5

91 7 0
                                    

Ava berjalan di koridor kelasnya. Kini Ava sudah menjadi pusat perhatian karena tragedi pemaksaan Elvan agar bisa berpacaran dengan Ava.

Ava memasuki kelasnya dan dikagetkan oleh Elvan yang sudah menunggunya di depan pintu kelas dengan senyuman mautnya. Jujur, Ava merasa canggung dengan Elvan karena mereka berpacaran. Rasanya Ava terlalu malu untuk menjak Elvan bicara lebih dulu.

"Semalem tidurnya nyenyak kan?" Tanya Elvan masih dengan senyumnya. Ava hanya menjawab dengan anggukan.

"Kalo mau pacaran jangan di depan kelas dong." Ucap Siti yang entah sejak kapan berada di belakang Ava.

Siti berjalan melewati Elvan Ava. Seperti sedang ketahuan melakukan sesuatu yang salah, Ava semakin menunduk dengan pipinya yang sudah merah merah merona.

"Masuk dulu yuk." Ucap Elvan.

Ava menaruh tas nya di kursinya. Tanpa sadar Elvan yang duduknya di belakang pojok tengah memperhatikan Ava dengan senyuman malu - malunya sambil bertopang dagu.

"Enak ya yang udah ada pacar." Sindir Siti untuk Ava. Sedangkan Ava hanya tersenyum malu - malu. Ava benar - benar tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.

%%%

Ava sedang merapikan bukunya dan pergi ke kantin. Tiba - tiba Elvan berdiri di depan meja Ava. Siti pun ikut menatap Elvan.

"Sit, lo bisa pergi ke kantin sendiri kan?" Tanya Elvan pada Siti, namun pandangannya tetap tertuju pada Ava. Siti hanya menjawab dengan mengangguk lalu meninggalkan Elvan dan Ava berdua.

"Ikut aku." Perintah Elvan, sedangkan Ava hanya bisa pasrah dan mengikuti dari belakang. Elvan tiba - tiba saja menghentikan langkah dan membuat Ava menabrak Elvan.

"Jangan di belakang. Di samping aku aja." Ucap Elvan dan di balas anggukan oleh Ava.

Elvan dan Ava berjalan berdampingan dengan jarak yang membatasi mereka. Kin mereka menjadi pusat perhatian, banyak pula laki - laki yang mendapat tatapan membunuh dari Elvan karena secara terang - terangan menatap Ava dengan tatapan terpana. Andai saja Elvan lupa soal trauma Ava, bisa saja dia sudah menghapus jarak antara mereka saat ini.

Elvan membawa Ava ke perpustakaan. Karena perpustakaan adalah tempat sepi dan hanya diisi oleh anak kutu buku. Intinya, perpustakaan itu adalah tempat yang sepi sehingga tidak ada yang mengganggu jika Elvan dan Ava berpacaran di sana.

Elvan dan Ava memasuki perpustakaan, lalu Elvan langsung mengambil asal beberapa buku. Kini Elvan dan Ava duduk di salah satu kursi yang disediakan oleh perpustakaan sekolah.

"Kita ngapain di sini El?" Tanya Ava.

"Pacaran lah." Jawab Elvan.

"Tapikan ini perpus El." Tanya Ava dengan berbisik.

"Gak papa, kan malah bagus. Sepi juga kan. Jadi gak ada yang gangguin." Jawab Elvan lalu mencolek dagu Ava.

Ava sukses dibuat salah tingkah oleh Elvan. Untuk menutupi kegugupannya Ava mengambil buku yang tadi di ambil Elvan. Ia hanya membolak - balikan bukunya tanpa membaca.

"Kamu ngapain? Itukan pelajaran kelas dua belas." Tanya Elvan yang sukses semakin membuat Ava malu. Ava menutup wajahnya dengan ke dua telapak tangannya. Hal tersebut membuat Elvan tersenyum. Melihat kekasihnya yang salah tingkah. Mungkin pipi Ava kini sudah berubah menjadi tomat sangking merahnya.

%%%

Sejak berpacaran dengan Elvan, Ava tidak perlu membawa sepeda lagi karena Elvan selalu mengantar dan menjemputnya. Kadang Ava bepikir, Elvan berpacaran dengannya apakah hanya untuk menjadi supir? Itu karena Elvan selalu saja menjemput dan mengantar Ava kemanapun.

Elvan mengantar Ava pulang ke rumah Farez dengan selamat sentosa. Ava dan Elvan sampai saat ini masih dalam masa - masa canggung.

%%%

Ava masuk ke dalam rumah dan dikejutkan dengan tante Marwah yang sudah bersama Farez di ruang tamu.

"Wahh... tante kapan pulang?" Tanya Ava dengan senyumannya.

"Baru aja, kamu apa kabar Av?" Jawab Marwah sekaligus menanyai kabar Ava.

"Baik kok. Aku ke kamar dulu ya Tan, nanti kita kangen - kangenan." Ucap Ava lalu meninggalkan Marwah dan Farez.

Farez tahu bahwa sepupunya itu berpacaran dengan laki - laki yang dia benci, Elvan.

Ava menjatuhkan dirinya di atas ranjang queen size nya itu.

Drrt... drrt...

Ponsel Ava bergetar karena ada panggilan masuk. Ava terkejut bukan main karena panggilan masuk tersebut berasal dari Elvan. Dengan gugup Ava menjawab panggilan masuk Elvan itu.

"Halo El. Ada apa?" Tanya Ava langsung dengan kegugupan yang terus menerjangnya.

"Gak kenapa - napa sih, masa nelfon pacar sendiri gak boleh." Balas Elvan. Sebenarnya bukan hanya Ava yang gugup, Elvan pun sama gugupnya dengan Ava. Namun, Elvan berusaha sekeras mungkin menutupi kegugupannya dari Ava dengan caa menggoda Ava. Sedangkan Ava yang di goda sudah malu dengan kedua pipinya yang bersemu merah.

"Apaan sih El. Serius nih, emangnya lo gak takut pulsanya abis?" Tanya Ava serius.

"Kan gue orang kaya." Jawab Elvan sambil tertawa kecil.

"Sombong banget sih." Balas Ava.

"Orang kaya kan bebas." Sahut Elvan.

"Bodo amat. Udah ah, gue mau tidur." Ucap Ava. Sebenarnya Ava belum ingin tidur, tapi ia bingung harus bicara apa pada Elvan.

"Ya elah, masa bobo nya cepet banget. Bobo nya barengan aja." Balas Elvan asal.

"Barengan? Maksudnya?" Tanya Ava.

"Ituloh, nanti kita bobo bareng lewat ponsel. Panggilannya jangan di matiin." Jawab Elvan.

"Nanti pulsa lo abis dong." Ucap Ava.

"Jangan kayak orang susah dong." Sahut Elvan.

"Dasar sombong." Ejek Ava.

"Bodo amat, besok kita jalan yuk Av. Gak ada penolakan." Ujar Elvan tegas dan langsung memutuskan sambungan panggilannya.

Sedangkan Ava hanya berdecak kesal.

Gue gak pernah liat lo punya temen El.- batin Ava.

%%%

Bersambung...

Apdet cuy. Gece di baca.

Komen dan vote kalo bisa. Heheh.

LOVE IS FEELINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang