9. perasaan yang membuncah! huh apaan ini?

3.9K 512 46
                                    

Aku menggerutu kesal, aku menendang kerikil-kerikil yang aku temui dengan kencang. Saat kakiku menapaki tanah yang berlumpur, aku tidak bisa berhenti mengeluh dalam hati.

"Bisakah kau berjalan lebih pelan, hah?" seru Hermione sebelas meter di belakangku.
Aku membalikan tubuh menghadap gadis itu dengan kesal.

"Kalau begitu percepat langkahmu!"

Dua jam yang lalu kami melakukan sedikit keributan di kelas Profesor Mc-Gonagal. Aku terlibat perdebatan dengan Hermione -yang entah sengaja atau tidak- dia mengucapkan mantra scribblifors yang mengubah buku-buku di depanku menjadi duri termasuk buku yang sedang aku pegang. Aku marah tentu saja, dua tanganku terluka dan mengeluarkan darah akibat tertusuk duri secara tiba-tiba. Namun, Profesor Mc Gonagall melerai kami, dia lalu memberikan mantra vulnera senentur pada lukaku. Tapi aku sudah kelepasan mengucapkan mantra snufflifors yang membuat kelas penuh tikus-tikus. Keadaan di kelas menjadi kalang kabut, para cewek berteriak ketakutan.

Dan aku di sini, kami harus mencari sisik ular hijau untuk diberikan kepada Profesor Slughorn-kebetulan
dia kehabisan bahan itu, Profesor Mc-Gonnagal me lihatnya sebagai kesempatan untuk menghukum kami-. Pencarian ini akan lebih singkat jika tongkat sihir berada di tangan kami. Masalahnya tidak, Profesor Mc-Gonagall mengambil tongkat masing-masing. Dia beralasan kalau kami berdebat di hutan dan saling melemparkan mantra lalu melupakan hukuman yang diberikan.

Tiba-tiba Hermione memekik, dan mendekatiku.

"Ada apa?"

Hermione tidak menjawab, dia menunjuk kubangan lumpur.

Di dalam kubangan itu terdapat makhluk hidup yang bergerak. Saat aku mendekatinya kepala ular hijau muncul dari lumpur. Serentak aku mundur ke belakang-begitupun Hermione di sebelahku-. Ular itu keluar dari kubangan lumpur dengan tubuhnya yang paniang dan kotor akibat lumpur. Aku merasa lega karna ular itu langsung pergi dari tempat ini.

"Pasti ada sisik ular di sekitar sini," Hermione berasumsi dan pandangannya me mencar ke segala arah.

Aku juga berpikiran yang sama. Aku menyibakan semak-semak, mataku berkeliling mencari sisik ular yang kemungkinan ditinggalkan ular tadi.

"Lihat!" Hermione berada di samping pohon besar, mata nya melihat ke atas. Aku mendongakkan kepalaku, dan melihat sisik yang kami cari tersangkut di dahan. Aku bersiap untuk memanjat namun Hermione menghalangiku.

"Biar aku saja," ucapnya.

Huh?

Hermione menghela napas panjang.

"Begini, aku lah yang memulai masalah ini- dan aku paham akan hal itu-. Jadi biarkan aku saja yang mengambilnya" gadis itu mengaku.

Aku menggeleng.

"Kau ini seorang gadis biarkan aku yang melakukannya!" tolakku. Aku tidak mau Hermione jatuh dari pohon nanti -aku tidak peduli sebenarnya tapi bila hal itu terjadi dan Hermione terluka akan merepotkanku-. Lagipula sisik itu berada di dahan yang tinggi.

Hermione mendadak mendorongku menjauh.

"Aku saja," ujarnya

Aku memunggunginya, terserahlah! Aku mendengar napas berat, dan aku tahu siapa. Aku membalikan tubuh dan melihat Hermione sudah setengah jalan dari sisik itu. Bagus, dia pemanjat yang baik.

"Yeah!" Hermione tampak senang sekali saat berhasil menggenggam sisik tersebut.
Mataku membesar.

Dua kaki Hermione yang memijak dahan pohon kehilangan keseimbangan nya-oke, dia terlalu bersemangat-.

Bruk

Hermione jatuh dari pohon dan menimpa tubuhku. Napas hangatnya menerpa wajahku ketika dia mengangkat kepalanya sedikit, mata coklatnya menatap mata kelamku.

Apa aku pernah bilang, Hermione sangat cantik?

Entah apa yang aku pikirkan, aku memeluk pinggang gadis itu dan menyentuhkan bibirku kepadanya. Hal yang tidak pernah aku sangka, Hermione membalas ciumanku.

AlohomoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang