Dialog anak Rohingya kepada ayahnya

10 2 2
                                    

Tersiratlah suatu cerita

yang belayar di atasnya duka durjana

tentang anak manis sendu mukanya

tergopoh-gopoh ia menuju ayahnya.

"Ayah!kenapa ibu tak pulang jua?"

Tersenyum ayahnya walau tak tertutupi matanya yang berkaca-kaca

"Ibu sedang tidur dirumah tuhan sayang, usahlah gangu dia!"

Cemberut muka anak itu hingga menyembunyikan wajah manisnya

"Kalau begitu,dimana rumah tuhan

sungguh hati tak tahan sungguh ini rindu bukan buatan"

Berhembus nafas sang ayah penuh kesabaran.

"Jangan ganggu ibu,ibu pasti pingin tenang!"

"Apa pada kita ayah tak lagi sayang?"

Ayah tersenyum menyulam kembali kesabaran yang kian berang.

"ibu sayang kita nak,seribu sayangnya atau mungkin tak terbilang'

"kalau begitu, mengapa tak kirim kabar walau sekalipun kabarnya tak datang?"

Hening menyelimuti mereka di bawah payung terik siang.

Dipeluk anaknya penuh sayang tak terperi

"karena suatu hari mungkin kita akan di kumpulkan kembali.

Anakku sayang kita kan bersama seperti dulu lagi.

Kau,kakakmu,ayahdan ibumu di surga nan abadi

Kau kan lihat ibu cantik berseri laksana ratu bidadari"

Dilepas anaknya diusap matanya yang sendu

"Karenanya kau jangan menagis melulu!

Tabahkan hatimu dan doakan ibu selalu!

Jangan sedih, insya Allah ayah selalu berada di sampingmu!"

"orang-orang itu mengapa jahat sekali dengan kita,ayah?"

bukankah kita hanya ingin mempertahankan agama!

apa salah kita sampai seperti ini perlakuan mereka?

Apakah kita menggangu mereka?

Apa salah kita,ayah?"

Ayah, setiap hari kusaksikan teman teman kehilangan orang tuanya.

Bukan udarah sgar yang kami hirup

 melainkan bau abu saudara saudarah kami yang di bakar hidup hidup.

Entah berpa juta nyawatelah direngyt di ambang pembantaian?"

Air di mata sang ayah tak kuasa lagi di bendung

pada akhirnya tumpah mmbasahi wajahnya yang mendung

"Anakku apa yang kita saksikan hanyalah cobaan,

Percayalah kelak tuhan kan beri setimpal balasan!"

"Bukan cuma kau sayang, bukan.

Semua terut sedih atas kehilangan

kadang ayah juga sedih bila bayangan

ibu berlabuh di ingatan"

Mereka pun kembali berpelukan lama.

Nun jauh disana, terseyumlah

sesosok ibu sang anak dalam wujud bidadari jelita.

Turut menyaksikan dialog duka nestapa

Hati Yang MengandaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang