Aku Benci Fakta

11 3 0
                                    

Aku duduk di tangga paling akhir sambil menatap dia yang selalu ada di pikiranku. Dia sedang duduk bersama cewek yang aku benci. Aku iri dengan cewek itu yang bisa dekat dengan dia.

Cewek itu bergelayut manja dengan dia. Aku yang melihatnya merasa muak. Dengan cepat kuberjalan kearah dua sejoli itu.

Plak

Bekas tanganku menjiplak jelas di pipi cewek itu. Cewek itu menatapku marah, ia mengata-ngatain aku tidak jelas. Sedangkan dia, hanya acuh tak acuh menatapku. Lalu dengan lembut, dia menarik cewek itu–entah kemana–pergi dari hadapanku.

Hatiku terasa sakit melihat mereka berdua. Apalagi sebelum mereka pergi, dia membisikkan kepadaku sesuatu yang membuat hatiku remuk kesekian kalinya.

Menangis, itu caraku agar hati terasa lega. Berharap sakit hatiku hilang, tapi tidak. Tidak akan pernah hilang. Karena luka ini permanen.

Aku pulang ke rumah, lalu masuk ke kamar. Saat malam tiba, aku keluar dari kamar. Rumah selalu sepi walaupun ada penghuninya di dalamnya.

Kamar itu lampunya menyala, tandanya ada seseorang di dalamnya. Orang yang selalu aku tunggu.

Aku membuka pintu kamar orang itu. Orang di dalam nya menatap ku dengan tajam. Lalu berucap sedingin mungkin, "mau apa kau kemari ?"

Ya, orang itu dia. Dia yang tadi bersama cewek yang ku benci.

Aku memejamkan mata sebentar lalu menatap mata dia dengan lekat sambil berucap lirih, "aku sayang dan cinta kamu, Romi."

Dia menggeleng sambil menjambak rambutnya frustasi lalu mendekapku erat. "Jangan pernah mengucapkan kata sialan itu dan selalu ingat fakta ini, Heni."

"Kita adalah saudara kandung," bisiknya pelan.

Cibitung, Bekasi
030218

Kumpulan Drabble Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang