gadis itu dengan pelan, dan terkekeh.

"Terus, gimana?" tanya Jona kemudian.

Sienna perlahan mengangkat kepalanya, menatap Jona malu-malu. "Apanya?" Gadis itu balik bertanya, suaranya pelan, bahkan hampir tak terdengar. Kegugupannya begitu kentara.

"Jawaban kamu apa?" 

"Ah," Disaat Sienna berhasil mencerna pertanyaan Jona, ia kembali menunduk seraya menggigit bibirnya. Sejujurnya, Sienna bingung. Bukan, bukan bingung dengan perasaannya. Hanya saja ia tidak tega untuk menolak. Jona sepertinya baik dan tulus menyukainya walau Sienna tidak tahu alasan cowok itu menyukainya. Namun di lain sisi, Sienna juga tidak memiliki rasa apapun kepada Jona. 

Hati Sienna cuma buat Ezra.

Awalnya, Jona sedikit kecewa karena Sienna tidak langsung menjawab bahkan lebih ke enggan menjawab. Entah karena Sienna tidak menyukainya atau Sienna bingung. Pasalnya, hampir semua gadis di sekolah ini berlomba-lomba ingin menjadi pacarnya. Tapi sekarang Jona sadar, kalau Sienna memang berbeda dari gadis-gadis yang pernah Jona kenal. Sienna unik dan pantas diperjuangkan.

Your Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang