Bagian 3

4 1 0
                                    

"Mommy meninggalkan ku". Suara elia terisak.

"Mommy tidak meninggalkan kakak, dengerin mommy dulu". Dengan tangan mencoba meraih elia.

"Mommy tidak menyayangiku, makanya mommy tidak membawaku bersama mommy, mommy meninggalkan ku untuk laki - laki baru di hidup mommy". Dengan suara yang frustasi.

"Tidak seperti itu sayang, dengerin mommy dulu, ayo pegang tangan mommy ntar kakak jatuh". Air mata liana jatuh seiring ketakutannya .

"Kakak el kenapa nangis di situ, adek takut". Ucap anak laki laki yang berumur 6 tahun di belakang liana.

"Adek sayang sama kakak el, jadi kakak el jangan nangis". Lanjut anak laki - laki tersebut sambil terisak.

"Dengerin adek kamu sayang, kalau kamu tidak mau mendengarkan mommy". Liana terus maju perlahan mendekati elia.

"Aku lelah mommy, aku lelah dengan semuanya, aku menginginkan mu mommy, hanya mommy tapi itu tidak akan pernah bisa, aku sungguh membutuhkanmu, tapi mommy sangat jauh dari jangkauan ku". Sambil elia melangkah mundur lagi.

"Mommy akan bawa kakak ikut bunda, jadi ayo turun sayang. Mommy takut kakak jatuh, mommy mohon sayang jangan buat jantung mommy berhenti, lihat adik kamu, apa yang akan bunda katakan padanya kalau kakak jatuh, apa mommy harus mengatakan kaka jatuh karena mommy". Liana sambil menunjuk ferdian yang udah hampir lemas mengais.

Elia melihat ke arah adik tirinya itu, nafas adiknya tidak teratur karena menagis hebat karena melihatnya.

Elia tidak bergeming dari tempatnya sambil mengulurkan tangan nya berharap bisa menyentuh pipi chaby adiknya itu. Ia menangis, sebenarnya ia takut, tapi ia sudah sangat merasa lelah dengan semuanya.

"Mom, aku lelah di hina sama nenek di bilang tidak tahu malu, di bilang tidak ada yang mencariku, aku tidak tau di mana papa, Mommy meninggalkan ku, aku iri dengan teman ku yang bisa kumpul dan menceritakan segalanya pada mommy nya, aku ingin di peluk, di antar, di sayang oleh mommy nya. Kenapa aku tidak bisa mendapatkan yang mereka dapatkan mom, katakan dimana salahku mom". Teriak elia pada liana.

"Kakak, mommy sangat minta maaf sudah membuat kamu terluka begitu dalam, mommi mohon maaf sayang". Liana terisak dengan tubuhnya yang bersimpuh di lantai.

"Maafkan aku mom, dan aku sangat menyayangi mu ferdi". Ucap elia terisak sambil mundur perlahan dan tubuhnya jatuh dari gedung tinggi yang di pijaki tadi.

"Selamat tinggal".

Elia merasakn tubuh nya yang jatuh bersama hembusan angin.

*****

Elia membuka matanya, nafasnya tak beraturan, ia merasakan bulir air di pipinya. Elia mengusap bulir air tersebut dengan tangannya. Air mata gumamnya dalam hati, ia menelusuri tempat ia sekarang, ini di kamarnya. Mimpi, ia bermimpi. Hanya mimpi katanya sambil menyadarkan diri dan menganbil air putih di meja dan meneguknya sampai habis.

Kenapa mimpi itu rasanya begitu nyata, apakah aku akan berakhir seperti itu.

Elia begelut dengan pikirannya cukup lama, sampai ada yang mengetok pintu kamarnya.

"Masuk". Teriaknya.

Pintu kamarnya terbuka, terihat sosok wanita cukup tua tapi madih terlihat cantik.

"Ada apa nek". Sapanya.

"Beliin nenek buah di mini market sana, tidur aja dari tadi, jangan jadi pemalas". Kesal neneknya.

"Iya nek, aku mandi dulu". Jawab elia langsung agar tidak ada ocehan yang menyimpang dari mulut pedes neneknya.

Setelah besiap, elia langsung menuju mini marker, sebelum kena semprot sama neneknya. Ia mengendarai motor meticnya dengan santai karena ingin menikmati angin sore yang sejuk di jalan.

Di saat rambu merah, elia mengamati jalan yang tidak terlalu ramai karena belum waktu nya pulang kerja para karyawan. Kalau sudah waktunya pulang kerja pasti jalan sembrawut. Terdengar suara motor berhenti di sebelahnya, tapi eliya tidak menengok karena terlalu asih menelusuri jalanan sekitarnya. Sampai ada sentuhan di pundaknya, ia menoleh dengan menaikkan satu alisnya sebagai tanda pertanyaan kepada seorang cowok di sampingnya yang mengendarai ninja merah.

Tapi cowok tersebut diam dan malah tersenyum. Elia mengerutkan dahinya dan memilih mengalihkan pandangn ke depan.

"Dasar kurang kerjaan". Dumelnya sendiri.

Cowok di sampingnya malah tersenyum mendengar dumelan elia.

Lampu rambu merah berubah jadi hijau, dan elia siap menjalankan motornya dengan kecepatan 60 km, karena kesel dengan cowok sebebelahnya.

Di perjalanan elia melihat kaca spion motor kirinya dan melihat cowok kurang kerjaan tadi di lampu merah. Apa cowok itu mengikutinya. Jangan jangan cowok itu begal lagi katanya. Tapi masak iya cowok ganteng begal, dan motornya juga ninja pikirnya. Tapi mungkin saja kan ujarnya lagi dalam hati. Elia bergelut dengan pikiranya yang banyak menghasilkan asumsi - asumsi.

Elia bernafas lega karena sudah sampai, dan motor cowok tadi tidak terlihat lagi. Ia memarkirkan motornya dan  masuk ke dalam mini market.

Di saat sibuk - sibuknya memilih buah yang segar, tiba tiba ada yang berdiri di sampingnya dan mengatakan sesuatu. Mendengar itu elia sontak mengalihkan tatapan ke ke orang sebelahnya.

"Hay". Sapanya.

Elia menaikkan satu alisnya pertanda ada apa, tanpa suara. Cowok itu tersenyu.

Elia melihat cowok itu tersenyum, lalu ia mengeryitkan dahinya. Sepertinya ia pernah melihat orang ini, tapi di mana gumamnya dalam hati.

Cowok di depannya mengulurkan tangannya.

"Alan". Ucapnya.

Elia menyambut uluran tangannya cowok tersebut.

"Elia". Balasnya.

"manis". Ucapnya lagi.

Elia menaikan satu alisnya lagi tanda tidak mengerti.

"Namanya manis maksut saya". Gelalapan.

Elia melanjutkan memilih buah, tanpa ada niat membuka percakapan lagi.

"Beli buah". Tanya cowok di sebelahnya.

"Menurutmu aku lagi ngapain sekarang". Jawabnya ketus.

"Apa dia buta, padahal sudah jelas gue lagi ngapain, dasar kurang kerjaan". Cicitnnya pelan.

"Aku dengar loh yang barusan kamu katakan itu". Kata alan sambil menggeser badannya lebih dekat dengan elia.

Elia gelagapan, gak nyangka cowok itu mendengar dumelannya padahal suaranya sangat kecil. Ia memutuskan tidak membalas dan diam saja.

"Cuek ternyata, hmm padahal cuma mau kenalan, maaf kalau membuat kamu gak nyaman. Kata alan sopan.

Elia menatap Alan dengan ekpresi datar dan selanjutnya memutar badannya dan berjalan ke kasir untuk membayar belanjaannya. Dan keluar dari minimarket untuk segera pulang. Pasti neneknya sudah menunggunya.

Sampainya di rumah, eliya langsung memasukan buah yang di beli ke dalam kulkas agar tetap segar. Dan tidak lupa melapir ke neneknya kalau buah pesenenan neneknya udah ia beli.

Elia mengetuk pintu kamar neneknya.
"Nek, el udah beli buahnya, el taruh di kulkas". Dengan sedikit teriak.

Melihat pintu akan di buka, eliya sontak memundurkan badannya.

"Ya udah, nenek mau ke bawah". Ucao neneknya.

Elia menatap punggung yang tak lagi muda itu dengan nanar, dan berharap suatu saat nanti neneknya bersikap baik padanya.

Elia berjalan menunuju kamarnya untuk belajar.

-------
Ok, thor masih masih semangat, walaupun pesimis sama cerita sendiri.

Butuh penyemangat bernyawa😣😥

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang