Empat

95 18 1
                                    


• Close to You •

Semua mata tertuju kepada Sienna ketika sepasang kakinya menginjak lantai kantin sekolah yang cukup luas. Ada beberapa yang mulai berbisik-bisik mengucapkan namanya, hingga beberapa ada yang menatap Sienna dengan tajam. Ia spontan menjadi pusat perhatian saat kakinya melangkah menuju salah satu meja di ujung kantin dengan kepala tertunduk.

Tak disadari, tangannya meremas tas Tote hitamnya dengan gugup. Natalie yang berdiri disebelahnya, menggandeng tangannya, seolah memberi kekuatan. "Put your head up, Si. Lo bukan kriminal."

Iya, Sienna tahu dia bukan kriminal. Hanya saja ia tidak suka menjadi pusat perhatian seperti ini. Ia tidak bisa diintimidasi dengan tatapan-tatapan tajam yang diberikan oleh orang lain. Seolah ini merupakan pantangan penyakit alerginya. Sienna akan refleks merasa gugup, lalu perut terasa mulas, keringat dingin, dan sulit bernapas. Yang menyebabkan akhirnya mungkin ia akan jatuh pingsan seperti kemarin.

Sungguh memalukan.

Sesampainya di meja, Sienna langsung menjatuhkan kepalanya diatas permukaan meja. Ia menghembuskan napas dengan berat. Sepertinya kehidupannya akan sangat rumit untuk kedepannya. Sienna sudah bisa membayangkannya.

"You're popular now, Si," imbuh Natalie dengan bangga.

Sienna mengangkat kepalanya, menatap Natalie tak percaya. "Terus lo bangga?"

"So pasti, dong. Temen gue terkenal, siapa yang nggak bangga?" Natalie tersenyum lebar, tidak peduli dengan keresahan yang menyerangnya saat ini.

Hembusan napas terbebas dari mulutnya dengan pasrah, kemudian ia menjedotkan keningnya ke permukaan meja berulang kali, berharap jika ia melakukan itu, ia akan terbangun dari mimpinya dan semuanya kembali seperti semula.

"Si," panggil Natalie.

"Hm?" Sienna masih menjedotkan kepalanya.

"Si,"

"Apa?"

"Itu liat!"

"Liat apa?"

"Angkat kepala lo!"

Sienna mengangkat kepalanya, menatap Natalie. Namun sahabatnya itu justru memandang kearah yang lain. Alisnya terangkat. "Apa, sih?"

"Mereka dateng kesini!" suara Natalie mengecil, namun pandangannya tidak terlepas dari arah kirinya.

"Siapa?"

"Hai, Sienna," sentuhan telapak tangan dirasakan Sienna pada puncak kepalanya. Ia lantas menengok kekiri dan mendapati wajah Jona sudah berada di depan matanya. Lalu, ada Lea diseberang Jona, Reza disamping Natalie, Karin disebelahnya Reza, dan Ezra...

tepat disebelah kanannya.

Asu ora jamu.

Bagaimana bisa ia duduk diantara dua cowok terpopuler disekolah ini?!

[.]

"Kalo diliat-liat... lama-lama lo manis juga, ya," ucap Reza memulai percakapan, tatapannya tertuju ke wajah Sienna yang kini bersemu merah.

Jona sontak menatap Reza tajam. "Terus lo suka?"

"Wow, wow, wow, selow bro," Reza mengibaskan tangannya. "Tipe gue bukan kayak dia. Gue nggak suka cewek imut, sukanya yang seksi-seksi. Macem..." Reza melirik Natalie yang duduk disebelahnya. "Elo. Natalie, kan? Anak paskibra?"

Natalie mengangguk. "Kok tau?"

"Oh, iya dong, tau. Gue tahu semua nama cewek cantik disekolah ini, termasuk lo," gombal Reza, aura bad boy-nya mulai keluar.

Your Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang