• He's Picking Me Up •
"Sienna, ada temen kamu tuh dateng," Alana, ibunda Sienna, tiba-tiba muncul di ambang pintu kamar. Menghentikan gerakan Sienna yang sedang mengancing baju seragam dengan rambut basah terbungkus handuk.
Sienna lantas mengerutkan kening. "Natalie?"
"Bukan," sahut Alana, kemudian tersenyum penuh makna. "Kamu nggak pernah bilang ya sama Bunda, kalau kamu punya temen cowok seganteng itu."
"Hah?"
"Turun cepet, dia nunggu. Mama kebawah dulu, lanjutin buat bekal untuk kamu," Tanpa menjawab kebingungan Sienna, Alana sudah menghilang dari ambang pintu kamarnya.
"Siapa?" gumam Sienna, bingung. Penasaran, ia cepat-cepat mengancing baju seragamnya kemudian mengikuti Bundanya keluar dari kamar, menuruni tangga dan berjalan menuju ruang tamu.
Tepat di ruang tamu, Langkahnya terhenti. Sienna membeku seketika melihat siapa yang ada dihadapannya. Ia tidak salah lihat, bukan?
"K-Kak Jona?"
"Hai," Jona bangkit dari duduknya dengan senyum lebar terukir di wajahnya. "Aku mau ngajak kamu bareng ke sekolah. Gak pa-pa, kan?"
Mimpi apa Sienna semalam, melihat Jona, salah satu cowok terpopuler di sekolahnya, berada di ruang tamunya pagi-pagi begini. Apalagi tujuan Jona adalah untuk menjemputnya ke sekolah. Ini adalah impian semua gadis di SMA High, pengecualian Sienna. Ia tidak pernah sedikitpun mengharapkan ini, tapi mengapa malah Sienna yang mengalaminya? Sienna merasa semua ini terlalu cepat, sehingga ia bingung harus berbuat apa.
"Sienna?" Jona memanggil, melihat gadis dihadapannya hanya terdiam mematung dengan handuk membungkus rambutnya. Membuat Sienna terlihat semakin imut di matanya.
"Astaga, Sienna!" Suara Alana mengagetkan keduanya. Ia muncul di ruang tamu dengan tatapan tak percaya. "Kamu mau ke sekolah kayak gitu?" Alana menunjuk handuk diatas kepala Sienna dengan matanya.
"Kayak gimana?" Sienna justru bertanya dengan bodohnya, mengundang senyum geli di wajah Jona.
"Itu handuk!" Alana berteriak sedikit, tapi berusaha untuk tidak terdengar Jona, walaupun tampaknya mustahil.
Sienna terdiam. Ia mengangkat kedua tangannya, kemudian merasakan ada sesuatu berbahan bulu diatas kepalanya.
Asu.
Kenapa bisa ia lupa melepaskan handuknya sebelum keluar dari kamar?
Dasar bodoh.
Sekarang, Sienna harus merasakan panas di kedua pipinya dikarenakan ada Jona yang sejak tadi sudah menyaksikan kekonyolannya.
"A-aku ke kamar dulu," Ia kemudian berlari meninggalkan ruang tamu seraya menutup pipinya dengan tangan. Samar-samar, sebelum Sienna menaiki tangga, suara tawa Jona terdengar di telinganya, membuatnya semakin merasa malu.
Sienna bego, omel gadis itu dalam hati.
[.]
"Maaf, Kak. Udah nunggu lama, ya?" Sienna akhirnya muncul di ruang tamu dengan seragam sekolah lengkap dan tas ransel hitam yang menggantung di punggungnya. Rambut sebahunya dibiarkan terurai, dipercantik dengan hair pin yang menahan sisi kiri rambutnya agar lebih rapih.
Jona tidak bisa menahan rasa gemas yang bergelayut di hatinya. Sienna terlihat sangat manis, sungguh menggoda untuk dipeluk. Gadis dihadapannya ini sukses menyihir Jona yang biasanya tidak mudah disihir oleh gadis manapun."Kak?" Sienna memanggil, dahinya berkerut bingung menatap Jona yang tidak meresponnya.
"Eh, iya. Maaf, jadi kepincut."
"Hah?"
"Eh, maksudnya ngelamun," koreksi Jona, kikuk. "Udah, ayo berangkat. Takut kita telat. Mama kamu mana?"
"Oh, iya. Bunda!" Sienna memanggil Alana dan tak lama kemudian wanita setengah baya berparas cantik tersebut datang dengan tas kecil berisi bekal untuk Sienna.
"Ini untuk kamu. Dimakan ya, jangan sampe nggak habis. Mubazir," peringat Alana, seraya memberikan tas Tote hitam kepada Sienna.
"Iya, Bun. Aku pamit ke sekolah, ya." Sienna mencium tangan Bundanya.
"Saya juga pamit, Tante." Jona juga ikut mencium tangan Alana dengan sesopan mungkin.
"Hati-hati ya kalian. Jona jangan ngebut-ngebut ya. Jangan ikut-ikut sinetron anak jalanan, nggak bagus. emang dikira ngebut itu keren? Yang ada ujungnya maut." Alana memperingatkan sebelum keduanya memasuki mobil.
Jona terkekeh. "Iya, Tante. Saya mengerti. Pamit dulu, ya, Tan." Kemudian cowok itu duduk di kursi kemudi. Sienna sudah berada di dalam, menunggu untuk cepat-cepat pergi, sebelum Bundanya mempermalukan dirinya lebih lama lagi.
Jona menyalakan mesin dan mobil pun akhirnya melaju dengan kecepatan sedang.
Oke, ini yang Sienna tidak suka jika semobil hanya dengan seorang cowok. Suasana canggung yang selalu Sienna hindari. Sienna selalu merasa gugup tanpa alasan saat bersama dengan cowok. Ia tidak tahu harus berkata apa, ia tidak pandai menciptakan obrolan seperti gadis-gadis lainnya. Atau seperti Natalie, yang mudah sekali bergaul dengan siapa saja.
Tapi untungnya, ada satu pertanyaan yang sekarang mengganjal di pikiran Sienna. Hanya saja ia belum berani mengutarakannya.
Sienna berdeham, membasahi tenggorokannya yang kering. "Kak," panggil Sienna pelan.
"Hm?" Jona menoleh sekilas dari jalanan didepannya.
"Kak Jona... tau darimana rumahku?" tanya Sienna malu-malu. Ia tidak berani menatap wajah Jona lama-lama.
"Oh, dari--"
"Gue."
Tiba-tiba, Jona menginjak rem dengan kencang sehingga mobil berhenti secara mendadak sampai-sampai menimbulkan suara ban berdecit. Untung jalanan yang saat ini mereka lewati cukup sepi, dan tidak ada mobil atau motor yang melaju dibelakang mobil Jona. Jadi, bisa dibilang, mereka selamat.
Sienna dan Jona sama-sama memutar kepalanya kebelakang. Kedua mata mereka melebar.
Sienna memang terkejut karena Jona ngerem mendadak, namun ia lebih jauh terkejut dengan kehadiran sosok cowok yang selama ini tidak Sienna bayangkan akan ada di dekatnya.
"Lo ngapa bisa dibelakang, goblok?!" teriak Jona, terkejut dan kesal sekaligus kepada cowok dibelakang mereka.
Sienna berharap ini bukan mimpi. Bagaimana bisa Ezra berada dihadapannya sekarang?
[.]
Ulala!
Cieeee akhirnya mereka bisa ketemu dan berinteraksi secara langsung. Biasanya kan Sienna cuma bisa mandang dari jauh, berharap bisa ngobrol sama Ezra.
Sienna mimpi apa ya?
See u on the next chapter!
Peace out,
Dari penulis yang moodyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Secret Admirer
Novela JuvenilIni kisah tentang seorang gadis pemalu yang menyukai gitarist dari band terpopuler sejabodetabek. Lima tahun lamanya Sienna diam-diam menyimpan rasa kepada Ezra. Yang membuat Sienna merasa sesak adalah kenyataan bahwa mereka tidak pernah berbicara...