CHAPTER I

110 10 2
                                    


20 years later

Api unggun tampak membumbung tinggi, nyala apinya menyinari sekumpulan remaja yang berada disekitarnya.

Tenda-tenda sudah hampir selesai dibangun, sementara yang perempuan sibuk menata perbekalan.

Ada apa ini? Tentu saja kalian bisa tebak, perkemahan

Para murid SMA-salah satu sekolah swasta disana- tahun akhir mengadakan kemah selama 3 hari 2 malam di kawasan hutan terdekat.

Semua antusias, apalagi pasangan muda yang tengah dimabuk asmara. Akan begitu indah menatap langit malam bertabur bintang ditemani hangatnya api unggun, berdua.

Namun kisah ini tidak melulu menceritakan tentang percintaan remaja, bukan.

Semua tentang persahabat murni.

Disaat tawa canda kebersamaan akan lebih indah dari sesosok pujaan hati. Teramat hangat hingga tak rela tuk dilewati.

Mari kita bergeser sedikit dari keramaian dan kesibukan para siswa itu, disudut sana.

Tepat disamping batang pohon tua yang menjulang tinggi, dua buah tenda sudah berdiri tegap.

Penghuninya berkumpul di tanah beralaskan tikar tipis seadanya, bersenda gurau. Oh, tidak semua.

Perempuan dengan tunik mata hitam pekat tampak sibuk di dalam. Tenda terbuka, perempuan itu menghampiri kawan-kawannya sembari menatap jengah mereka yang begitu santai disana.

" Oh, yang benar saja! I know, tendanya sudah jadi. Tapi perlengkapan?" Ucapnya kesal " Tidak ada satupun dari kalian yang cukup dewasa untuk merapikan barang bawaannya terlebih dulu sebelum bersantai seperti ini?"

Seorang pemuda tampan yang membawa gitar diujung sana menjawab santai.

" Ya, dan orang itu adalah kau, Alice" ia tertawa kecil " sayangnya, hanya kau"

Kedua orang lainnya ikut tertawa, sementara orang kelima tampak tersenyum lebar sembari menepuk-nepuk lahan kosong disebelahnya, menyuruh Alice untuk duduk disampingnya.

" Bukan aku" dengan secercah senyum lebar tak bersalah masih menghiasi wajah perempuan mungil itu.

" Kau sama saja, Anna" dengus Alice sebal.

Ia menghampiri si gadis mungil, duduk diam dalam silanya menampilkan raut masam sepanjang lelucon-lelucon Harry dilontarkan.

" Ayolah, Alice" desak lelaki dengan seringaian jail-khas-nya " Satu kampus mengakui kelucuan dalam setiap leluconku. Tertawalah sedikit!"

" Well, rapikan dulu barang bawaan kalian yang menumpuk disa-"

"Davee!"

Belum lagi Alice menyelesaikan perkataannya, suara cempreng itu menyela.

Menyerukan nama 'Pangeran' paling tampan seangkatan

Emily, 'Sang Ratu', berlari kecil kearah mereka. Membuat Alice berdecak malas.

Tanpa basa- basi ia menyambar lengan David " Sebentar lagi acaranya akan dimulai" hendak menyeretnya kekerumunan ditengah sana.

" E-err, Alice menyuruh kami membereskan barang bawaan terlebih dulu"

" Benarkah?". Ia menatap Alice sengit " Sayang sekali, Alice. Tapi Dave akan ikut bersama ku"

Dan membawa-paksa-David yang spontan menggeletakkan gitarnya dengan raut pasrah, mau tak mau menyeret kakinya malas.

" See u guys"

'Sang Ratu' mengerlingkan sebelah mata pada Harry dan Greyson sebelum melenggang pergi dan menghilang di keramaian bersama David.

***

Acara akan berlangsung sampai tengah malam.

Diisi dengan sambutan pembina kemudian dilanjutkan dengan hiburan dari para murid.

Semuanya berkumpul dengan suka cita mengelilingi api unggun.

Baru satu jam berlalu namun Anna sudah tampak mengantuk. Alice memergokinya menguap berulang kali.

" Kembali saja, yuk. Aku juga mulai bosan" Ujar Alice yang langsung disambut anggukan oleh Anna.

Mereka berdiri dari duduknya, bergegas menuju tenda saat sebuah suara menghentikannya.

" Sudah mau tidur?"

Greyson, tersenyum lebar.

" Begitulah" jawab Alice.

Segera saja Greyson berdiri, menepuk-nepukkan bagian belakang celananya yang bertatapan langsung dengan tanah. "Ayo kutemani, perempuan tidak boleh keluar malam-malam sendiri"

Alice tersenyum, berbeda dengan Anna yang ditengah kantuknya pun langsung merangkul Greyson dan mencubit pipinya gemas.

" You're such a gentleman"

Lalu mereka berjalan beriringan menuju tenda mereka yang terletak agak jauh dari api unggun, meninggalkan keramaian yang masih hangat disana.

The Lost Island : The PortalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang