" Anak muda, kemarilah"
Pemuda itu mengalihkan pandangannya pada seorang pria paruh baya yang tampak sibuk dengan kaca pembesar di salah satu tangannya.
" Ya, prof ?"
" Lihat ini, nak."
Segera saja ia menghampiri pria berbalut jas coklat tua yang sedang membungkuk membelakanginya
" Menemukan sesuatu?" Ucapnya sembari mengintip dari balik bahunya, mengamati sekilas batu kecil bercelah yang terlihat seperti batu lainnya. Lagi.
" Apa yang kau harapkan dari batu kecil itu, prof ?" Ujar sang pemuda kesal " yang benar saja, kita sudah disini berhari-hari, dan tak ada yang terjadi, bisa saja kakek tua itu hanya membual. Sebaiknya kita pulang saja"
Alih-alih mendengarkan ucapan sang pemuda, ia mengeluarkan secarik kertas lusuh dari saku jas nya, membuka lipatan segiempat itu dan menatapinya selama beberapa saat.
" Kau tau, anak muda? Percaya atau tidak, orang tua ini punya lebih banyak pengalaman daripada dirimu" sekilas senyum tipis sarat makna terulas diwajah keriputnya, membuat si pemuda melemparkan pandangan 'tak mengerti' kepadanya.
" langit sebentar lagi akan gelap, nak" tukasnya " sekarang semua pilihan ada ditanganmu, ikuti aku atau pulang dengan tangan kosong"
" A-apa... maksudnya ini, prof ?"
" Aku yakin telah menemukan apa yang selama ini kita cari, petunjuk ini sudah sangat jelas dimataku, batu dengan celah bulat sempurna yang dilimpahi sinar senja mentari, sekarang portal ini sudah berada tepat dihadapan kita
Tinggal menunggu malam, disaat burung hantu magis hinggap tepat diatas batu ini, akan kubaca mantra dan kukorbankan setetes darah ku, lalu portal ini akan terbuka!
Sekarang semuanya tergantung dirimu, nak. Kau ikut-" Ia terdiam, mengalihkan pandangannya, menatap si pemuda penuh harap"Atau tinggal?"
Susah payah si pemuda menelan ludah, sorot mata Profesor yang begitu dihormatinya tampak berbeda, terasa seperti.. Harapan besar yang sungguh tak dapat ia tolak. Ia mengangguk pelan.
Dan tepat saat itu, burung hantu-entah darimana asalnya-hinggap di antara celah batu kecil tersebut. Persis seperti yang dijabarkan oleh kakek tua pemabuk yang mereka temui minggu lalu. Pertanda, katanya.
Senyum lebar mengembang diwajah pria paruh baya tersebut. Bibirnya terbuka, melafalkan mantra yang ada pada secarik kertas tadi sembari menyayat kecil jari telunjuknya menggunakan sebuah pisau kecil.
Sang pemuda mendekat ragu, namun tanpa sempat memikirkan segala kemungkinan, setetes darah itu jatuh. Memenuhi celah bulat sempurna pada diri batu itu.
Terakhir yang dapat diingatnya adalah sebuah lingkaran spiral tepat dihadapannya.
Menyeretnya masuk. Terhempas di pulau kecil tak dikenal.
Allô! Ini my first story on wattpad, banyak kesalahan harap maklum hoho:v
Don't forget to tap the star:*
Hope u guys like it^^
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Island : The Portal
FantasyDi bagian dunia yang sama sekali berbeda dengan bumi, Seorang Penyihir Jahat menguasai 'pulau' tersebut. Membunuh setiap nyawa Penyihir dan Ilmuwan yang menolak meng'abdi' kepadanya. Namun sebuah portal telah dibuat, ciptaan terhebat sekaligus har...