"Gue gak terima penolakan." Sahut Elvan dengan senyuman mautnya. Tidak lupa ia mengusap - usap lembut rambut Ava.
Ava merasakan debaran pada jantungnya. Tanpa menghiraukan Elvan, Ava pergi kembali ke kelas karena ia bingung harus bagaimana.
Ava duduk di bangkunya dengan kepala menunduk. Ia menoleh ke samping kirinya dan nendapati Elvan yang sudah duduk di sampingnya.
"Hai." Ucap Elvan dengan nada menggoda.
"Elvan, gue bingung maksud lo ngomong gitu tuh apa?" Tanya Ava.
"Lo masih gak ngerti? Nih ya gue kasih tau ke elo, kalo kita ini pacaran sekarang!" Jawab Elvan.
Jawaban Elvan itu sukses membuat pipi Ava merah merona.
"Tapi kan, lo tau kalo gue ceweknya Farez." Balas Ava memberanikan diri menatap mata Elvan.
"Gue juga tau kalo lo dan Farez cuma sepupuan. Gini ya Av, semua tentang lo itu gue tau. Tentang trauma lo bahkan gue tau. Cuma dua hal yang gue gak tau." Ucap Elvan dan memberi sedikit jeda pada pembicaraannya. "Yaitu alasan adanya trauma lo dan alasan lo pindah kesini." Lanjut Elvan.
Ava sedikit terkejut dengan omongan Elvan, tapi ia mencoba tidak memperlihatkan keterkejutannya. Ava hanya diam tanpa ingin menjawab Elvan.
"Yang gue mau tanya sama lo itu adalah, kok lo mau sih temenan sama si Siti?" Tanya Elvan yang membuat Ava langsung menoleh kepadanya.
"Emang kenapa?" Tanya Ava balik.
"Dia kan gak di temenin di kelas ini." Jawab Elvan.
"Tapi dia baik." Sahut Ava.
"Oh-oke." Balas Elvan. "Gue keluar dulu ya," lanjut Elvan lalu bangkit dari duduknya dan mengusap rambut Ava dengan lembut dan pergi meninggalkan kelas.
Ava bingung dengan Elvan. Elvan adalah penguasa sekolah karena dirinya yang kaya raya, tapi Ava tidak pernah melihatnya mempunyai teman di sampingnya.
Apa dia gak butuh temen? - batin Ava.
%%%
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Ava bangkit dari duduknya dan mendapati Elvan yang sudah berada di sampingnya dengan berdiri tegak. Sedangkan Siti, sudah pergi duluan karena ada acara.
"Ayo pulang." Ajak Elvan.
"Gue bawa sepeda." Jawab Ava.
"Tinggal aja." Ucap Elvan.
"Gak mau, nanti ilang." Balas Ava.
"Plis, aku mau nganterin kamu." Pinta Elvan.
"Aku? Kamu?" Tanya Ava yang bingung dengan ucapan Elvan yang tiba - tiba menggunakan kata aku-kamu.
"Kamu gak lupa kan? Kita udah pacaran." Jawab Elvan.
Ava yang mendengar jawaban dari Elvan hanya bisa pasrah. Istilahnya adalah 'orang ganteng tuh bebas!'
"Yaudah." Satu kata itu keluar dari mulut Ava yang mengartikan semuanya.
"Oke, kita jalan sekarang." Sahut Elvan.
Elvan dan Ava sudah berada di dalam mobil. Elvan melajukan mobilnya di jalanan kota.
"Av." Panggil Elvan yang melihat Ava hanya melamun.
Ava menoleh ke arah Elvan dengan kedua alis yang di naikan seakan bertanya 'kenapa?'.
"Nanti ada orang suruhan aku yang nganter sepeda kamu ke rumahnya Farez. Jangn khawatir." Ucap Elvan yang dibalas anggukan oleh Ava.
"Makasih." Jawab Ava.
"Gak ada yang mau kamu tanyain gitu ke aku?" Tanya Elvan.
Ava bingung dengan pertanyaan Elvan dan memperhatikan jalan.
"El, ini bukan ke arah rumah Farez. Lo mau bawa gue kemana?" Tanya Ava yang mulai panik.
"Gak usah panik gitu Av. Nanti kamu juga tau kita mau kemana." Jawab Elvan dengan santai.
Mobil Elvan berhenti di depan sebuah pagar dari rumah mewah. Elvan membunyikan klakson mobilnya, dan tidak lama seorang satpam membukakan pagar jumbo itu. Ava kaget karena jarak antara pagar dan rumah lumayan jauh. Jika berjalan kaki akan sedikit menguras tenaga.
Elvan memberhentikan mobilnya dan menoleh menghadap Ava. "Ini rumah aku. Aku mau kenalin kamu sama mama papa aku. Mama aku orang nya baik kok, tapi kalo papa emang sedikit sentimen sama aku karena kita ada sedikit masalah dulu. Jangan gugup ya." Ucap Elvan lalu keluar dari mobil yang diikuti Ava.
Elvan berjalan memasuki rumahnya yang megah itu dan diikuti oleh Ava dari belakang. Saat masuk Ava melihat kedua orang tua Elvan. Dapat dilihat Papa Elvan yaitu Fery yang terlihat sangat tegas. Dan Sari yang kini tengah membaca majalah kecantikan.
"Elvan ini siapa?" Tanya Fery pada Elvan dengan tatapan yang tertuju pada Ava. Pertanyaan Fery yang di dengar oleh Sari, membuatnya menghentikan kegiatan membaca majalahnya dan ikut menatap Ava.
"Pacar Elvan Pa." Jawab Elvan. "Namanya Ava Fara, kita pacaran seminggu yang lalu." Lanjut Elvan yang tentu saja berbohong mengenai waktu pacaran mereka.
Sari membulatkan matanya terkejut bahwa Elvan memiliki pacar. Karena semenjak kejadian beberapa tahun yang lalu membuatnya tidak ingin berhubungan dengan siapapun lagi. Bahkan karenanya Elvan tidak mempunyai teman.
%%%
Elvan mengantar Ava pulang ke rumahnya dengan mobilnya. Setelah Ava turun dari mobil, Elvan tidak langsung pergi. Elvan diam di mobilnya itu merenungkan sesuatu. Sesuatu yang membuatnya sakit hati karena tidak ada lagi yang berada di pihaknya. Waktu tinggal satu bulan lagi Ezra akan kembali ke rumah bersama Elvan.
Hari sudah malam, Elvan melajukan mobilnya membelah jalan. Namun, Elvan tidak mengarahkan mobilnya ke arah rumahnya, melainkan ke arah tempat salah satu pemakaman umum di tengah kota.
Elvan berjalan menyusuri pemakaman itu. Di gelapnya malam, Elvan sama sekali tidak takut tentang hal apa yang akan terjadi. Elvan berhenti di depan makam yang di batu nisannya tertulis nama Angel Zara. Elvan berjongkok.
"Ngel, gue kangen. Kenapa lo harus ninggalin gue sih." Guman Elvan pada dirinya sendiri. Elvan sudah tidak kuat menahan tangisnya ketika ia harus mengenang masa - masanya bersama Angel. Angel yang selalu cantik di mata Elvan begitupun di mata Ezra.
"Gara - gara lo pergi ninggalin gue. Gue jadi takut punya temen. Gue takut di tinggal Ngel, untungnya sekarang gue udah punya pacar. Sebenernya gue maksa sih. Kapan - kapan gue kenalin ya ke elo." Ucap Elvan. Entah kenapa Elvan jadi tertawa sendiri, mengingat wajah Ava saat ia memaksanya untuk berpacaran dengan Elvan.
%%%
Bersambung...Akhirnya apdet.
Pendek? Iya nih.
Kenapa? Gak ada yang nge komen dan vote.Gue bakal seneng banget sih kalo lo pada ga cuma baca doang. Hehehe. Guenya jd males apdet tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS FEELING
Teen FictionSLOW UP ※※※ Ini bukanlah cerita tentang si cowok Bad Boy yang tampan lalu jatuh cinta terhadap si polos. Namun, ini adalah kisah cinta si Elvan penguasa sekolah tanpa teman terhadap Ava si cewek penuh kesedihan di hidupnya. Akankah hadir perasaan...