Apa Yang Salah?

87 4 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Sudah sewajarnya semua orang meninggalkan hiruk piruk keramaian, dan pulang untuk beristirahat setelah lelah bekerja seharian. Termasuk di kota itu, suasana jalan sepi dan lampu lampu di setiap rumah mulai dimatikan. Namun di tengah keheningan malam tersebut, terdengar erangan tangis kecil dari salah satu rumah di blok 5.

Pasangan suami istri tersebut langsung bergegas cepat menghampiri salah satu kamar. Tanpa pikir panjang lagi, sang suami langsung membuka paksa pintu tersebut. Dan betapa terkejutnya mereka, melihat seorang gadis tertidur di atas ranjang empuk berwarna merah muda... dengan wajah pucat berkeringat, gerak tubuh gelisah serta hidung yang sedikit mengalirkan darah.

"MIKHAAAA!!~"

~@~

Keesokan harinya, di klinik umum...

"APA!? Sleep paralysis?!" Bentak Eri, wanita yang sudah berumur namun masih tampak awet muda tersebut, terhadap dokter di depannya.

"Ya, sleep paralysis atau lebih dikenal dengan kelumpuhan tidur. Yaitu gangguan dalam fase tidur yang menyebabkan penderita kesulitan menggerakkan anggota tubuh, tidak bisa mengeluarkan suara dan..." jelas dokter, namun langsung di potong oleh Eri

"saya tahu apa itu sleep paralysis!!~ yang saya pertanyakan, kenapa anda berpikir kalau anak saya hanya mengalami gangguan tidur?!"

Mikha dari tadi hanya diam. Ia sama sekali tidak bisa menangkap pebicaraan kedua orang dewasa yang bisa dibilang cerdas tersebut. Tubuhnya sedikit bergetar karena takut sekaligus khawatir dengan ibunya yang mulai hilang kesabaran. "menurut keterangan putri anda, dia merasa tercekik, sesak nafas saat tidur, sering bermimpi buruk, dan melihat bayangan menyeramkan... halusinasi seperti itu sudah biasa dialami penderitanya"

"yang terjadi pada Mikha anda anggap biasa!? Dia mengalaminya mengalami hal itu setiap malam sejak kelas 3 SMP Dan pasti hidungnya mimisan!"

"mimisan?" dokter merasa heran, jika hanya gangguan tidur takkan mengakibatkan perdarahan hidung....

".. putri saya selalu menjerit kesakitan, hingga menangis ketakutan" jelas Eri dengan nada khawatir, kemudian menatap tajam dokter di hadapannya. "Orang tua mana yang tega melihat anaknya menderita begitu?! jika anda merasa itu BIASA, bagaimana jika anak anda yang mengalaminya, apa anda akan diam saja? Begitu!" desaknya, hingga dokter harus sedikit memundurkan posisi duduknya.

Sang dokter membisu, termasuk juga Mikha. Matanya berbinar mengagumi betapa besar perjuangan orang tuanya, khususnya ibunya yang berusaha keras demi kebaikannya.

"tolong, anda tenang bu. Sebagai orang tua, saya mengerti perasaan anda. Tapi saya juga hanya manusia. Kemampuan saya terbatas, saya pasti mengusahakan yang terbaik namu tetap dalam batas kememapuan Saya. Saya takkan benar benar bisa memprediksi atau menyembuhkan segala penyakit..."

Eri hanya berwajah sebal tanda tidak puas.

"bagaimana kalau begini saja. Saya akan memberikan obat penenang terlebih dahulu. jika dalam seminggu putri anda masih mengalaminya, kalian bisa kembali untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut."

Dokter itu memberikan kertas bertuliskan resep obat. Eri menerimanya dengan ketus.

"terima kasih!~"

Eri pun berlalu meninggalkan ruang pemeriksaan di susul oleh Mikha

Setelah keluar dari klinik, mereka pun meninggalkan tempat tersebut menggunakan mobil dinas Eri.

"....Ibu..." Mikha terus memanggil Ibunya, namun Eri terlalu fokus menyetir hingga tidak memperhatikan.

"eh! kenapa Mikha?" akhirnya Eri tersadar dari lamunannya.

Sleep ParalysisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang