• Dia •
"Lo siapa bisa-bisanya keluar dari mobil Jona, sama Ezra?"
Sienna menunduk, bingung harus berbuat apa. Jantungnya berdetak begitu cepat. "Aku bukan siapa-siapa, Kak. K-Kak Jona tiba-tiba jemput aku dirumah tadi pagi."
Perempuan berambut pendek yang tengah menyilangkan kedua tangannya di depan dada--yang sepertinya merupakan leader dari geng cewek-cewek pembully dihadapannya--maju selangkah. Laganya bak anak presiden yang merasa dirinya berkuasa di sekolah ini.
"Oh, jadi maksud lo... lo merasa seakan-akan lo yang dikejer? Iya?"
Sienna menggeleng. "Bu-bukan gitu, Kak."
"Terus apa?"
Tanpa sadar, Sienna menelan ludah. "Ma-maksud aku, Kak Jona memang dateng kerumah aku tadi pagi, bilangnya mau bareng kesekolah. Aku juga gak tau kenapa dia mau bareng,"
"Heh, mentang-mentang lo ditembak sama Kak Jona, jangan besar kepala ya!" Perempuan berambut pendek yang dicat ombre itu mendorong kasar bahu Sienna. "Lo itu gak cantik, jadi jangan sok cantik. Gue yakin, Kak Jona cuma main-main doang sama lo. Mana mungkin Kak Jona suka sama cewek cupu macem lo?"
"I-iya, masalahnya aku aja juga gak percaya kenapa Kak Jona nembak aku," ucap Sienna polos, justru semakin membakar emosi perempuan itu.
"Halah, nggak usah belagu deh lo!" Lagi-lagi perempuan itu mendorong bahu Sienna, kali ini lebih keras, sehingga Sienna hampir saja jatuh terjengkang kalau bukan sepasang tangan yang entah darimana--tiba-tiba datang menahannya.
Sienna menoleh. Perutnya mendadak mulas setelah tahu siapa yang menahannya.
Astaga. Ezra.
Ketiga perempuan sok berkuasa itu spontan melebarkan matanya. Ketiga-tiganya menegang secara bersamaan setelah melihat siapa yang datang. Nyali mereka langsung ciut dalam sekejap.
"Kenapa? Kok langsung diem?" Karin menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Mulut kotor lo kemana? Ngumpet? Takut?"
Ketiga perempuan yang tadinya Sienna lihat bergaya bak anak kepala sekolah, kini seperti anak ayam yang kehilangan ibunya. Yah, kira-kira seperti Sienna tadi lah. Padahal mereka seangkatan dengan Jona dan kawan-kawan.
Begitulah efek dari geng paling populer di sekolah mereka. Siswa-siswi di SMA High menganggap geng Jona adalah raja. Mereka takut, mereka segan, dan mereka tergila-gila untuk bisa masuk kedalam geng ini. Secara, Jona dan Ezra adalah the most wanted boy di sekolah ini. Sementara Reza? Well, he's a high school sweetheart. Lalu Lea? tentu saja primadona sekolah ini. Dan Karin?
she's a badass.
"And i'll tell you my opinion sebelum gue berharap kalian ninggalin tempat ini secepat mungkin," ujar Karin datar, "Sienna gak cantik? Oke, kalo itu gue setuju. But, what about you, guys?"
Karin mendekat ke perempuan berambut pendek itu, tangannya terangkat dan jarinya menyentuh alis perempuan itu, kemudian mengusapnya. "You guys are fake. Without all this chemical thing on your face, you guys are nothing."
Ketiga perempuan itu mendadak salah tingkah. Mereka pasti merasa tersinggung dan tersakiti dengan perkataan Karin.
"Setidaknya, Sienna gak palsu, dan dia gak operasi plastik kaya lo, Farah." Kalimat terakhir Karin sukses membuat perempuan berambut pendek yang ternyata bernama Farah itu tersentak. Farah tidak mengelak, yang artinya pernyataan Karin adalah benar adanya. Ya, iyalah. Ibu Karin adalah salah satu dokter operasi plastik ternama di Indonesia, jadi jelas kalau Karin tahu mana yang plastik dan mana yang asli.
Lea yang berdiri disebelah Karin, tidak bisa menahan senyum puas yang memaksa untuk keluar. Begitu juga dengan Reza, mereka tampak sangat bangga dengan tindakan Karin. Bagi mereka, Karin sangat keren.
Gak nyesel gua temenan sama lo, Rin, batin Reza.
"Udah sana, pergi. Gue muak liat muka kalian." Karin berbalik, disambut dengan tepuk tangan tak berbunyi dari Reza. Gadis itu memutar bola matanya.
Sienna sebenarnya kasihan melihat wajah pucat ketiga perempuan itu. Mata mereka sudah berkaca-kaca, seperti menahan tangis. Sienna sangat lemah dalam hal kayak gini, sungguh.
"Gih, kalian balik ke kelas. Dan ini permintaan kita, tolong jangan gangguin Sienna lagi, ya. Dia anak baik-baik, loh." Lea bersuara, sangat manis. Dan tersenyum. Sikapnya sangat sesuai dengan julukan primadona.
Karin memutar bola matanya lagi.
Ketiga perempuan itu mengangguk lemas. Mereka berbalik dan berniat kembali ke kelas.
"Dan satu lagi," Kini, Jona yang bersuara. Mereka berhenti, lalu berbalik menatap Jona. "Kalian salah soal gue main-main sama Sienna. Gue serius. Gue suka sama dia, dan gue akan kejar dia sampai dia terima gue."
[.]
"Aku minta maaf, Si. Gara-gara aku, kamu jadi kena bully. Coba aja aku gak nembak kamu depan umum," ucap Jona, ekspresi bersalah sangat kentara di wajahnya.
Sienna akhirnya menerima ajakan Jona untuk mengantarnya pulang setelah berkali-kali dipaksa. Gadis itu pun akhirnya mau karena alasan sekalian mengantar Ezra berhubung rumah mereka sebrangan. Jadi Jona tidak merasa direpotkan.
"Eh, ng-nggak papa, Kak."
"Lagian lo kenapa diem aja, deh?" Ezra bersuara, merasa kesal dengan sikap Sienna tadi. Padahal gadis itu punya hak untuk melawan. Sienna tidak salah.
Yang ditanya jadi salah tingkah, tidak mengira Ezra akan berbicara kepadanya. "Di-dia kan senior aku, Kak."
"Terus?"
"Bunda ngajarin aku untuk jangan pernah ngelawan orang yang lebih tua diatas aku," lanjut Sienna malu-malu.
"Ya bukan berarti lo diem aja, keripik. Tegas dikit, kek. Jangan lembek kayak pisang. Membela diri bukan berarti lo melawan. Kalau semua orang di negara ini sifatnya kayak lo, Indonesia bakalan sering dijajah, tau nggak?"
Sienna mengangguk pelan. "I-iya, Kak."
"Eh kulit pisang, jangan galak-galak sama anak orang. Lagian ini salah gue yang nembak Sienna depan umum," omel Jona.
"Ya, lo tolol. Cringey banget gue ngeliat lo nembak dia di sekolah kemaren. Berasa nonton sinetron, geli," Ezra bergidik. Ia rasa sahabatnya yang satu ini kebanyakan nonton drama korea sampai jadi cheesy begitu. Hobi aneh Jona yang satu ini memang tertular dari Lea yang sejatinya memang penggemar k-drama dan k-pop fanatik.
"Bacot lo, njing. Setidaknya gue punya keberanian buat nembak, daripada lo, pengecut."
Kuping Sienna mendadak panas. Jona bilang apa tadi? Sienna baru tahu informasi ini setelah lima tahun ia mengamati Ezra secara diam-diam. Setahu Sienna, Ezra tampak tidak tertarik dengan gadis manapun setelah putus dengan pacar terakhirnya tiga bulan yang lalu.
Ezra menyukai seseorang? Siapa?
"Siapa bilang gue masih?" balas Ezra tak terima. Sienna kontan menyadari perubahan air muka Ezra melalui kaca spion.
"Zra, gue kenal lo dari kecil. Mau seberapa sering lo gonta ganti cewek, tatapan mata lo tetep gak bisa bohong. Gue tau lo masih ada rasa sama dia."
Ezra tidak merespon yang artinya ia tidak menyangkal apa yang dikatakan Jona. Dan itu cukup membuat hati Sienna serasa dicubit.
Jadi, Ezra menyukai seseorang? Sia-
"Man up lah, Zra. Tembak dia. Jangan diem-diem mulu. Kalo diem-diem terus kapan Karin bakal suka sama lo?"
Sontak, Sienna menoleh menatap Jona dengan mata melebar. Ka-Karin?
[.]
Holaaa
Semoga syuka dengan ceritanya!
Foto yang di multimedia itu looknya Karin yaa:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Secret Admirer
Teen FictionIni kisah tentang seorang gadis pemalu yang menyukai gitarist dari band terpopuler sejabodetabek. Lima tahun lamanya Sienna diam-diam menyimpan rasa kepada Ezra. Yang membuat Sienna merasa sesak adalah kenyataan bahwa mereka tidak pernah berbicara...